Ekspektasi Terbentur Keterbatasan Anggaran
Ekspektasi Aceh dan Sumut terbentur anggaran, tetapi semangat mengukir sejarah baru olahraga nasional tak luntur.
Pekan Olahraga Nasional 2024 menjadi ajang bersejarah bagi dua tuan rumah, Aceh dan Sumatera Utara. Untuk pertama kalinya setelah Indonesia merdeka, Aceh ditunjuk sebagai tuan rumah PON. Sebaliknya, Sumut kembali menjadi tuan rumah setelah 71 tahun. Namun, ekspektasi kedua provinsi menyiapkan PON edisi ke-21 tersebut terbentur keterbatasan dukungan dana pusat.
Gemuruh suara alat berat bersahut-sahutan di antara tiang pancang yang menancap kokoh. Pembangunan melaju di hamparan ratusan hektar. Kawasan Sport Centre Sumut di Desa Sena, Kabupaten Deli Serdang, nyaris tak pernah tidur.
Ratusan pekerja berpacu dengan waktu. Pembangunan Stadion Utama Sumut yang berjarak 10 kilometer dari Bandara Internasional Kuala Namu tersebut dikejar waktu.
Untuk memastikan pembangunan selesai tepat waktu, proses pengerjaan dipacu. Yang semula dua sif kini ditambah menjadi tiga sif, yakni pagi, sore, dan malam. Bisa dikata, pengerjaannya berlangsung 24 jam sehari.
”Kami optimistis pembangunannya selesai pada awal Agustus,” ujar Baharuddin Siagian, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut, seusai acara penanaman pohon serentak nasional di kawasan Sport Centre Sumut, Kamis (7/3/2024).
Sumut menaruh ekspektasi besar terhadap pembangunan stadion tersebut. Selain dipakai sebagai lokasi penutupan PON 2024, stadion itu menjadi lambang kebangkitan olahraga Sumut setelah penantian 71 tahun. Sumut pernah menjadi tuan rumah PON pada 1953.
Oleh karena itu, Baharuddin sempat meminta agar stadion dibangun berkapasitas 75.000 penonton. Kapasitas itu diperkirakan cukup menampung banyaknya pengunjung dan pendukung.
Selama ini, Stadion Teladan di Kota Medan yang menjadi stadion terbesar di Sumut selalu penuh. Kapasitasnya baru mampu menampung 20.000 penonton. Stadion warisan PON 1953 itu dianggap tidak memadai lagi. Soalnya, animo masyarakat Sumut terhadap sepak bola sangat tinggi. Stadion baru dengan kapasitas lebih besar telah lama diidam-idamkan.
Sayangnya, saat akan dilakukan pembangunan, pemerintah pusat merevisi anggaran. Akibatnya, pembangunan stadion tak lagi sesuai rencana awal. Kapasitasnya menyusut jadi 25.700 penonton.
Banyak hal yang menjadi penyebab. Di samping keterbatasan anggaran, pemerintah pusat menilai Sumut akan kesulitan merawat kalau stadion terlalu besar, apalagi sampai berkapasitas 75.000 penonton.
Bagaimanapun, pihaknya tetap menerima. ”Kami tetap terima keputusan tersebut, yang penting Sumut punya stadion baru yang menjadi warisan PON 2024,” kata Baharuddin.
Stadion Utama Sumut yang akan menjadi lokasi penutupan PON 2024 pada 20 September itu sudah mulai dibangun sejak September 2023. Pembangunannya ditargetkan rampung awal Agustus mendatang.
Menyesuaikan situasi
Berdasarkan berita Kompas, 31 Maret 2023, Kementerian PUPR semula mengalokasikan anggaran Rp 1,8 triliun untuk pembangunan Stadion Utama Sumut. Anggaran belakangan dipangkas lebih dari setengah, menjadi Rp 587 miliar.
Baharuddin menuturkan, banyak hal yang harus disesuaikan oleh daerah tuan rumah dalam menyiapkan PON kali ini. Utamanya terkait anggaran pengerjaan arena pertandingan. Tuan rumah berkejaran dengan waktu demi kesiapan seluruh arena menjelang PON yang akan berlangsung pada 8-20 September. Seluruh sumber daya harus dioptimalkan.
Daerah berusaha sekuat tenaga memanfaatkan anggaran yang ada. Namun, kami berharap negara bisa lebih dominan dalam urusan anggaran. Daerah tetap butuh bantuan pemerintah pusat.
Pemprov Sumut sendiri akan membangun empat arena di Sport Centre Sumut, meliputi Stadion Madya untuk cabang olahraga atletik, GOR Martial Arts, GOR Bola Voli, dan arena motor kros. Empat arena yang dibangun sejak tahun lalu itu ditargetkan rampung pada akhir Juli. Adapun Stadion Madya sudah memasuki tahap penataan kawasan. Selebihnya, tinggal renovasi untuk arena lain.
