Pedro Acosta Menjadi Aset Nomor Satu
Kiprah perdana Pedro Acosta di MotoGP menjadikan dirinya sebagai aset nomor satu Gasgas Tech3.
BORMES-LES-MIMOSAS, KAMIS — Pedro Acosta membuktikan dirinya memiliki semua syarat untuk menjadi bintang MotoGP dalam balapan perdananya di MotoGP di Qatar, akhir pekan lalu. Dia pun menjadi aset nomor satu tim Red Bull Gasgas Tech3 yang membangkitkan motivasi personel tim untuk terus meningkatkan performa. Pebalap berusia 19 tahun itu pun bersiap melanjutkan pertarungan dalam balapan seri kedua di Portimao, Portugal.
Acosta sempat berada di posisi keempat selama dua setengah putaran setelah mendahului para pebalap berpengalaman, Fabio Di Giannantonio, Enea Bastianini, Alex Marquez, dan Marc Marquez. Namun, serangan Acosta pada lap keempat hingga lap ke-12 itu menghabiskan ban sehingga pace menurun mulai putaran ke-14. Dia pun akhirnya finis di posisi kesembilan di Lusail, Minggu (10/3/2024).
Hasil akhir itu memang kurang memuaskan, tetapi proses dia bertarung dengan para pebalap senior lebih krusial karena menjadi pelajaran penting untuk mematangkan diri. Acosta juga bisa melihat bagaimana para pebalap berpengalaman itu menjaga pace untuk menghemat ban.
Baca juga: Lintasan Balap Acosta Bukan seperti ”Rookie”
Saat kembali ke garasi, Acosta disambut tepuk tangan oleh personel timnya. Dia pun mendapat pelukan dan pujian atas performanya yang sangat berani dan menjanjikan untuk menjadi lebih baik.
”Bravo. Kamu megabintang,” puji salah satu personel tim Gasgas Tech3 sambil memeluk Acosta dalam video yang direkam oleh MotoGP.
”Selamat. Kamu benar-benar menunjukkan kemampuan bersaingmu,” ujar personel lainnya.
”Saya sangat dekat (dengan podium),” ujar Acosta sebelum duduk di kursinya.
Pujian juga disampaikan kepala kru Gasgas Tech3. ”Lihat, betapa besar peluang untuk mendahului. Dan waktu putaran terbaik dalam balapan. Kita memiliki waktu putaran terbaik balapan. Selamat kawan. Aku mendukungmu,” ujar kepala kru Acosta, Paul Trevathan.
Baca juga: Pedro Acosta Meredam Ekspektasi Besar
Trevathan kemudian menanyakan pada Acosta tentang pengelolaan ban selama balapan yang merupakan retorika.
”Bagaimana dengan pengelolaan ban?” tanya Trevathan.
”Bagus,” ujar Acosta, yang disambut dengan tawa terbahak personel timnya.
”Start bagus. Masalah adalah Jack (Miller) mendahului saya lagi. Kencang, tetapi sangat dekat, dan motor menjadi seperti ini (menirukan motor yang bergoyang),” ujar Acosta terkait kejadian menjelang tikungan pertama.
Acosta lantas mengungkapkan, ia kadang keluar dari jalur balapan untuk sedikit mendinginkan ban.
”Saya melihat kamu keluar dari jalur balapan, itu bagus,” ujar Trevathan.
”Saya tidak mendapat lampu peringatan (tekanan ban tinggi). Kemudian, satu saat, sebelum saya mendahului (Marc) Marquez, saya melebar bersama dengan dia, dan kemudian seperti ini (menirukan motor bergoyang keras), kemudian saya berkata 'oke, saya akan menunggu',” lanjut Acosta.
Acosta mendahului Marquez di lap ke-12 untuk menempati posisi keempat selama beberapa putaran.
”Saat saya mendahului, itu luar biasa. Saya seperti wuss, saya melesat, saya melesat,” ungkap juara Moto3 dan Moto2 itu.
Percakapan itu terputus oleh kedatangan Kepala Tim Gasgas Tech3 Herve Poncharal. ”Ini tidak terlalu jelek. Saya sangat dekat,” ujar Acosta kepada Poncharal.
”Aku mencintaimu. Ini lebih baik dari apa yang bisa kamu mimpikan,” jawab Poncharal, yang kemudian memeluk Acosta.
”Kamu aset nomor satu. Kami melakukan sesuatu yang tidak kamu sadari telah kamu lakukan,” puji Poncharal.
”Kita memiliki pace untuk bersama dengan Bastianini dan Marquez. Mungkin tidak lebih. Bisa kita katakan di posisi kelima, keenam, atau keempat,” ujar Acosta.
Balapan pertama di Qatar ini menjadi pelajaran berharga bagi Acosta untuk lebih solid dalam balapan kedua di Portimao pada 22-24 Maret. Trek yang sangat menguras fisik dengan lintasan yang naik turun mengikuti kontur lahan itu akan menguji Acosta lebih lanjut.
”Banyak sekali, saya belajar banyak. Saya melihat apa yang dilakukan oleh 'anak-anak besar' itu, saya melihat bagaimana mereka mengelola (ban), bagaimana berkendara di dalam turbulensi, bagaimana mereka mengendalikan motor untuk menghemat ban, banyak hal terkait balapan,” ujar Acosta terkait apa saja yang dia pelajari di Lusail.
Balap di Portimao akan menjadi pengalaman pertama Acosta membalap di MotoGP tanpa menjalani tes di trek terlebih dahulu.
”Tetapi, apa pun itu, ini bagus, bagus, karena tim bekerja dengan sangat baik. Pierer Mobility bekerja sangat bagus supaya saya bisa memahami motor dan kelas ini. Juga, Brad (Binder, pebalap KTM) membantu saya supaya lolos ke Q2, dan saya membantu mereka untuk bisa lebih ke depan. Jika mereka memberi saya (bantuan), saya akan memberi ke mereka. Maksud saya, mereka sangat membantu saya, seluruh staf KTM sangat membantu kami untuk memahami bagaimana bisa menjadi lebih cepat dengan motor,” pungkas Acosta.