Penyesalan yang Tersisa untuk Inter Milan
Keunggulan di laga pertama kontra Atletico Madrid tidak cukup membuat Inter Milan tersenyum.
MILAN, RABU — Inter Milan memang memetik kemenangan penting, 1-0, atas Atletico Madrid pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions, Rabu (21/2/2024) dini hari WIB, tetapi hasil itu tetap menyisakan penyesalan. Pelatih Inter Simone Inzaghi menyadari hasil positif itu bukan bekal istimewa untuk menjalani gim kedua di kandang sang rival.
”Kami tahu ini hanya laga pertama, gim kedua akan berjalan sulit. Tentu ada penyesalan dari hasil akhir dengan mempertimbangkan peluang yang kami ciptakan. Kami pantas keunggulan lebih besar,” tutur Inzaghi seusai laga kepada Sky Sport Italia.
Pada laga yang berlangsung di Stadion San Siro, Milan, itu, Inter menunjukkan dominasi mutlak atas tamu asal ibu kota Spanyol, Madrid. Koleksi 54 persen penguasaan bola menjadi bukti keinginan besar skuad ”I Nerazzurri” memanfaatkan keuntungan tampil di kandang sendiri untuk meraih kemenangan dan menabung gol sebanyak-banyaknya.
Itu terlihat dari 19 tembakan yang dihasilkan Lautaro Martinez dan kawan-kawan. Dari jumlah itu, lima tembakan mengarah ke gawang, lalu tujuh tembakan masing-masing tidak tepat sasaran dan diblok pemain bertahan Atletico.
Baca juga: Wajah Anomali Inter dan Atletico
Penyesalan pantas diungkapkan Inzaghi dan skuad Inter jika menyaksikan hasil akhir yang terpampang di papan skor setelah peluit akhir laga. Merujuk catatan Opta, Inter memiliki 2,34 expected goals(xG) sehingga wajar apabila Inzaghi berharap anak asuhannya bisa mencetak lebih dari sebuah gol. Gol tunggal penentu kemenangan Inter diciptakan pemain pengganti, Marko Arnautovic, pada menit ke-79.
Tak sekadar menyesali kemenangan tipis, Inzaghi juga sejatinya memahami timnya masih belum mampu membenahi masalah mereka di kompetisi Eropa musim ini, yaitu buruknya efektivitas serangan. Inter hanya bisa menciptakan sembilan gol dari tujuh laga. Padahal, mereka mencatatkan 14 xG.
Meski demikian, Inzaghi tidak ingin menyalahkan pemain-pemain depannya yang gagal mencetak gol lebih banyak. Pada duel kontra Atletico, Inzaghi memainkan empat penyerangnya secara bergantian. Duet Martinez dan Marcus Thuram memulai laga, lalu di babak kedua Arnautovic dan Alexis Sanchez menjadi tandem lini depan yang mengakhiri pertandingan.
”Setiap tim di kompetisi (Liga Champions) ini sulit untuk ditaklukkan, apalagi ketika sudah memasuki babak penting. Di musim lalu, Porto juga memberikan masalah kepada kami,” kata Inzaghi merujuk kemenangan tipis, 1-0, yang juga dicatatkan Inter pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions musim 2022-2023.
Baca juga: ”Scudetto” Sepenuhnya di Tangan Inter Milan
Tentu ada penyesalan dari hasil akhir dengan mempertimbangkan peluang yang kami ciptakan. Kami pantas memperoleh keunggulan lebih besar.
Arnautovic senang bisa membantu timnya mengemas hasil positif di laga pertama. Meski demikian, ia menyadari perlu tampil lebih tajam pada laga kedua di markas Atletico.
”Saya masuk untuk memberikan perbedaan. Saya memanfaatkan dengan baik kesempatan ketiga setelah menyia-nyiakan dua peluang awal,” kata Arnautovic, yang mengganti Thuram di menit ke-46, seperti dikutip laman UEFA.
Ia melanjutkan, ”Kami menciptakan banyak kesempatan. Kami seharusnya mencetak lebih banyak gol. Namun, kami menang dan ini hasil yang penting karena laga amat sukar telah menunggu kami di Madrid.”
Tak hanya dari kubu Inter, penyesalan juga terpancar dari para pemain Atletico. Garis pertahanan rendah dan performa Jan Oblak di bawah mistar merupakan penyebab utama Atletico mampu terhindar dari kekalahan telak dari Inter.
Baca juga: “Kiamat Kecil” Bayern Muenchen dan Ironi Kane
Atletico kebobolan akibat satu kesalahan kecil yang tercipta ketika mereka tengah menguasai bola. Bek pengganti Reinildo Mandava gagal menguasai bola dengan sempurna saat menerima operan lemparan ke dalam, bola kemudian direbut Martinez yang mengawali serangan cepat Inter yang berbuah gol.
”Kami kemasukan satu gol dari sebuah kesalahan yang normal terjadi di sepak bola. Kami kecewa, tetapi kami harus menegakkan kepala karena masih ada satu gim tersisa yang harus kami manfaatkan,” tutur Oblak dilansir Marca.
Tanpa cela
Di luar performa lini serang yang belum memuaskan, Inter kembali memperagakan penampilan tangguh mereka dalam skema bertahan. Atletico yang mengandalkan transisi serangan balik cepat gagal memberikan perlawanan berarti bagi pemain belakang Inter.
Tidak ada satu pun tembakan tim berjuluk ”Los Rojiblancos” itu yang membuat kiper Inter, Yann Sommer, melakukan penyelamatan. Trio bek tengah Inter, yakni Benjamin Pavard, Stefan de Vrij, dan Alessandro Bastoni, tampil pandu dan tanpa cela. Begitu pun dua bek sayap Matteo Darmian dan Federico Dimarco, yang bermain disiplin untuk tampil seimbang dalam menjalankan peran menyerang serta bertahan.
Baca juga: Jangan Ragukan ”DNA” Eropa Setiap Pemain Real Madrid
Terakhir kali Inter bisa membuat lawan gagal mengancam gawang mereka terjadi pada fase grup Liga Champions edisi 2006-2007. Ketika itu, mereka menghadapi Sporting Lisbon, November 2006.
”Saya tahu Sommer tidak membuat penyelamatan, tetapi ada beberapa situasi, seperti tembakan Samuel Lino dan sundulan Alvaro Morata yang seharusnya bisa kami antisipasi lebih baik,” ucap Inzaghi.
Pelatih Atletico Simeone menyebut Atletico harus meningkatkan diri agar bisa menyajikan penampilan menyerang lebih baik di Madrid. ”Kami harus memenangi duel, terus berlari dengan intensitas lebih baik. Dengan itu, saya yakin hal baik akan tiba,” kata Simeone kepada Movistar.
Sementara itu, pada laga lain, PSV Eindhoven gagal memanfaatkan kesempatan sebagai tuan rumah di laga pertama kontra Borussia Dortmund. Laga di Stadion Philips itu berakhir imbang, 1-1.
Dortmund unggul lebih dulu melalui gol pemain sayap Donyell Malen menit ke-24, lalu PSV membalas ketika babak kedua berjalan 11 menit berkat eksekusi penalti penyerang gaek Luuk de Jong.