Katalis Takhta Real Madrid dan Manchester City
Madrid dan City menjadi tim paling difavoritkan karena faktor katalis yang sudah ditunjukkan di laga pertama 16 besar.
KOPENHAGEN, RABU — Hari pembuka babak 16 besar Liga Champions, pada Rabu (14/2/2024) dini hari WIB, memperlihatkan alasan Manchester City dan Real Madrid paling difavoritkan keluar sebagai juara musim ini. Tim raksasa tersebut masing-masing memiliki katalis yang bisa mengantar jauh ke pengujung turnamen.
Sebelum babak gugur dimulai, Opta Analyst mengeluarkan prediksi turnamen yang berasal dari simulasi superkomputer. Kandidat favorit peraih trofi adalah juara bertahan City dengan peluang 32,1 persen. Madrid menyusul di belakangnya dengan 15,4 persen. Tim-tim raksasa seperti Arsenal dan Barcelona hanya di bawah 10 persen.
Laga itu dikontrol oleh satu pemain dan itu adalah Rodri. Dia fenomenal.
Prediksi itu langsung tecermin di laga pertama 16 besar. City dan Madrid mencuri kemenangan saat bertandang dengan cara masing-masing. City menumbangkan FC Copenhagen, 3-1, dengan mendominasi mutlak di Stadion Parken, sedangkan Madrid menaklukkan RB Leipzig 1-0 di Stadion Red Bull Arena dengan susah payah.
Baca juga: Sinaran Wajah ”Treble” Manchester City
Peluang City untuk lolos ke perempat final dengan menyingkirkan Copenhagen adalah 93,9 persen, sedangkan kans Madrid ke delapan besar mencapai 72,8 persen. Dengan modal kemenangan di laga pertama, kans mereka semakin menguat. ”Saya tidak melihat tim juara selain City atau Madrid,” kata mantan bek Rio Ferdinand pada BBC Sport.
Ferdinand, peraih trofi Liga Champions 2007-2008 bersama Manchester United, sangat terpukau dengan dominasi City. Mereka tidak tenggelam dalam atmosfer ”angker” Stadion Parken yang membuat MU takluk 3-4 di babak grup. Sempat diimbangi 1-1 akibat blunder kiper Ederson, ”The Citizens” mampu membalikkan arah angin.
Banyak pemain City yang disorot di markas Copenhagen. Gelandang kreatif Kevin De Bruyne menyumbang 1 gol dan 1 asis dalam penampilan pertama di Liga Champions usai final musim lalu. Gelandang Phil Foden yang digeser ke sisi kanan juga melanjutkan tren terbaik dalam kariernya dengan sumbangan 1 gol dan 1 asis.
Baca juga: Manchester City, “Raja” Mendekati Takhta
Namun, menurut Ferdinand, kontribusi terbesar diberikan oleh gelandang jangkar Rodri. Sang pemain membuat City bisa unggul penguasaan hampir 80 persen dan Copenhagen hanya menciptakan satu tembakan tepat sasaran. ”Laga itu dikontrol oleh satu pemain dan itu adalah Rodri. Dia fenomenal,” puji Ferdinand.
Rodri menampilkan performa nyaris sempurna di Stadion Parken. Selain mengatur ritme, dia juga mengambil alih peran sebagai kreator peluang dengan catatan umpan kunci terbanyak (4), bahkan melebihi De Bruyne (2). Dia juga menjadi penghadang transisi lawan dengan kemenangan 100 persen dalam duel darat (7/7) dan tekel (3/3).
Ibarat jantung tanpa oksigen, seperti itu pula ketergantungan City terhadap Rodri. Saat pemain tim nasional Spanyol itu tampil, City tidak terkalahkan dalam 55 pertandingan terakhir. Adapun tim asuhan manajer Josep Guardiola sudah kalah empat kali musim ini, semua saat Rodri berhalangan turun. Hal itu bukan sekadar kebetulan.
Mencuri kemenangan
Di sisi lain, ”DNA” Madrid sebagai penguasa Eropa kembali terpancar. Mereka bisa mencuri kemenangan di kandang lawan walaupun tampil tanpa pemain andalan, yaitu Jude Bellingham, yang merupakan pencetak gol terbanyak tim. Bagi tim peraih gelar Liga Champions terbanyak itu, 14 kali, selalu ada jalan keluar ketika berlaga di Eropa.
Baca juga: Jangan Ragukan ”DNA” Eropa Setiap Pemain Real Madrid
Sosok pahlawan justru muncul tiba-tiba dalam diri penjaga gawang Andriy Lunin. Kiper pelapis itu menciptakan sembilan penyelamatan untuk menggagalkan seluruh percobaan tim tuan rumah. Kejutan juga terjadi di lini serang. Pelatih Leipzig Marco Rose berkata, sangat mengantisipasi pergerakan penyerang Vinicius Junior.
Bahkan, Leipzig sampai menjaga Vinicius dengan dua pemain sekaligus. Namun, sosok yang menjadi pembeda justru gelandang yang lebih sering jadi cadangan, yaitu Brahim Diaz. Dengan gol spektakuler lewat aksi individu di sisi kanan, Diaz membuat tugas ”El Real” jauh lebih mudah saat berlaga di Stadion Santiago Bernabeu.
Michael Owen, mantan penyerang Madrid, mengatakan, Liga Champions sudah seperti turnamen milik ”El Real”. Dengan sejarah kesuksesan di turnamen, mereka seolah wajib dan akan melangkah jauh di setiap edisi. Kelekatan tersebut tidak bisa dijelaskan logika, tetapi selalu terjadi nyaris di setiap musim, terutama satu dekade terakhir.
”Ketika Madrid dalam kondisi sulit, mereka akan menghasilkan sesuatu. Mereka punya sejarah panjang di kompetisi ini. Bahkan, ketika kalah 0-1, peluang tetap lebih berpihak pada mereka. Namun, hasil ini bukan sesuatu yang sangat bagus untuk mereka. Leipzig pantas mendapatkan setidaknya hasil imbang dengan banyak peluang tadi,” jelas Owen.
Adapun tujuh tim ”kuda hitam” di babak 16 besar hanya mencatat peluang di bawah 1,5 persen untuk memenangi turnamen, di antaranya adalah Leipzig (1,4 persen) dan Copenhagen (0 persen). Meskipun kans sangat tipis, peluang mereka masih terbuka selama bola berbentuk bulat.
Seperti kata Pelatih Madrid Carlo Ancelotti, masih ada 90 menit yang harus dimainkan. Keunggulan satu gol bisa berbalik dalam sekejap. ”Hasil itu hanya keuntungan minor untuk kami,” ujarnya. (AP/REUTERS)