Kans Pemain Indonesia Berkarier di Korea Selatan Kian Terbuka
Bergabungnya Pratama Arhan dengan Suwon FC membuka kans pemain Indonesia lainnya berkarier di Liga Korea Selatan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam kondisi belum meratanya profesionalitas liga di Indonesia, pilihan pesepak bola untuk meniti karier di luar negeri bisa dibilang merupakan gagasan yang masuk akal. Klub divisi teratas Liga Korea Selatan atau K-League, Suwon FC, membuka peluang merekrut lebih banyak pesepak bola asal Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan pihak Suwon, Kamis (15/2/2024), di Jakarta, saat memperkenalkan bek kiri timnas Indonesia, Pratama Arhan, sebagai salah satu rekrutan terbaru mereka untuk mengarungi musim baru Liga Korea Selatan. Suwon mengetahui kualitas pesepak bola Indonesia melalui Asnawi Mangkualam yang sempat memperkuat klub Liga Korea Selatan, Jeonnam Dragons.
Tapi, di sini saya juga harus tetap kerja keras untuk menunjukkan ’skill’ dan kemampuan saya agar pelatih bisa lihat.
Setelah kontrak Asnawi dengan Jeonnam usai, Suwon sempat berniat merekrutnya. Namun, Suwon urung mengontrak Asnawi karena persoalan finansial. Sebagai gantinya, Suwon melihat peluang lain seiring masa kontrak Arhan yang tidak diperpanjang. Negosiasi berjalan lancar dan Arhan diikat Suwon dengan kontrak berdurasi satu musim plus opsi perpanjangan selama semusim.
”Kami tahu dia sejak bermain untuk Tokyo Verdy. Dia pemain yang punya potensi dan tentunya masih muda. Hal yang terpenting adalah dia pemain penting untuk timnas Indonesia. Jadi, kami membuat keputusan untuk merekrutnya,” kata General Manager Suwon Choi Sun-ho di Jakarta.
Menurut Choi, sepak bola Indonesia sudah berkembang jauh dan melahirkan banyak pesepak bola berbakat sekaligus potensial. Itu menjadi alasan bagi pihak Suwon mulai melirik pesepak bola Indonesia untuk bermain di Liga Korea Selatan.
Arhan bisa menjadi pembuka jalan bagi pesepak bola Indonesia lainnya untuk berkarier di Korea Selatan apabila mampu tampil sesuai ekspektasi tim pelatih. Sebelum memutuskan menerima pinangan Suwon, Arhan telah memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan garansi menit bermain.
Kemewahan tersebut tidak didapatkan Arhan saat memperkuat Tokyo Verdy. Selama dua musim membela Tokyo Verdy, Arhan hanya tampil sebanyak empat kali di semua kompetisi.
Dengan janji mendapat menit bermain lebih banyak, Arhan bertekad berusaha lebih keras agar bisa dipercaya tampil secara reguler. Apabila mampu tampil mengesankan, setidaknya itu akan memengaruhi kepercayaan klub-klub Liga Korea Selatan terhadap kualitas pesepak bola Indonesia. Maka, hal ini akan membuka kesempatan pemain Indonesia lainnya direkrut klub-klub Korea Selatan.
”Tapi, di sini saya juga harus tetap kerja keras untuk menunjukkan skill dan kemampuan saya agar pelatih bisa lihat,” ujar Arhan.
Di sisi lain, Pelatih Suwon Kim Eun-jung sempat menyaksikan kiprah timnas Indonesia di Piala Asia tempo hari. Kim memuji penampilan timnas Indonesia yang dia sebut mengalami peningkatan cukup pesat.
”Di Piala Asia tim Indonesia meraih hasil yang bagus. Dari sejak Shin (Tae-yong) di Indonesia, sepak bola Indonesia sudah bagus. Setelah itu, kalau Arhan main bagus di K-League, mungkin banyak orang Indonesia yang bisa bermain di sini juga,” ucapnya.
Suwon punya sejarah cukup panjang dalam pembinaan pesepak bola muda. Tradisi klub menempatkan pembinaan pemain muda sebagai hal yang penting. Saat dibentuk pada 2003, klub ini mendapat tugas dari Pemerintah Kota Suwon untuk mematangkan talenta muda di kota tersebut sebelum bergabung ke klub yang lebih besar, yaitu Suwon Bluewings.
Disinggung mengenai cara klub-klub di Korea Selatan mengorbitkan pemain mudanya, Kim menuturkan, pemain sepak bola, apalagi yang berusia muda, harus mendapatkan menit bermain sebanyak mungkin. Itu akan lebih bagus apabila ditambah dengan pengalaman menjajal klub-klub di luar negeri. Bermain di liga Korea Selatan bisa menjadi salah satu alternatif bagi pesepak bola Indonesia dalam melanjutkan karier.
Berbeda dengan Liga Indonesia yang masih kerap terdengar kasus tunggakan gaji pemain, yang mencerminkan belum meratanya profesionalitas klub, Liga Korea Selatan relatif lebih tertata dan profesional.
Penerapan standar klub-klub yang mengikuti liga amat ketat. Hanya klub-klub yang terbukti profesional yang bisa berkompetisi. Ini sebab mengapa Liga Korea Selatan hanya diikuti 12 klub. Menurut Choi, tidak apa-apa hanya sedikit klub yang terbukti di liga, tetapi seluruhnya terbukti profesional. Baginya, itu lebih baik dibandingkan dengan liga yang berisi banyak klub, tetapi tidak semuanya menerapkan standar profesional.
”Walau (jumlah klub) sedikit, kalau semuanya yang di liga benar-benar profesional, maka tingkat kompetitifnya juga akan tinggi,” kata Choi.