Dari Man United, kita belajar. Jangan terlalu sesumbar untuk akhiri dominasi Man City dan Liverpool di Inggris.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Sir Jim Ratcliffe, pemilik saham minoritas anyar Manchester United, langsung sesumbar di awal pekan ini untuk membawa timnya menenggelamkan dua kekuatan dominan di Liga Inggris saat ini, yaitu Manchester City dan Liverpool. Ambisi itu saat ini ibarat isapan jempol belaka karena jalan ”Setan Merah” menuju papan atas masih amat jauh, baik secara performa maupun kualitas skuad.
Alih-alih berpikir untuk menyaingi dua rival, MU perlu berkaca mengenai kemampuan mereka yang hanya mentok untuk bersaing memperebutkan jatah Liga Champions. Itu pun mereka sudah susah payah untuk mengatasi ketertinggalan kualitas dari tim-tim yang dalam satu dekade lalu berada di bawah mereka, misalnya Tottenham Hotspur dan Aston Villa.
MU bermain sangat buruk. Ia (Ratcliffe) menyaksikan laga MU hari ini sambil berpikir ’wow, saya mengeluarkan banyak uang untuk (MU) ini’.
Belum layaknya MU berbicara kembali tentang mengejar titel juara Liga Inggris terpancar ketika mereka tumbang, 1-2, oleh Fulham di Stadion Old Trafford, Sabtu (24/2/2024). Hasil itu membuat MU tertahan di peringkat keenam dengan selisih delapan poin dari Villa yang duduk nyaman di posisi keempat.
Merujuk perhitungan superkomputer Opta, kans MU untuk meraih tiket Liga Champions dengan duduk di posisi keempat hanya 4 persen. Peluang mereka kalah jauh dari Villa dan Spurs yang masing-masing memiliki kans 59,5 persen dan 29,6 persen mengakhiri musim di peringkat keempat.
Bahkan, apabila UEFA memutuskan Liga Inggris bisa mengirimkan lima wakil di format baru Liga Champions 2024-2025, berada di posisi keenam tetap tidak bisa mengantarkan MU tampil di kompetisi antarklub terelite di Eropa itu.
”MU bermain sangat buruk. Ia (Ratcliffe) menyaksikan laga MU hari ini sambil berpikir ’wow, saya mengeluarkan banyak uang untuk (MU) ini’. Mereka berjarak satu juta mil jauhnya (dari persaingan papan atas),” ucap Paul Merson, pengamat Liga Inggris, di Sky Sports.
Merson menambahkan, ”Para pemain juga berjarak miliaran (mil) untuk bersaing dengan tim terbaik. Ia (Ratcliffe) berkata ingin menyalip Man City, tetapi saya tidak tahu bagaimana mereka akan mengatasi ketertinggalan.”
Pernyataan Ratcliffe untuk mengakhiri dominasi City dan Liverpool serupa dengan Manajer Erik ten Hag ketika diperkenalkan sebagai juru taktik anyar Setan Merah, Juli 2022 lalu. Kala itu, Ten Hag juga langsung menembak target muluk untuk membawa MU kembali menjadi kekuatan dominan tunggal di Inggris.
Memasuki musim kedua menangani MU, manajer asal Belanda itu baru bisa mempersembahkan trofi Piala Liga Inggris 2022-2023. Sempat menumbuhkan optimisme, Ten Hag nyatanya serupa dengan pelatih-pelatih MU pasca-Sir Alex Ferguson lainnya yang gagal membawa konsistensi ke tubuh skuad Setan Merah.
Di musim ini, selain amat kecil berpeluang menembus zona empat besar, kans MU untuk meraih titel juara juga amat minim. Harapan itu hanya tersisa di Piala FA. Sebelumnya, mereka gagal mempertahankan trofi Piala Liga Inggris akibat dilibas Newcastle, 0-3, di babak 16 besar.
Meskipun menerima kekalahan dalam laga melawan Fulham, sekaligus mengakhiri catatan enam laga nirkalah, Ten Hag tetap mengelak tentang masalah di dalam timnya. Menurut dia, MU tampil baik melawan Fulham, meski skor akhir berkata sebaliknya.
”Setelah mengalami satu kekalahan, Anda harus melihat gambar yang lebih besar. Dan, gambar besar itu menunjukkan (kami) sangat baik,” kata Ten Hag, dilansir BBC.
Ten Hag menyalahkan badai cedera yang dialami skuadnya sehingga menyebabkan mereka gagal melanjutkan performa apik yang tercipta sejak awal Januari lalu. Rasmus Hojlund, Luke Shaw, dan Lisandro Martinez adalah tiga pemain andalan Ten Hag yang absen di laga pekan ke-26 Liga Inggris.
”Ketika pemain-pemain cedera kembali, kami akan lebih seimbang. Tentunya kami berada di jalur yang tepat. Ketika semua pemain tersedia, kami memiliki tim yang sangat bagus,” ucap eks Pelatih Ajax Amsterdam itu.
Meski begitu, Ten Hag juga mengingatkan perlunya penambahan pemain baru di bursa transfer musim panas nanti. ”Kami juga butuh memperkuat skuad di jendela transfer,” katanya.
Bergantung individu
Musim ini menunjukkan, Ten Hag masih gagal memberikan sistem permainan paten untuk MU. Berbeda dengan City, Liverpool, Arsenal, Villa, bahkan Brighton & Hove Albion yang telah memiliki pakem sistem strategi yang jelas dan menjadi identitas tim, MU lebih bersandar pada performa individu pemain-pemain penting mereka.
Koleksi tujuh gol Hojlund dalam enam laga beruntun selama Januari hingga Februari ini adalah penyebab utama Setan Merah meraih hasil positif, termasuk empat kemenangan beruntun di liga. Tetapi, ketika Hojlund cedera di gim kontra Fulham, performa melempem MU muncul kembali.
Meskipun menciptakan 21 tembakan, MU hanya bisa sekali membobol gawang Fulham melalui sepakan Harry Maguire ketika waktu normal tersisa satu menit. MU kehilangan sosok penyelesai akhir ulung di kotak penalti lawan.
Marcus Rashford, yang diturunkan sebagai penyerang tengah, terlihat sudah kehilangan insting gol. Selain itu, Rashford juga gagal menjalankan peran apik Hojlund yang bisa menarik satu hingga dua pemain belakang lawan untuk membuka ruang bagi Alejandro Garnacho. Itu membuat Garnacho gagal memberikan peran penting dalam lini serang MU.
Keputusan Ten Hag untuk memasukkan Scott McTominay di babak kedua juga tidak banyak membantu MU untuk membongkar pertahanan blok rendah Fulham.
Sebaliknya, MU juga tidak cukup baik mengantisipasi transisi serangan balik Fulham yang mengandalkan pelari-pelari cepat, seperti Alex Iwobi dan Harry Wilson. Andai pemain-pemain depan Fulham lebih klinis, MU bisa tumbang dengan skor lebih telak.
Jadi, harapan MU menggeser dominasi City dan Liverpool dalam waktu dekat ibarat jauh panggang dari api.