Pemprov Sumut menggelontorkan anggaran Rp 2 triliun untuk pembangunan dan renovasi arena. ”Daerah berusaha sekuat tenaga memanfaatkan anggaran yang ada. Namun, kami berharap negara bisa lebih dominan dalam urusan anggaran. Daerah tetap butuh bantuan pemerintah pusat. Lagi pula, PON adalah ajang nasional,” ucap Baharuddin. Hal senada disampaikan Penjabat Gubernur Sumut Hassanudin.
Aceh tanpa stadion baru
Di Aceh, keterbatasan dukungan anggaran dari pemerintah pusat memupuskan harapan Negeri Serambi Mekkah memiliki stadion utama yang baru. Untuk menggantikan stadion yang urung dibangun, pemerintah melakukan renovasi besar di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, yang menjadi lokasi pembukaan PON pada 8 September.
Proses renovasi itu sudah dimulai. Stadion ditutup untuk sementara selama proses pengerjaan. Dari luar pagar, bagian atap stadion terlihat telah dibongkar. Sejumlah alat berat juga dioperasikan di lokasi proyek.
Nyaris tidak ada arena baru untuk di Aceh. Selain di Stadion Harapan Bangsa, renovasi dilakukan pula terhadap arena lainnya, antara lain gedung serbaguna, gedung pencak silat, gedung anggar, lapangan tenis, dan lapangan sintetis. Ada pula pembangunan waduk untuk cabang dayung di Kabupaten Aceh Besar.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh M Nasir Syamaun mengatakan, ada 19 arena yang sedang direnovasi serentak sejak Januari 2024. Renovasi itu dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR. Anggaran APBN yang dialokasikan mencapai hampir Rp 1 triliun.
Pemprov Aceh juga berencana merenovasi 23 arena lain menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA). Arena-arena itu tersebar di 10 kabupaten/kota. ”Renovasi 23 venue (arena) itu akan dilaksanakan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Aceh. Namun, jadwal renovasinya masih menunggu pengesahan APBA,” ujar Nasir saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (6/3/2024).
Tahun ini, negara memerlukan anggaran cukup besar berkaitan dengan agenda politik nasional dan daerah. Ini menyebabkan kita perlu efisiensi dalam menyiapkan PON.
Saat ini, progres renovasi seluruh arena di Aceh mencapai 26-30 persen. Seluruhnya ditargetkan selesai akhir Juli. Dengan begitu, seluruh arena dapat diuji coba dan dipersiapkan sebulan sebelum acara pembukaan PON. ”Saya yakin persiapan venue di Aceh akan sukses,” katanya.
Namun, Aceh juga terpaksa menerima rencana pembangunan stadion baru yang didanai pusat batal, tetapi digantikan renovasi Stadion Harapan Bangsa. Terkait itu, Wakil Ketua Umum I Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Suwarno mengakui adanya sejumlah revisi target pembangunan arena termasuk stadion baru.
Ia menceritakan lokasi pembangunan arena utama yang diajukan Aceh berada di Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh. Lokasinya dinilai cukup jauh. ”Dalam perkembangannya, Aceh mengajukan lokasi yang jauh, di tanah kosong dengan kanan-kiri belum ada apa-apa karena rencana akan dijadikan kompleks Universitas Syiah Kuala. Pembangunan infrastruktur jalan menuju lokasi juga memerlukan biaya tinggi. Alhasil, keinginan untuk membangun stadion baru ini dipertimbangkan lagi,” tutur Suwano.
Suwarno mengatakan, pemerintah memang sempat menjanjikan pembangunan stadion di dua provinsi yang jadi tuan rumah bersama itu. Pada akhir Desember 2022, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Zainuddin Amali, pernah menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen membangun dua stadion utama sesuai standar internasional penyelenggaraan PON.
Adapun sisanya dilakukan renovasi skala kecil hingga sedang. Renovasi Stadion Harapan Bangsa berarti tidak ada pembangunan stadion baru di Aceh untuk PON.
Stadion Harapan Bangsa di Banda Aceh, stadion utama untuk tempat upacara pembukaan, akhirnya direnovasi total atau skala besar, sebagai ganti pembangunan stadion utama. Harapan Bangsa yang memiliki kapasitas 45.000 orang itu selama ini digunakan oleh klub sepak bola Liga 2 Persiraja.
”Tahun ini, negara memerlukan anggaran cukup besar berkaitan dengan agenda politik nasional dan daerah. Ini menyebabkan kita perlu efisiensi dalam menyiapkan PON,” ujar Suwano saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Kendati penuh keterbatasan, Aceh dan Sumut tetap berusaha optimal agar PON perdana yang dihelat di dua provinsi ini bisa berjalan sukses. Ekspektasi itu boleh jadi terbentur anggaran, tetapi semangat untuk mengukir sejarah baru olahraga nasional takkan pernah luntur.
Itu selayaknya slogan PON 2024, ”Bersatu Kita Juara”.
*Tulisan kedua dari peliputan tematik Menjelang PON 2024.