Kans MU mengejar Piala FA terbuka lebar. Setelah menyingkirkan Liverpool, MU ditantang Coventry City di semifinal.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Tiket ke Stadion Wembley seusai mengalahkan Liverpool, 4-3, pada perempat final Piala FA, Minggu (17/4/2024), ibarat membuka jalan restorasi kejayaan Manchester United bersama pemilik baru Sir Jim Ratcliffe. Gelar Piala FA musim ini bisa menjadi suntikan spirit ”Si Setan Merah” untuk bangkit dari tahun-tahun sulit dalam satu dekade terakhir.
Drama tujuh gol selama 120 menit di Old Trafford menunjukkan MU, yang masih kesulitan tampil konsisten, memiliki mentalitas pemenang di hadapan salah satu generasi terbaik Liverpool. MU pun melanjutkan rekor tak terkalahkan mereka atas Liverpool di kandang dalam delapan gim Piala FA sejak Januari 1921.
Manajer MU Erik ten Hag menyebut kemenangan atas Liverpool demi melaju ke semifinal Piala FA adalah titik balik bagi ambisi kebangkitan MU, yang dimulai pada paruh kedua musim ini, sebelum berbicara tentang musim mendatang. Ia pun yakin skuadnya bisa mengalahkan siapa pun untuk mengejar trofi Piala FA yang merupakan satu-satunya harapan MU meraih trofi pada musim panas nanti.
”Kemenangan ini bisa menjadi momen di mana kami bisa mendapatkan suntikan kepercayaan dan energi untuk melakukan hal-hal luar biasa di sisa musim ini. Saya pikir ketika Anda bisa mengalahkan Liverpool serupa dengan cara kami, Anda bisa mengalahkan tim-tim lainnya,” ujar Ten Hag kepada ITV seusai laga.
Meski begitu, Ten Hag mengingatkan anak asuhnya agar tidak meremehkan sisa lawan di musim ini. Menurut dia, MU memiliki dua target untuk dicapai, yaitu merebut tiket Liga Champions dan gelar Piala FA.
Demi tampil di kompetisi antarklub terbaik Eropa itu pada musim depan, MU harus membenahi posisi mereka di klasemen Liga Inggris. Seiring format baru Liga Champions mulai edisi 2024-2025, Liga Inggris memiliki jatah lima tim berdasarkan peringkat koefisien sebagai kompetisi terbaik di Eropa.
Untuk itu, MU harus bisa minimal mengungguli salah satu dari Tottenham Hotspur atau Aston Villa yang masing-masing duduk di peringkat kelima dan keempat. MU berselisih enam poin dari Spurs, lalu tertinggal sembilan poin dari Villa.
”Ya, kami masih tertinggal poin yang jauh dari Aston Villa dan Spurs. Jadi, kami harus memenangi setiap gim yang serupa final bagi kami. Kami harus memainkan performa terbaik kami untuk mencapai target-target kami,” ucap Ten Hag.
Kemenangan ini bisa menjadi momen di mana kami bisa mendapatkan suntikan kepercayaan dan energi untuk melakukan hal-hal luar biasa di sisa musim ini.
Di semifinal Piala FA, MU akan berhadapan dengan Coventry City, 20 April mendatang. Di atas kertas, Coventry, duta tersisa Liga Championship di Piala FA, seharusnya bisa ditaklukkan Bruno Fernandes dan kawan-kawan.
Namun, Ten Hag menilai, Coventry memiliki kans untuk kembali meletupkan kejutan seperti ketika mereka menyingkirkan Wolverhampton Wanderers, Sabtu (16/3/2024).
”Saya pikir peluang kedua tim 50-50, selalu seperti itu di setiap semifinal. Mereka tim bagus yang menunjukkan mentalitas besar, jadi kami harus menampilkan permainan terbaik agar memiliki kans untuk menang,” kata Ten Hag yang berasal dari Belanda.
