Wawancara Khusus Ilkay Guendogan: Waspadai Tekanan Media Sosial
Kepada ”Kompas”, Ilkay Guendogan menyebut potensi mudarat media sosial bagi pesepak bola muda saat ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Ilkay Guendogan, gelandang Barcelona, menuturkan, banyak talenta belia telah memberikan pengaruh besar di level profesional saat ini. Ia menyebut, Barcelona memiliki Lamine Yamal, Gavi, dan Pedri, hingga eks rekannya di Manchester City, Phil Foden, yang telah menunjukkan sinar mereka sejak masih remaja.
Namun, pemilik 73 caps bersama tim nasional Jerman itu mengakui, memulai karier profesional di era digital saat ini tidak mudah. Pemain-pemain muda itu mendapat tekanan jenis baru yang belum ada di era sebelumnya, yaitu media sosial.
”Sejujurnya, masalah utama yang dihadapi pemain muda saat ini adalah tekanan dari luar, tepatnya media sosial. Di era saya hanya ada Facebook dan itu hanya untuk berkomunikasi dengan teman,” ujar Guendogan menjawab pertanyaan Kompas dalam wawancara daring, Jumat (1/3/2024).
Sejujurnya, masalah utama yang dihadapi pemain muda saat ini adalah tekanan dari luar, tepatnya media sosial.
Ia menambahkan, ”Dulu tekanan hanya hadir pada latihan dari pelatih, rekan setim, mungkin juga dari teman, lalu di pertandingan tekanan datang di stadion dari fans. Sekarang generasi penuh dengan media sosial, semua orang bisa menulis apa pun di internet. Pemain muda tumbuh dan menghabiskan banyak waktu memantau media sosial. Itu tentu hal yang berbahaya.”
Selama 16 tahun menjalani karier di level profesional, Guendogan menyebut dirinya juga memiliki akun media sosial. Tetapi, lanjut pemain berusia 33 tahun itu, dirinya hanya memanfaatkan media sosial untuk tujuan tertentu sehingga tidak terpaku menggunakan waktu luangnya untuk berselancar di dunia maya.
Butuh konsistensi
Selanjutnya, Kompas juga menanyakan pengalaman Guendogan menjalani musim perdana di Barcelona setelah menyandang predikat kapten terbaik Manchester City yang meraih treble winner di musim 2022-2023. Ia menyebut Barca tengah memulai proses untuk membangun ulang sebagai kekuatan utama di persaingan sepak bola Spanyol dan Eropa.
Guendogan menganggap Barca menjalani musim yang cukup baik apabila berkaca dari gaya permainan yang mereka tunjukkan. Selain itu, mereka juga belum sepenuhnya terlempar dari persaingan titel Liga Spanyol—meski tertinggal delapan poin dari Real Madrid—lalu berpeluang besar menuju perempat final Liga Champions berkat raihan modal imbang, 1-1, di laga pertama babak 16 besar kontra Napoli.
”Tetapi, kami masih kekurangan konsistensi karena itu adalah hal yang amat penting di sepak bola. Kami harus mampu menjaga itu, apalagi orang-orang berharap Anda untuk selalu berada di level tertinggi,” tutur Guendogan, peraih 17 trofi bersama Borussia Dortmund dan City itu.
Di musim ini, Guendogan adalah pemain Barca dengan menit bermain tertinggi. Ia selalu tampil di 38 laga yang telah dijalani ”Blaugrana” dengan koleksi 3.018 menit bermain. Hal itu menjadikannya anggota skuad Barca pertama di musim 2023-2024 yang telah menembus 3.000 menit waktu tampil.
Selain itu, Guendogan juga telah berkontribusi untuk 15 gol Barca yang terdiri dari lima gol dan 10 asis. Hingga akhir Februari, ia masih satu-satunya pemain Barca yang telah menghasilkan double-digit asis di seluruh kompetisi.
Sejak memilih hengkang ke Barca alih-alih memperpanjang kontrak dengan City, musim panas 2023 lalu, Guendogan memiliki misi besar untuk berperan dalam proses kebangkitan Blaugrana demi menyongsong era kejayaan baru.
”Ketika memulai sebuah proyek memang sulit untuk menunjukkan konsistensi dibandingkan saat proyek itu sudah berkembang. Meski begitu, kami akan mencoba untuk membawa kesuksesan untuk tim sebesar dan secepat mungkin. Sebab, kami tidak jauh dari (jalan menuju kejayaan) itu,” kata Guendogan.
Keyakinan Guendogan itu tak lepas dari pengalamannya menjadi bagian dari skuad City yang dibentuk sejak awal oleh Manajer City Pep Guardiola pada 2016-2017. Menurut dia, Barca berada dalam posisi yang lebih baik dalam memulai proyek kebangkitan dibandingkan City delapan tahun lalu.
”Setelah tujuh musim di City, bersama Barca saya ibarat memulai ulang proyek besar. Kami memulainya dengan baik, tetapi kami harus menjalani proses dan peningkatan langkah demi langkah,” ucapnya.
Lebih lanjut, Guendogan juga membahas caranya untuk membimbing mayoritas pemain muda di skuad Barca. Di musim ini, Barca memiliki rerata usia tim hanya 24,9 tahun. Dari 26 pemain yang telah diturunkan Pelatih Barca Xavi Hernandez, hanya tujuh pemain yang telah melewati usia 30 tahun, di antaranya Guendogan (33 tahun) dan Robert Lewandowski (35).
Hal itu membuat Guendogan memiliki modal pengalaman besar untuk memimpin rekan-rekan setimnya di Barca. Ketika ditanya metodenya memimpin tim, Guendogan menilai dirinya adalah sosok yang lebih nyaman memimpin rekan setim dengan memberikan contoh langsung.
”Saya selalu memimpin dengan aksi, bukan kata-kata. Komunikasi saya dalam bahasa Spanyol pun belum sempurna. Saya bersikap dengan menunjukkan tekad kuat untuk selalu menang sehingga saya ingin menunjukkan bagaimana karakter saya dan keinginan besar saya untuk meraih kesuksesan,” kata Guendogan yang memulai karier profesional bersama Nuernberg pada 2009.
Xavi pun menganggap Guendogan sosok yang tak tergantikan di skuad Barca musim ini. ”Ia memulai masa di Barca dengan baik. Itu terlihat dari proses adaptasinya dan kepemimpinan yang dihadirkannya. Ia memberi tim ketenangan, tempo, dan membantu tim berkembang,” ucap Xavi, dilansir Mundo Deportivo, beberapa waktu lalu.
Guendogan pun menyebut Xavi sebagai alasan utama dirinya memilih hijrah ke Barca. Meski begitu, ia menghargai keputusan Xavi yang akan melepas kursi pelatih Barca setelah rampungnya musim ini.
”Tentu akan menjadi momen yang sedih ketika dia (Xavi) pergi. Kami akan berusaha bermain sebaik mungkin untuk meraih prestasi terbaik demi membuat dia senang,” kata Guendogan.