Kelebihan Australia dan kelemahan Indonesia akan berbenturan di Indonesia Arena. Timnas hanya perlu memberi segalanya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sulit mengharapkan tim nasional bola basket Indonesia bisa berbicara banyak versus juara bertahan raksasa Australia seusai performa buruk saat dipermalukan Thailand. Publik Indonesia hanya bisa berharap Kaleb Ramot Gemilang dan kawan-kawan bermain lebih spartan di kandang sendiri.
Timnas akan menantang Australia dalam lanjutan babak grup kualifikasi Piala Asia 2025 di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, Minggu (25/2/2024) malam WIB. Terakhir kali tim berjuluk ”Boomers” itu datang ke Jakarta pada pertengahan 2022, mereka berhasil merengkuh trofi Piala Asia untuk kedua kali beruntun.
Australia kembali datang dengan guard veteran Mitchell McCarron. Bedanya, kali ini pelatih kepala Brian Goorjian berupaya mengombinasikan para pemain muda dan veteran. Sebanyak enam pemain baru pertama kali dipanggil berlaga di ajang internasional. Mereka mayoritas merupakan pemain remaja.
Meskipun begitu, Australia tetap bukan lawan seimbang untuk Indonesia. Tim peringkat keempat dunia itu memiliki salah satu liga dan pembinaan terbaik di dunia. Kualitas pemain mereka nyaris setara, hanya berbeda dari sisi pengalaman. Itu dibuktikan saat mengalahkan Korea Selatan, 85-71, di kandang, Kamis lalu.
Australia sempat tertinggal selama tiga kuarter karena melakukan banyak turnover (16). Namun, mereka tidak pernah menurunkan intensitas. Hasilnya, Boomers membalikkan keadaan di kuarter terakhir. Salah satu penampil terbaik adalah forward debutan Joshua Bannan (22) yang menyumbang 11 poin dan 11 rebound.
Kami tidak berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Kami tidak menjalankan tugas dalam bertahan untuk menjaga penembak mereka.
Guard Australia, Dejan Vasiljevic, menegaskan akan membawa performa di kuarter keempat tersebut ke Jakarta. ”Kami agak sedikit ceroboh karena baru berlatih dua hari. Tetapi, kami tidak menyerah. Boomers adalah tentang bertarung. Kami akhirnya menemukan ritme dan akan meneruskan itu lawan Indonesia,” jelasnya.
Di saat Australia menanjak, Indonesia justru sedang terpuruk. Timnas takluk dari lawan yang paling realistis ditaklukkan di Grup A, yaitu Thailand, Kamis lalu. Masalahnya, mereka kalah telak, 56-73, dan tidak menunjukkan perlawanan. Para pemain tampak kebingungan di bawah instruksi pelatih kepala Milos Pejic.
Kaleb, forward veteran timnas, mengatakan, mereka harus segera membenahi masalah dalam bertahan. Itu merupakan penyebab kekalahan utama dari Thailand. ”Kami tidak berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Kami tidak menjalankan tugas dalam bertahan untuk menjaga penembak mereka,” ujarnya.
Duel lawan Australia berpotensi menjadi bencana besar bagi Indonesia. Sebab, kelemahan Indonesia dalam agresivitas dan rebound merupakan kelemahan terbesar Indonesia. Di laga sebelumnya, Indonesia kecolongan 16 offensive rebound dari Thailand yang berujung konversi 13 poin dari kesempatan kedua.
Australia mampu membalikkan keadaan dari Korsel karena keunggulan mutlak dalam rebound, 52-38. Selain itu, McCarron dan rekan-rekan juga piawai dalam rotasi bola. Mereka menciptakan 23 asis dalam laga itu. Adapun pertahanan Indonesia sudah keteteran menghadapi aliran serangan Thailand.
Australia, kata Goorjian, tetap akan tampil sebaik mungkin sejak awal hingga akhir laga walaupun sudah menang atas Korsel. Dia ingin menjadikan jendela kualifikasi ini sebagai ajang persiapan ke Olimpiade Paris 2024. Sang pelatih membuka peluang bagi para pemain yang tampil bagus untuk berangkat ke Paris.
Dua pemain dari program pembinaan nasional pebasket remaja Center of Excellence, Joshua Dent (18) dan Kye Savage (18), kemungkinan diberikan kesempatan debut. ”Kami akan memanfaatkan lebih banyak pemain dari bangku cadangan (di Jakarta). Kami bergairah menyambut Paris dengan banyak pebasket muda potensial,” ucap Goorjian.
Pejic sendiri tidak terlalu khawatir dengan performa timnya. Menurut dia, tim yang berisi mayoritas pemain tidak lebih dari 25 tahun itu masih berproses. Mereka hanya perlu terus belajar agar bisa berkembang. ”Kami menginvestasikan mereka. Investasi itu butuh waktu dan kesabaran untuk mereka jadi pemain bagus,” tuturnya.
Proses timnas bisa dimaklumi. Namun, mereka harus punya standar. Tidak bisa lagi tampil kurang spartan dan tampak ingin menyerah di tengah laga seperti versus Thailand. Para pemain muda timnas patut membuktikan kelayakan mereka di depan publik sendiri, di stadion yang dibangun demi perkembangan basket nasional.