Fabio Di Giannantonio membawa momentum positif di Qatar untuk meraih hasil solid dalam balapan kedua MotoGP di Portimao.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
PORTIMAO, SELASA — Fabio Di Giannantonio menargetkan finis di lima besar dalam balapan kedua MotoGP di Portimao, akhir pekan ini, berbekal momentum positif dari Lusail, Qatar. Pebalap tim Pertamina Enduro VR46 itu dalam motivasi tinggi karena bisa menemukan performa solid dalam balapan utama setelah kecelakaan dalam sprint di Qatar. Akhir pekan ini, dia optimistis bisa lebih solid di trek dengan penataan mirip roller coaster.
”Akhir pekan di Qatar secara umum positif. Kami mengalami beberapa masalah, tetapi tidak menghentikan kami untuk menjadi cepat dan kompetitif,” ujar pebalap berjuluk ”Diggia” itu.
Diggia menjadi pebalap paling solid VR46 di Qatar. Meskipun start dari posisi ketujuh, Diggia bisa melakukan start bagus dan bersaing di rombongan terdepan dalam sprint. Namun, dia kemudian terjatuh di awal putaran ketiga, dan keluar dari balapan. Dia kemudian bangkit dalam balapan panjang, dan finis di posisi ketujuh.
”Kami akan melanjutkan kerja keras bersama tim di sini, di Portimao, trek yang indah dan memesona. Roller coaster sesungguhnya juga sangat menuntut kebugaran fisik,” lanjut Diggia.
”Kami tidak perlu terburu-buru, kami melakukan dengan baik, kami perlu terus berkembang, lima besar bisa menjadi target,” pungkas Diggia.
Pebalap asal Italia itu kini mengungguli rekan setimnya, Marco Bezzecchi, yang belum menemukan kompromi gaya berkendara dengan karakter Desmosedici GP23. Bezzecchi pun masih kesulitan menemukan kecepatan sehingga hanya bisa start dari posisi ke-15 di Qatar. Dalam balap sprint, dia finis ke-11, sedangkan dalam balapan utama di urutan ke-14. Dia berharap bisa lebih solid di Portimao, di mana musim lalu dia finis ketiga dalam balapan utama.
”Portimao benar-benar trek yang paling indah dalam kalender. Rumit, menuntut secara fisik, tetapi pada saat yang sama sangat menyenangkan,” ujar Bezzecchi.
”Tahun lalu, saya bisa kencang di sini. Tahun ini, kami sedikit lebih kesulitan, tetapi saya senang dengan kemajuan selama balapan akhir pekan di Qatar. Bersama seluruh tim, kami akan melanjutkan pekerjaan, khususnya dalam pengereman,” lanjut Bezzecchi.
”Targetnya adalah semakin dekat dengan rombongan tercepat dan bergembira di trek yang berbeda ini,” tegas Bezzecchi.
Musim ini, Bezzecchi tidak bisa cepat beradaptasi dengan Desmosedici GP23 karena karakter motor kurang sesuai dengan gaya berkendaranya. Dia sudah mencoba melakukan penyetelan motor tanpa banyak mengubah gaya berkendara dalam tes pramusim di Sepang, tetapi itu tidak berhasil.
”Ketika saya mencoba motor baru, saya merasa motor cukup mirip dengan yang lama. Tetapi, ketika saya mulai tancap gas, saya mulai kesulitan, terutama di titik masuk tikungan, karena cara menghentikan motor sedikit berbeda. Saya perlu lebih menyesuaikan gaya berkendara saya, kami masih melakukan itu karena ini bagian sensitif dalam berkendara, dan ketika Anda tidak cukup yakin, akan sulit untuk memercayai motor,” jelas Bezzecchi.
Bezzecchi kemudian mengambil jalan berbeda dalam tes di Lusail. Ia mengubah gaya berkendara menyesuaikan kemauan motor, dan ternyata hal itu membuahkan hasil lebih baik.
”Jadi, ya, di Malaysia kami berusaha lebih mengubah motor tanpa mengubah terlalu banyak gaya berkendara saya, tetapi bukan itu caranya. Jadi, dari Sepang ke Doha, saya banyak mempelajari apa yang bisa saya lakukan dengan cara berbeda. Dan, ketika saya memulai tes di sini (Qatar), saya mulai lebih banyak menyesuaikan gaya berkendara saya dengan motor, dan itu jauh lebih baik. Jadi, saya pikir saya akan terus seperti itu,” ungkap Bezzecchi.
Dalam balapan di Qatar, Bezzecchi masih mengalami masalah lain, yaitu ban depan sering terkunci saat pengereman keras. Kondisi itu membuat dia kehilangan banyak waktu. Dia pun berusaha menutup kehilangan waktu itu dengan membuka gas lebih awal, tetapi itu justru membuat ban lebih cepat habis, dan tidak bisa memperbaiki posisi. Dia akan berusaha menemukan jawaban atas masalahnya itu di Portimao.