Arsenal atau Manchester City, Hanya Satu Tiket ke Wembley
Kisah final ideal wakil Inggris di Wembley sudah rusak akibat undian. Peluang juara Arsenal dan City juga turun drastis.
Partai puncak Liga Champions musim ini akan digelar di Stadion Wembley, London, Inggris, 1 Juni 2024. Namun, sudah bisa dipastikan setelah undian 8 besar, tidak akan tercipta final ideal di antara sesama wakil Inggris. Jangankan final, Arsenal dan Manchester City bahkan berpotensi terjegal lebih awal dengan lawan terberat di perempat final.
Sungguh miris nasib Arsenal. Baru saja lolos pertama kali ke 8 besar setelah penantian sejak 2010, mereka sudah ditunggu Bayern Muenchen. Bayern merupakan mimpi terburuk untuk Arsenal dalam satu setengah dekade belakangan. Di tiga pertemuan terakhir, Arsenal selalu takluk dengan skor telak 1-5.
Entah kebetulan atau takdir, Bayern dipimpin penyerang Harry Kane. Dia akan melawan Arsenal untuk pertama kali tanpa embel-embel derbi London Utara. Saat masih di Tottenham Hotspur, Kane selalu menggaransi gol setiap derbi. Hanya Everton dan Leicester, tim yang lebih banyak dibobol Kane ketimbang Arsenal (14).
Kiper veteran Bayern, Manuel Neuer, enggan terjebak dengan masa lalu ataupun hasil dari pertandingan lain. Baginya, Arsenal kali ini berbeda. “Mereka tim yang sangat kuat dengan spirit hebat. Bukan tanpa alasan mereka berada di puncak klasemen Liga Inggris saat ini. Pertemuan nanti akan berat,” jelasnya.
Pengalaman Arsenal di Eropa memang jauh tertinggal dari Bayern yang hanya sekali gagal lolos perempat final dalam satu dekade terakhir. Namun, tidak ada waktu lebih baik bagi Arsenal untuk mengalahkan tim raksasa Jerman itu selain saat ini. Bayern sedang di titik terendah bersama Manajer Thomas Tuchel.
Baca juga: “Kiamat Kecil” Bayern Muenchen dan Ironi Kane
Bayern kemungkinan besar akan gagal juara liga domestik musim ini, pertama kali sejak 2011-2012. Mereka tak kunjung menemukan identitas di bawah rezim manajer baru. Berbanding terbalik dengan Arsenal yang sedang memimpin perburuan gelar liga domestik untuk mengakhiri paceklik sejak 2004.
Di sisi lain, ada keraguan terhadap mentalitas Arsenal di Eropa. Tim asuhan Manajer Mikel Arteta itu harus susah payah menumbangkan Porto lewat adu penalti di babak 16 besar. Padahal, di atas kertas, Porto merupakan salah satu tim terlemah di babak gugur. Berbeda dengan Arsenal yang difavoritkan juara.
Meskipun begitu, hal itu juga bisa mencerminkan sebaliknya. Ada istilah “style make fights” di dunia tinju. Artinya, gaya bertarung bisa menentukan pemenang, tidak semata keunggulan kualitas. Manny Pacquiao bisa mengalahkan lawan-lawan Floyd Mayweather Jr dengan lebih meyakinkan. Akan tetapi, Pacquiao tidak mampu berbicara banyak saat bertemu Mayweather.
Porto memainkan gaya pragmatis yang dibenci Arsenal. Mereka memperlambat tempo, mengulur-ulur waktu, bermain dengan umpan panjang. Kekuatan terbesar Arsenal dalam tekanan balasan ke pertahanan lawan pun tidak bisa digunakan. Menurut mantan bek Liverpool, Jamie Carragher, Arsenal yang terbaik di Eropa dalam hal itu.
Baca juga: Tiga Sisi Transformasi Awal Tahun Arsenal
Alhasil, ketangguhan “Si Meriam” di liga domestik tidak terpancar sama sekali. Cerita Arsenal bisa berubah drastis saat melawan Bayern. Intensi Bayern selalu memegang bola dan membangun serangan dari bawah. Dengan gaya seperti itu, sulit untuk bisa meredam potensi skuad muda Arsenal.
Perubahan drastis peluang juara
Di semifinal, pemenang Arsenal versus Bayern akan bertemu antara Real Madrid dan Manchester City. Jalur menuju partai puncak dari bagan sisi tersebut jauh lebih terjal. Adapun menurut prediksi Opta sebelum undian, empat tim tersebut merupakan favorit teratas untuk menjadi juara.
Setelah undian, peluang juara empat tim itu menurun cukup drastis. City masih menjadi favorit teratas walaupun peluangnya turun, dari 32,48 persen ke 29,46 persen. Peringkat kedua yang semula ditempati Madrid direbut oleh Paris Saint-Germain. Madrid mengalami penurunan peluang terbesar, 3,94 persen, menjadi 13,06 persen.
Pertemuan Madrid dan City bisa dikatakan sebagai final yang terlalu dini. Mereka sudah bertemu dua kali beruntun di semifinal musim 2021-2022 dan 2022-2023. Pemenang pertarungan itu selalu keluar sebagai juara. Hal tersebut cukup untuk memperlihatkan betapa sengit dan penting duel nanti.
“(Pertemuan dengan Madrid) seperti sudah menjadi tradisi. Tiga kali beruntun kami berhadapan dengan raja di kompetisi ini. Itulah yang terjadi. Anda tidak bisa mengontrol undian. Kami harus tampil bagus dalam dua laga, di kandang dan tandang, untuk lolos,” kata Manajer City Josep Guardiola.
City, sebagai juara bertahan, lebih diunggulkan. Apalagi setelah mereka mampu membungkam Madrid empat gol tanpa balas pada laga kedua semifinal musim lalu. “The Citizens” akan datang lagi dengan skuad yang nyaris sama, hanya kehilangan gelandang Ilkay Gundogan dan penyerang sayap pelapis Riyad Mahrez.
Baca juga: Hati-hati, Manchester City
Masalahnya, City belum menunjukkan dominasi seperti musim lalu. Penurunan performa individu sangat berpengaruh. Penyerang Erling Haaland, yang menjadi pencetak gol terbanyak Liga Champions musim lalu, sering melewatkan peluang mudah. Sementara itu, Kevin De Bruyne dan Jack Grealish lebih banyak menepi akibat cedera.
Madrid justru lebih baik ketimbang musim lalu dengan kehadiran gelandang tim nasional Inggris, Jude Bellingham. Selain itu, “DNA” Madrid di Eropa juga patut dipertimbangkan. Adapun jumlah trofi Madrid (14) lebih banyak dari gabungan tujuh peserta lain di perempat final (13).
Jika Arsenal dan City bisa melewati rintangan besar itu, mereka akan saling jegal di semifinal. Hal itu sekaligus memastikan, hanya ada satu tiket final yang bisa diraih oleh wakil Inggris. Sementara itu, jika sama-sama tenggelam di 8 besar, Stadion Wembley hanya akan menjadi saksi kejayaan untuk wakil dari negara lain.
Undian tersebut tidak menguntungkan untuk Arsenal maupun City. Begitu juga dengan Bayern dan Madrid. Pihak yang diuntungkan adalah empat tim dari sisi seberang. Juga Liverpool, pesaing utama Arsenal dan City dalam perebutan gelar juara Liga Inggris, yang menikmati dari kejauhan. (AP/REUTERS)