Di atas sepatu roda, ada hati yang gembira setelah seharian berpuasa. Olahraga ini dapat menjadi opsi saat Ramadhan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Aditya KP (25) turut bertepuk tangan ketika salah seorang temannya berhasil melakukan parallel slide di area Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (20/3/2024) malam. Parallel slide merupakan salah satu teknik pengereman dalam olahraga sepatu roda, khususnya inline skate yang punya empat roda sejajar dari depan ke belakang. Untuk menghentikan laju, pesepatu roda berbelok tajam, menekuk lutut, lalu menyejajarkan sepatu roda agar tidak tergelincir.
Pada malam itu, Aditya dan lebih dari lima pehobi sepatu roda lain tengah belajar menyempurnakan teknik tersebut. Para pehobi yang tergabung dalam komunitas Jakarta Inline Skate ini saling mengapresiasi ketika ada orang yang sukses melakukannya. Mereka juga berbagi tawa saat gerakan tertentu ternyata sulit dilakukan.
Ini merupakan sesi ”latihan” kesekian Aditya selepas berbuka puasa. Sebelumnya, dia menyempurnakan beberapa teknik lain bersama para pehobi yang mulai ramai berdatangan setelah waktu shalat Tarawih selesai.
”Ini olahraga yang bikin adiksi. Sekali coba, pasti ingin main terus, jadi walau Ramadhan, jalan terus,” tutur Aditya yang baru menjajal sepatu roda enam bulan terakhir.
Selain karena menyenangkan, kata Aditya, olahraga ini juga berguna sebagai moda transportasi. Tak jarang, warga Tangerang Selatan ini mengandalkan sepatu roda untuk bepergian ke suatu tempat. Alih-alih naik kendaraan atau berjalan kaki, dia lebih memilih meluncur di atas sepatu roda.
Tak hanya itu, Aditya juga merasa terbantu olahraga sepatu roda dalam upayanya menurunkan berat badan. Dalam setengah tahun setelah mencoba olahraga kardio ini, berat badannya berhasil turun hingga 8 kilogram.
Olahraga makin krusial saat Ramadhan karena tubuh tidak dalam keadaan biasa atau optimal.
Menurut Harvard Medical School, bermain sepatu roda dapat membakar banyak kalori dalam waktu singkat. Ketika bermain sepatu roda selama satu jam, seseorang dapat membakar hingga 600 kalori.
Sementara Assyifa Choirunnisa (24) dan Maulana Al Jano, yang juga bersepatu roda di GBK malam itu, memilih olahraga tersebut karena beberapa alasan. Pertama, olahraga ini memperkuat otot-otot di pinggul dan kaki. Keseimbangan tubuh juga turut terlatih. Selain itu, olahraga membuat bahagia karena memungkinkan orang yang melakukannya bepergian ke banyak tempat dengan meluncur di atas sepatu roda.
”Apalagi di bulan Ramadhan, kalau malamnya olahraga ini, besoknya rasanya lebih segar pas puasa. Mungkin karena happy pas bermain sepatu roda, ada banyak hal yang dilihat dan orang yang ditemui,” tutur Assyifa.
Olahraga malam
Putra G Waluyo (30), salah satu pendiri komunitas Jakarta Inline Skate, mengatakan, sepatu roda menjadi pilihan olahraga di Ramadhan ataupun bulan lain karena fleksibilitasnya. Olahraga ini bisa dilakukan di mana pun asalkan ada jalanan yang bagus. Bersepatu roda juga dapat dilakukan sendiri atau beramai-ramai.
Khusus Ramadhan, olahraga sepatu roda dapat dilakukan tanpa khawatir mengganggu ibadah puasa. Sebab, olahraga ini jamak dilakukan saat malam hari sehingga tidak harus berjibaku dengan terik matahari. Energi yang terkuras pun dapat segera terganti karena sudah berbuka puasa.
”Jadi, di bulan Ramadhan atau tidak, tetap bisa bersepatu roda karena banyak orang yang melakukannya malam hari. Apalagi, kebanyakan melakukannya setelah punya waktu luang, misalnya sepulang kerja,” tutur Yuta, sapaan akrab Putra.
Secara terpisah, dokter spesialis kedokteran olahraga, Anita Suryani, mengingatkan, olahraga malam hari harus memperhatikan pemulihan kondisi tubuh. Apalagi bagi mereka yang menjalankan ibadah Ramadhan, seperti shalat malam dan melakukan sahur untuk puasa keesokan harinya.
Untuk itu, Anita menyarankan sebisa mungkin olahraga berakhir dua jam sebelum waktu tidur. Hal ini bertujuan agar waktu pemilihan setelah olahraga tetap cukup. Sebab, setelah olahraga, tubuh seseorang akan terasa lebih segar dan kesulitan tidur karena memakai oksigen lebih dari biasanya.
Anita pun mengingatkan agar tidak takut berolahraga saat Ramadhan. Olahraga pada bulan suci bagi umat Islam ini justru lebih krusial dilakukan daripada bulan lainnya. Sebab, saat puasa Ramadhan, seseorang kekurangan glukosa dan cairan sehingga performa tubuh, seperti jantung dan paru-paru, lebih menurun. Olahraga menjaga agar organ tubuh tetap terpacu menjalankan fungsinya.
”Olahraga makin krusial saat Ramadhan karena tubuh tidak dalam keadaan biasa atau optimal. Dengan begitu, olahraga penting dilakukan dibandingkan dengan bulan lainnya agar fungsi tubuh tidak turun drastis. Jika fungsi tubuh turun, turun juga kualitas hidup,” ujar Anita.