Marcus Fernaldi Pamitan dari Persaingan Bulu Tangkis
Marcus Fernaldi Gideon mengakhiri perjalanan sebagai atlet bulu tangkis. Dia salah satu ganda putra terbaik dunia.
Kabar mengejutkan disampaikan Marcus Fernaldi Gideon melalui akun Instagram-nya pada Sabtu (9/3/2024). Marcus berpamitan dari arena persaingan bulu tangkis yang telah menjadikannya sebagai salah satu pemain ganda putra terbaik dunia.
Marcus mengumumkan keputusan tersebut pada hari ulang tahunnya yang ke-33, berselang 25 tahun sejak pertama kali bergelut dengan dunia bulu tangkis. Selama berada di dunia olahraga paling berprestasi di Indonesia tersebut, Marcus meraih 30-an gelar juara turnamen internasional, sebagian besar di antaranya bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo. Gelar lain didapat bersama Markis Kido dan Agripina Prima Rahmanto Putra.
Sebanyak 16 gelar juara didapat dari turnamen BWF 2018 dan 2019 saat Kevin/Marcus berada dalam performa terbaik. Mereka menjuarai turnamen besar, seperti All England, Indonesia Terbuka, dan China Terbuka. Kevin/Marcus juga mempersembahkan medali emas saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Baca juga: Di Balik Duet Baru Kevin/Rahmat
”Pada hari ini, tepat di usia 33th sy memutuskan untuk berhenti dari karier profesional badminton. Tidak terasa sudah 25th tidak henti-hentinya sy berlatih & bersaing di lapangan. Sy mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yg sdh berkarya dalam hidup sy, tanpaNya sy mungkin tidak ada spt sekarang ini,” tulis Marcus.
Selamat memasuki masa pensiun, temanku. Kamu telah menjadi inspirasi, tak hanya dari pencapaianmu yang luar biasa sebagai atlet, tetapi juga dari caramu menjadi ayah di saat sibuk menjalani turnamen.
Marcus, yang juga biasa dipanggil dengan nama Sinyo, mengungkapkan bahwa apa yang dicapainya telah melebihi yang diimpikan. Ayah dari tiga anak itu pun mengatakan bahwa dia menutup kariernya dengan penuh rasa syukur.
Unggahan Marcus itu mendapat lebih dari 8.000 komentar dalam waktu sekitar tujuh jam. Di antara mereka yang turut berkomentar adalah bintang-bintang bulu tangkis dunia, seperti Viktor Axelsen, Anders Antonsen, Ong Yew Sin, dan Sapsiree Taerattanachai.
Baca juga: ”Minions” Unjuk Diri di Thailand Terbuka
”Selamat memasuki masa pensiun, temanku. Kamu telah menjadi inspirasi, tak hanya dari pencapaianmu yang luar biasa sebagai atlet, tetapi juga dari caramu menjadi ayah di saat sibuk menjalani turnamen,” kata Axelsen, tunggal putra nomor satu dunia asal Denmark.
Sesama pebulu tangkis Indonesia dan mantan atlet, serta pelatih Chafidz Yusuf, turut memberikan ucapan. Chafidz adalah sosok yang mengusulkan penggabungan Marcus dan Kevin ketika keduanya tidak memiliki partner di pelatnas dan ide tersebut disetujui oleh Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI periode 2012-2016 Rexy Mainaky.
Turnamen internasional pertama yang diikuti Kevin/Marcus adalah All England 2015 dengan hasil perempat final setelah dikalahkan Mads Pieler Kolding/Mads Conrad-Petersen. Duo asal Denmark itu akhirnya menjadi salah satu musuh bebuyutan Kevin/Marcus, selain Carsten Mogensen/Mathias Boe dan Li Jun Hui/Liu Yu Chen.
Di antara para pesaing mereka di level elite itu, Kevin/Marcus memiliki postur terkecil. Dengan tinggi badan 168-170 cm, Kevin/Marcus bisa berselisih hingga 30-an cm dengan lawan.
Baca juga: “Minions” Melangkah dari Awal
Ketika faktor postur tersebut dipandang sebagai kekurangan oleh orang lain, seperti juga tersirat dalam unggahan Marcus, mereka tak memandang itu sebagai kelemahan. Kevin/Marcus bisa bergerak dengan lincah. Kevin memiliki kecepatan dan kecerdikan dalam mengatur serangan di depan net, sementara Marcus memiliki smes sangat kencang dari loncatan yang tinggi. Gaya bermain itulah yang akhirnya membuat Kevin/Marcus mendapat julukan ”Minions”, karakter animasi kecil yang selalu bergerak lincah.
