Mudarat Bayangi Pemain dan Klub dari Penundaan Liga 1
Di tengah upaya mengejar prestasi di Piala Asia U-23, kepentingan ratusan pemain dan 18 klub terasa dikorbankan.
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru untuk menunda BRI Liga 1 2023-2024 selama Piala Asia U-23 2024 berpeluang hadirkan efek negatif. Kerugian berpeluang diderita para pemain, terutama terkait nasib kontrak mereka dengan klub.
Jika berdasarkan jadwal BRI Liga 1 2023-2024, mayoritas pemain memiliki kontrak hingga akhir Mei. Namun, seiring keputusan penundaan pekan ke-31 hingga ke-34 seri reguler serta seri kejuaraan, maka Liga 1 2023-2024 tidak akan rampung sesuai jadwal awal atau pada 25 Mei mendatang.
Merujuk penundaan kompetisi menyesuaikan agenda Piala Asia U-23 2024, yang berlangsung 15 April sampai 3 Mei 2024, itu membuat Liga 1 baru akan bisa dilanjutkan pada pekan pertama Mei. Alhasil, kompetisi seri kejuaraan baru bakal berakhir Juni mendatang.
Dengan kondisi itu, wajar beberapa pemain merasa waswas dengan kondisi kontrak mereka dengan klub. Setidaknya pemain butuh mendapat kepastian perpanjangan kontrak satu bulan dari perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani di awal musim ini.
Baca juga: Liga 1 Ditunda demi Prestasi Maksimal pada Piala Asia U-23
CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) M Hardika Aji mengungkapkan, pihaknya telah menerima laporan dan kekhawatiran dari para pemain di Liga 1 karena kontrak akan berakhir pada April dan Mei ini. Aji mengatakan, APPI memahami kepentingan besar tim nasional di turnamen Asia perlu menjadi prioritas utama, tetapi ia berharap keputusan penundaan kompetisi itu tidak melanggar hal-hal lain yang telah disepakati sebelumnya.
”Kami telah mengirim surat kepada PSSI terkait penundaan jadwal lanjutan kompetisi Liga 1. APPI sebagai wadah dari pesepak bola profesional Indonesia akan menjaga dan melindungi hak-hak pemain atas kontrak yang telah disepakati antara pemain dan klub,” ujar Aji di Jakarta, Minggu (31/3/2024).
Jika merujuk data Transfermarkt, terdapat 544 pemain yang berkarier di Liga 1 2023-2024. Dari jumlah itu, maksimal hanya 20 pemain yang akan masuk dalam skuad ”Garuda Muda” di Piala Asia U-23 2024. Jumlah itu bisa berkurang atau bertambah apabila Pelatih Indonesia Shin Tae-yong memanggil juga pemain yang berkarier di luar negeri serta Liga 2 Indonesia dari rencana 27 pemain yang dibawa.
Dengan jumlah itu, tidak lebih dari 4 persen pemain Liga 1 yang akan tampil di Piala Asia U-23 2024. Namun, keputusan penundaan kompetisi demi klub-klub ikhlas melepas pemain-pemain itu nyatanya bakal memberi dampak besar kepada lebih dari 500 pemain lain, baik lokal maupun asing.
Baca juga: Indonesia Menuju Piala Asia U-23 2024
Jadi, ini merupakan momentum kita untuk mencatat sejarah dengan melakukan yang terbaik bagi timnas.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan, penundaan kompetisi dilakukan agar pemanggilan pemain tim U-23 Indonesia tidak memberikan kerugian kepada klub. Ia menyebut, jeda Liga 1 membantu Pelatih Indonesia Shin Tae-yong bisa memanggil skuad terbaik untuk Piala Asia U-23 2024.
Erick menyebut, timnas Indonesia tengah berada dalam tren positif yang ditandai sejumlah prestasi dalam satu tahun terakhir, seperti emas SEA Games dan lolos ke fase gugur Piala Asia 2023.
”Kini, (timnas) punya kesempatan untuk lolos ke Olimpiade. Jadi, ini merupakan momentum kita untuk mencatat sejarah dengan melakukan yang terbaik bagi timnas,” kata Erick.
Dampak klub
Selain pemain, klub juga tentu akan mengalami kerugian finansial yang besar akibat liga terhenti selama satu bulan. Setidaknya 18 klub kompetisi kasta tertinggi di Indonesia itu akan mengeluarkan ratusan juta hingga miliaran rupiah pada bulan April ini secara sia-sia karena tidak ada pertandingan.
Baca juga: Jalan Menuju Olimpiade Paris Terbuka
Klub harus mencari cara untuk menjamin mendapat pemasukan setidaknya satu bulan tambahan karena kompetisi baru berjalan lagi awal Mei mendatang. Mereka harus bersiasat untuk melakukan negosiasi dengan para sponsor agar bersedia memperpanjang kontrak hingga Liga 1 musim ini benar-benar rampung.
Presiden Persebaya Surabaya Azrul Ananda adalah petinggi klub Liga 1 pertama yang secara terang-terangan mempertanyakan urgensi penundaan kompetisi demi turnamen kelompok umur yang tidak masuk kalender laga FIFA. Hal itu ia tuangkan dalam catatan bertajuk ”Emergency (Bola) Nasional” yang disiarkan laman resmi klub.
Azrul memahami tekanan yang dimiliki Erick Thohir hingga Shin Tae-yong untuk meraih hasil terbaik di Piala Asia U-23 2024. Meski begitu, ia menegaskan tekanan juga dialami oleh klub-klub Liga 1. Mayoritas tim memiliki kepentingan untuk tampil mati-matian di empat laga tersisa seri reguler demi mengejar tujuan masing-masing.
”Ada (klub) yang mengejar empat besar untuk lolos seri kejuaraan, ada yang mengejar posisi terbaik di klasemen. Ada juga yang—paling mengerikan—berusaha terhindar dari degradasi. Pressure untuk memuaskan suporternya, pressure untuk menyenangkan sponsornya, pressure untuk membahagian ownership-nya,” ungkap Azrul.
Baca juga: Motivasi Berlipat ”Garuda Muda” Hadapi Turkmenistan
Ia menambahkan, ”Kalau something’s gotta give itu liganya, jadwal kembali karut-marut, biaya kembali membengkak untuk sesuatu yang emosional, dan pemborosan karena hal sederhana begini bukanlah sesuatu yang responsible di saat banyak masyarakat kita sedang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.”
Selain terkait finansial, klub juga akan menderita untuk menjaga performa terbaik pemainnya. Pelatih Bali United Stefano ”Teco” Cugurra menilai penundaan kompetisi akan berpengaruh pada momentum anak asuhannya yang tengah dalam kondisi baik usai melibas Persija Jakarta, 1-0, Sabtu (30/3/2023).
Hingga pekan ke-30, Bali bertahan di peringkat ketiga dengan koleksi 52 poin. ”Serdadu Tridatu” merupakan salah satu kandidat kuat tim menembus seri kejuaraan.
”Yang pasti fokus pemain di kompetisi akan hilang. Tim pelatih harus kasih libur pemain lebih panjang, padahal kompetisi belum selesai. Selain itu, jeda waktu pertandingan yang cukup jauh akan memengaruhi mental dan kebugaran fisik pemain,” ujar Teco.