Yang Kaya Makin Kaya, yang Lain Kian Sulit Mengejar
Pendapatan klub raksasa Eropa meningkat pesat selama 2023. Liga Inggris tak diragukan lagi sebagai magnet finansial.
Laporan pendapatan klub Eropa selama 2023 yang dikeluarkan UEFA dan Deloitte, firma finansial, menegaskan kian besarnya ketimpangan kondisi ekonomi yang dialami klub-klub besar, terutama asal Inggris, dengan liga-liga lain. Meskipun Real Madrid memimpin daftar klub dengan pemasukan tertinggi selama 2023, Liga Spanyol tak berdaya mengimbangi pendapatan besar klub-klub asal Inggris.
Dalam laporan UEFA bertajuk ”The European Club Finance and Investment Landscape” yang dirilis pada Kamis (15/2/2024) lalu, Real menduduki peringkat pertama sebagai klub dengan pendapatan tertinggi di tahun lalu. ”Los Blancos” menggeser posisi Manchester City yang dalam dua tahun sebelumnya memegang predikat klub dengan pemasukan terbesar di dunia.
Di luar perubahan posisi pertama, Paris Saint-Germain dan Barcelona melengkapi posisi empat besar. Dalam laporan ”Money League 2024” milik Deloitte, PSG berada di posisi ketiga, sedangkan UEFA mencantumkan Barcelona di peringkat ketiga. Posisi kedua tim itu yang membedakan dalam peringkat 10 besar di kedua laporan itu.
Meski terjadi pertumbuhan pesat, polarisasi pendapatan antarnegara semakin besar.
Tanpa memedulikan perbedaan itu, empat tim paling makmur selama 2023 itu menciptakan sejarah baru dalam finansial sepak bola. Untuk pertama kali, terdapat empat tim yang meraih pendapatan lebih dari 800 juta euro atau sekitar Rp 13,47 triliun dalam satu tahun.
Dalam laporan UEFA, Real Madrid mengoleksi pendapatan sebesar 841 juta euro (Rp 14,16 triliun), City mengemas 836 juta euro (Rp 14,07 triliun), Barcelona mencatatkan 815 juta euro (Rp 13,7 triliun), dan PSG 807 juta euro (Rp 13,6 triliun).
Adapun merujuk Money League 2024, Real Madrid mendapatkan 831,4 juta euro (Rp 14 triliun), City 825,9 juta euro (Rp 13,9 triliun), PSG 801,8 juta euro (Rp 13,5 triliun), serta Barca 800,1 juta euro (Rp 13,47 triliun).
Baca juga: Peluang Perkawinan Dua Ambisi Real Madrid
Deloitte mencatat di laporan sebelumnya, hanya Barcelona yang mampu menembus pendapatan 800 juta euro. Hal itu tercipta sebelum Covid-19 menerjang, tepatnya di Money League edisi 2019. Setelah era Covid-19, City yang memimpin daftar Money League hanya mencatatkan pendapatan masing-masing 645 juta euro (Rp 10,86 triliun) pada 2021 dan 731 juta euro (Rp 12,3 triliun) pada 2022.
Meskipun tim Inggris hanya diwakili City di peringkat empat besar, Liga Inggris sejatinya adalah penguasa dalam zona 10 besar. Selain City, dominasi Inggris diperkuat dengan kehadiran Manchester United (peringkat kelima), lalu Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Arsenal yang berturut-turut berada di posisi keenam sampai ke-10.
Adapun Real dan Barca adalah dua perwakilan Spanyol di peringkat 10 besar, kemudian PSG satu-satunya perwakilan Liga Perancis. Sementara itu, Bayern Muenchen, yang duduk di posisi keenam, ialah duta tunggal Liga Jerman di daftar 10 besar.
Juventus masih memegang predikat tim Italia dengan pendapatan terbesar. Tetapi, sejak keluar dari daftar 10 besar pada 2023 lalu, ”Si Nyonya Besar” masih bertahan di peringkat ke-11.
Baca juga: Anomali Erling Haaland, Derita Manchester City
Direktur Keberlanjutan dan Riset Finansial UEFA Andrea Traverso mengungkapkan, pihaknya mencatat rekor pendapatan 26 miliar euro (Rp 437,8 triliun) selama tahun 2023. Angka itu telah menunjukkan peningkatan pendapatan akumulasi sekitar 1 miliar euro dari 700 klub Eropa di bawah naungan UEFA dalam periode 2013-2023.
”Meski terjadi pertumbuhan pesat, polarisasi pendapatan antarnegara semakin besar,” ujar Traverso, akhir pekan lalu.
Selisih besar
UEFA mencatat mulai terlihatnya ketimpangan pendapatan klub 10 besar dengan di luar zona itu. Sebagai contoh, gap Arsenal di posisi ke-10 dengan Juve yang berada di peringkat ke-11 nyaris 100 juta euro.
Arsenal mengoleksi pendapatan 535 juta euro (Rp 9,01 triliun), sedangkan Juve mengemas 437 juta euro (Rp 7,35 triliun). Padahal, pada tahun lalu, Arsenal dan Juve hanya berselisih sekitar 30 juta euro. Dengan kian pulihnya kondisi ekonomi di Eropa dan dunia, maka Juve bakal semakin sulit mengimbangi posisi 10 besar.