Pekerja keras
Marcus adalah putra dari mantan pebulu tangkis nasional, Kurniahu Gideon. Ayahnya pula yang pertama kali melatih Marcus pada usia 8-9 tahun.
Seperti diceritakan Kurniahu, setelah Kevin/Marcus menjuarai All England 2017, Marcus tak pernah dipaksa menekuni profesi yang sama seperti dirinya. Kurniahu dan istrinya, Sujati Iskandar, berperan sebagai pendukung kedua anaknya sesuai jalan hidup yang mereka pilh. Marcus memilih jalan di bulu tangkis, sementara kakaknya, Nadia Emanuela, menjadi psikolog.
Baca juga: Absen di All England, Peringkat ”Minions” Akan Turun Lagi
Pada usia 13 tahun, seperti dalam tulisan Kompas berjudul ”Lahirnya Bintang Baru Ganda Putra Indonesia” (14 Maret 2017), Marcus menerima beasiswa untuk bersekolah di Singapura. Namun, setelah pulang ke Jakarta karena sakit, empat bulan sejak pindah ke Singapura, dia memutuskan tak kembali ke Singapura.
Akhirnya, Kurniahu melatih sendiri Marcus untuk bertanding pada nomor tunggal dan ganda putra dalam berbagai turnamen. Saat bergabung ke pelatnas Cipayung pada 2010, barulah Marcus fokus pada nomor ganda.
Namun, perjalanannya di pelatnas tak mulus. Marcus memutuskan keluar pada 2013 karena adanya masalah pengiriman pemain ke turnamen internasional.
”Karena kecewa, dia menangis dan sempat berkata akan berhenti bermain bulu tangkis. Saya katakan, dia telanjur tercebur ke dunia bulu tangkis dan sudah kehilangan banyak waktu untuk yang lain,” ujar Kurniahu, mengenang momen itu.
Motivasi Marcus akhirnya tumbuh kembali ketika Kido mengajaknya berpasangan pada 2013. Saat itu, Kido pun telah keluar dari pelatnas dan berpisah dengan Hendra Setiawan. Kejutan dibuat duet Marcus/Kido dengan menjuarai Perancis Terbuka 2013 dan menjadi semifinalis All England 2014.
Baca juga: Marcus Cedera, "The Minions" Mundur dari Indonesia Masters 2023
Prestasi itu membuat Marcus menerima kembali undangan untuk bergabung di pelatnas pada 2014 dan berpasangan dengan Kevin yang tak memiliki partner karena Selvanus Geh sakit. Sejak saat itu, lahirlah mereka sebagai bintang ganda putra, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kevin/Marcus menjadi ganda putra nomor satu dunia selama 226 pekan sejak 16 Maret 2017, 214 pekan di antaranya secara beruntun.
Selain kecepatan dalam bermain, mereka memiliki kelebihan yang jarang dimiliki ganda putra Indonesia lain, yaitu mental juara yang tangguh. Tak ada kata menyerah di lapangan meski tertinggal dari lawan. Rasa percaya diri ditunjukkan sejak memasuki lapangan. Tidak ada rasa bosan setiap kali menonton mereka bertanding.
Karakter sebagai pekerja keras bahkan diperlihatkan Marcus di luar pertandingan. Kurniahu bercerita, saat pulang dari pelatnas Cipayung pada akhir pekan, putranya itu selalu minta dilatih oleh ayahnya. Dia juga disiplin dalam menjalani kehidupan sebagai atlet.
Suatu kali, ketika berat badannya berlebih dan dokter di pelatnas memintanya menurunkan berat tersebut, Marcus bersepeda dari rumahnya di Cibubur menuju Cipayung. Dia pun berangkat lebih pagi dari rumah. ”Marcus memang senang makan, tetapi dia tahu bagaimana cara untuk menjaga badannya,” kata mantan pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi.
Di antara banyak gelar juara, Marcus/Kevin memang memiliki kekurangan, yaitu tak pernah menjadi juara dunia dan mendapat medali Olimpiade. Akan tetapi, seperti pernah dikatakan Herry, mereka telah menjadi bagian dari ganda putra terbaik dunia.
Marcus Fernaldi Gideon
Lahir: Jakarta, 9 Maret 1991
Ranking dunia tertinggi: 1 (16 Maret 2017)
Prestasi Kejuaraan Beregu dan Multicabang:
Juara Piala Thomas 2020
Emas ganda putra Asian Games 2018
Emas beregu putra SEA Games 2015
Gelar juara BWF World Tour: 19 (bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo)
Gelar juara BWF Super Series: 11 (10 gelar bersama Kevin, satu gelar bersama Markis Kido)