Disorientasi Timnas Basket di Hadapan ”Gajah Putih”
Disorientasi tampak jelas dari manajemen dan pelatih hingga penampilan timnas basket di kualifikasi Piala Asia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BANGKOK, KAMIS — Tim nasional bola basket Indonesia tampil sangat mengecewakan dalam laga pembuka babak grup kualifikasi Piala Asia 2025. Tim dengan mayoritas pemain muda itu seperti kehilangan arah di depan tuan rumah Thailand. Alhasil Indonesia dipermalukan tim ”Gajah Putih” 56-73.
Thailand berada dalam bayang-bayang Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Namun, semua berubah di Stadion Nimibutr, Bangkok, pada Kamis (22/2/2024). Tim tamu menjadi bulan-bulanan Thailand yang tampil perkasa sejak tepis mula dengan bantuan forward berdarah Amerika Serikat, Moses Morgan (24 poin).
Kami tidak berkomunikasi dengan baik ketika di lapangan. Kami membiarkan pemain Thailand untuk menembak di posisi terbuka.
Indonesia ”tersandera” dengan akurasi lemparan yang sangat rendah, 27,4 persen, saat Thailand bermain jauh lebih efisien (39,4 persen). Dua catatan statistik berbanding terbalik itu cukup menggambarkan masalah timnas. Mereka amat rentan saat bertahan dan kurang harmoni dalam serangan.
Disorientasi, satu kata yang bisa mewakili penampilan tim asuhan pelatih kepala Milos Pejic itu. Mereka kebingungan menjalankan skema serangan. Sering sekali mereka menghabiskan waktu penguasaan tanpa ada tujuan jelas. Hasilnya, mereka banyak mengambil tembakan ”asal” saat waktu 24 detik hampir habis.
Di pertahanan, Kaleb Ramot Gemilang dan rekan-rekan kurang agresif. Mereka membiarkan para pemain Thailand mengeksploitasi area keranjang ataupun garis tiga angka. Mereka juga membiarkan tuan rumah mencuri 16 offensive rebound yang bisa dikonversi menjadi 13 poin dalam kesempatan kedua penguasaan.
Menurut Kaleb, forward veteran timnas, masalah utamanya adalah komunikasi. ”Kami tidak berkomunikasi dengan baik ketika di lapangan. Kami membiarkan pemain Thailand untuk menembak di posisi terbuka. Mereka punya penembak hebat dan kami tidak melakukan tugas untuk menghentikan itu,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di situs FIBA.
Nyaris hanya guard Agassi Yeshe Goantara yang bermain cukup baik saat menyerang. Agassi menyumbang 14 poin dengan akurasi tembakan yang cukup rendah, 38,5 persen. Adapun pemain asal klub Pelita Jaya Jakarta tersebut merupakan satu-satunya pemain timnas yang mampu mencetak dua digit poin.
”Mereka sudah mencoba untuk menjalankan sistem bertahan dan serangan yang diinginkan, tetapi terlihat eksekusinya masih belum seperti yang diharapkan. Tentunya tidak mudah kali ini karena kami membangun tim baru dengan para pemain muda. Mereka butuh proses untuk berkembang,” ujar Pejic.
Adapun 7 dari 12 pemain timnas yang dibawa ke Thailand berusia tidak lebih dari 25 tahun. Beberapa di antaranya masih di bawah 23 tahun, seperti Hendrick Xavi Yonga (21) dan Julian Chalias (21). Mereka belum mampu berbicara banyak. Hendrick mencatat 2 poin dan 2 steal, sementara Julian menghasilkan 3 rebound.
Masalah lainnya, para pemain veteran yang ditugaskan untuk menggendong skuad juga tidak berkontribusi maksimal. Kaleb hanya menyumbang 8 poin selama bermain hampir 25 menit. Center naturalisasi Lester Prosper, yang selalu menjadi pencetak poin terbanyak selama uji coba, hanya mencetak 6 poin selama 21 menit lebih.
Indonesia bisa saja kalah lebih telak. Mereka sempat tertinggal 25 poin di kuarter terakhir. Beruntung, Thailand memilih untuk mengistirahatkan Morgan sepanjang kuarter keempat. Selain Morgan, center cadangan Chanatip Jakrawan juga tampil solid dengan sumbangan dobel-dobel 13 poin dan 12 rebound.
Pemilihan pemain
Pelatih Kepala Thailand Eduard Torres mengatakan, kunci kemenangan timnya adalah kontribusi maksimal dari seluruh pemain. Termasuk para pemain cadangan yang mengombinasikan total 32 poin. ”Ini adalah hasil upaya tim. Kami bertarung bersama dan sudah mengatur ritme sejak awal,” katanya.
Sumbangan dari bangku cadangan Thailand berbanding terbalik dengan timnas. Tim cadangan Indonesia hanya menghasilkan 14 poin. Penyumbang terbanyak dari cadangan adalah Kaleb. Pemain muda lain yang diharapkan bisa bersinar, seperti Yesaya Saudale dan Hendrick, tidak banyak membantu.
Masalah tersebut mengarah pada isu pemilihan pemain oleh manajemen dan pelatih timnas. Banyak pemain dari tim cadangan yang bahkan jarang mendapatkan menit tampil di klub masing-masing pada awal musim Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2024. Namun, mereka tetap terpilih untuk berangkat ke Thailand.
Salah satunya Aldy Izzatur (23) yang hanya bermain kurang dari 2 menit versus Thailand. Di Pelita Jaya musim ini Aldy baru mendapatkan kesempatan tampil rerata 3,7 menit. Dia bahkan belum mencetak satu poin pun di IBL setelah lima laga berlangsung. Uniknya, dia tetap dipanggil oleh Pejic.
Di sisi lain, guard Satria Muda Pertamina Jakarta, Abraham Damar Grahita, justru kembali tidak dipanggil. Padahal, Abraham sedang menampilkan performa terbaik di awal musim ini dengan rerata produksi 15,2 poin. Dia hanya salah satu dari sedikit pemain lokal yang bisa bersaing di tengah kepungan pemain asing.