Baca juga: Katalis Takhta Real Madrid dan Manchester City
Tujuh tim yang masuk 10 besar mampu mengoleksi penambahan pendapatan lebih dari 100 juta euro. Hanya MU, Chelsea, dan Liverpool yang tidak mampu mengimbangi pemasukan tujuh tim itu.
Di luar zona 10 besar, hanya dua tim asal Italia yang mengoleksi peningkatan pendapatan signifikan, melebihi 100 juta euro. Mereka adalah AC Milan (+126 juta euro), yang naik ke peringkat ke-13, dan Napoli (+120 juta euro) di posisi ke-18.
Ketimpangan semakin besar terlihat jika mengamati pendapatan kolektif antarliga. Pendapatan 20 tim di Liga Primer Inggris secara total mencapai 6,5 miliar euro (Rp 109,4 triliun). Ini rekor pendapatan kolektif tertinggi untuk kompetisi kasta tertinggi di Inggris dan Eropa, bahkan dunia.
Pendapatan Liga Primer sudah dua kali lipat dari liga dengan pemasukan kolektif terbesar kedua dan ketiga, yaitu La Liga Spanyol dengan 3,3 miliar euro (Rp 55,6 triliun) dan Bundesliga Jerman yang mengoleksi 3,2 miliar euro (Rp 53,9 triliun). Dua liga lain, yang melengkapi lima liga top Eropa, Serie A Italia dan Ligue 1 Perancis, hanya mengoleksi pendapatan akumulasi masing-masing 2,4 miliar euro (Rp 40,4 triliun) dan 2 miliar euro (Rp 33,6 triliun).
Adapun liga-liga yang kerap memberikan persaingan baik di kompetisi antarklub Eropa, seperti Portugal, Belanda, dan Turki, tidak berdaya mengimbangi lima liga itu. Pasalnya, tim Liga Belanda hanya mengemas pendapatan kolektif 629 juta euro (Rp 10,6 triliun, lalu Portugal dengan 557 juta euro (Rp 9,38 triliun), dan Turki 533 juta euro (Rp 8,9 triliun). Pendapatan tiga liga itu lebih rendah dari pendapatan klub yang masuk dalam tujuh besar peraih pendapatan tertinggi di tahun 2023.
Ketimpangan besar itu dipengaruhi terutama oleh hak siar kompetisi yang amat timpang. Dari 8 miliar euro (Rp 134,7 triliun) yang merupakan total pemasukan klub seluruh Eropa dari hak siar, sekitar 3 miliar euro (Rp 50,5 triliun) dikoleksi tim-tim Liga Inggris. Itu artinya, tim Inggris mengemas 37,5 persen dari pendapatan hak siar semua klub Eropa.
Nilai hak siar Liga Inggris adalah yang tertinggi di Eropa. Liga Inggris musim 2022-2023 hingga 2024-2025 mencatatkan nilai hak siar 3,94 miliar euro (Rp 66,35 triliun) per musim. Angka itu sudah lebih tinggi dari nilai hak siar per musim Liga Champions, yaitu 3,03 miliar euro (Rp 51,03 triliun).
Tiga liga lain, yaitu Spanyol, Jerman, dan Italia, memiliki kontrak hak siar lebih dari 1 miliar euro per musim. Di luar itu, hanya Liga Perancis yang mencatatkan nilai hak siar per musim lebih dari 500 juta euro.
Sektor komersial
Sementara itu, Deloitte melalui Money League 2024 mencatatkan tren baru sumber pendapatan utama klub-klub raksasa Eropa. Sumber pemasukan terbesar klub bukan lagi dari hak siar, melainkan pendapatan dari sektor finansial.
Selama 2023, sebanyak 20 klub dengan pendapatan tertinggi versi Money League mendapat pemasukan rerata 222 juta euro (Rp 3,73 triliun) dari sektor finansial. Sektor finansial itu meliputi kerja sama dengan jenama yang menjadi sponsor tim, kegiatan di luar pertandingan, serta penjualan cendera mata (merchandise) klub.
Adapun pemasukan rerata dari hak siar berjumlah 213 juta euro dan tiket pertandingan hanya 93 juta euro. Dengan kondisi itu, maka untuk pertama kali sejak 2015, pendapatan komersial menjadi sumber pemasukan tertinggi.
”Money League mencatatkan rekor baru pendapatan komersial yang mencapai total 4,4 miliar euro selama musim 2022-2023. Sebanyak 17 dari 20 klub peringkat teratas mencatatkan pertumbuhan komersial tertinggi,” ungkap laporan Money League 2024.
Tren itu selaras dengan catatan UEFA. Selama 2023, nilai akumulasi pendapatan klub Eropa dari sektor finansial mencapai 8,4 miliar euro (Rp 141,47 triliun) sehingga telah melebihi nilai pendapatan 8,3 miliar euro (Rp 139,8 triliun) dari hak siar. Pendapatan klub Eropa dari tiket penonton ialah 3,7 miliar euro (Rp 62,3 triliun), sedangkan nilai pemasukan yang dikoleksi tim-tim Eropa dari bagi hasil UEFA sebesar 2,9 miliar euro (Rp 48,8 triliun).