Amat realistis bagi MU untuk mengejar kebangkitan di musim-musim mendatang melalui trofi Piala FA edisi 2023-2024. Ten Hag ingin menduplikasi era emas MU bersama Sir Alex Ferguson yang menancapkan dominasi di Inggris sejak memenangi Piala FA 1989-1990.
Terkait peristiwa bersejarah itu, Coventry juga tidak patut diremehkan karena mereka diasuh Mark Robins, penyerang MU yang meraih trofi Piala FA perdana di era Ferguson itu. Robins pun ingin mengulang prestasi mayor Coventry yang meraih satu-satunya trofi bergengsi pada Piala FA 1986-1987. Di laga semifinal lain, Manchester City, juara bertahan, akan menghadapi Chelsea.
Sinar calon bintang
Semburat optimisme tidak sekadar didasari ihwal skor akhir kontra Liverpool, tetapi performa apik pemain-pemain masa depan MU yang menjadi aktor kunci menyingkirkan sang rival. Kobbie Mainoo (18), Alejandro Garnacho (19), dan Amad Diallo (21) adalah penyebab mimpi buruk Liverpool.
Performa Mainoo di lini tengah membantu MU tampil amat dominan pada setengah jam awal laga. Ia bisa lebih unggul dibandingkan trio gelandang Liverpool, Dominik Szoboszlai, Wataru Endo, dan Alexis Mac Allister.
Kemudian, Garnacho adalah kreator bagi gol pertama dan keempat MU ke gawang Liverpool. Pada gol pertama di menit ke-10, Scott McTominay menaklukan kiper tim tamu, Caoimhin Kelleher, seusai memanfaatkan bola tepisan tembakan Garnacho.
Kemudian, penyerang sayap asal Argentina itu mengawali fast break MU dan memberikan asis untuk gol keempat MU di menit 120+1. Garnacho mengawali transisi serangan balik setelah merebut bola dari pemain Liverpool, Harvey Elliot.
Adapun Diallo memberikan dampak besar setelah masuk menggantikan bek tengah Raphael Varane pada menit ke-85. Sejak Diallo masuk ke lapangan, MU mencetak dua gol penyama kedudukan melalui Antony (menit ke-87) dan Marcus Rashford (menit ke-112), lalu menutup aksinya dengan gol penentu kemenangan. Sayang, performa Diallo tercoreng dengan kartu merah yang didapatnya akibat menerima kartu kuning kedua karena melepas jersei untuk merayakan golnya itu.
”Saya berada di Sunderland musim lalu dan mimpi saya bermain untuk Manchester United. Jadi, saya di sini untuk mewujudkan mimpi saya. Saya sangat senang mencetak gol yang menjadi momen luar biasa,” ucap Diallo kepada MUTV.
Sementara itu, tiga gol Liverpool dihasilkan oleh Mac Allister (menit ke-44), Mohamed Salah (menit ke-45+1), dan Elliot (menit ke-105). ”Si Merah” dipastikan gagal mengejar quadruple atau empat trofi pada musim ini.
Selain itu, tak ada final di Wembley lagi bagi Liverpool pada musim ini. Alhasil, performa pamungkas Liverpool di Wembley pada era Manajer Juergen Klopp adalah memenangi trofi Piala Liga Inggris, Februari lalu.
Klopp menuturkan, anak asuhnya memiliki banyak peluang untuk menutup perlawanan MU ketika masih unggul, 2-1, di babak kedua. Sayangnya, kata Klopp, pemain-pemain Liverpool gagal mencetak gol guna memperbesar keunggulan akibat buruknya operan akhir dan terlalu terburu-buru menghadapi momen di depan gawang MU.
”Semakin banyak gim dijalani, pengambilan keputusan kerap tidak semakin lebih baik. Saya ucapkan selamat kepada Man United. Setidaknya kami memiliki dua gim lebih sedikit musim ini dan akan berusaha untuk memanfaatkan itu,” tutur Klopp yang masih berpeluang mempersembahkan trofi Liga Inggris dan Liga Europa pada musim perpisahannya bersama Liverpool.