”Time Attack” Masih Jadi Masalah Quartararo
Fabio Quartararo masih mengalami masalah yang sama dengan musim lalu, yaitu ”time attack”, sementara ”pace” solid.
SEPANG, KAMIS — Fabio Quartararo mendapati mesin Yamaha YZR-M1 masih belum solid dalam time attack sehingga berpotensi mengalami masalah yang sama dalam kualifikasi. Hal yang sama dialami oleh Alex Rins. Kondisi ini disebabkan oleh setelan elektronik yang belum bisa mengontrol penyaluran tenaga mesin tanpa menyebabkan ban spinning.
Mesin baru Yamaha yang dipasang pada YZR-M1 2024 memiliki tenaga lebih besar dan kecepatan puncak lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan top speed Quartararo 338,5 kilometer per jam yang memuncaki catatan hari kedua tes di Sepang. Namun, kecepatan puncak itu belum bisa dijadikan patokan valid karena speed trap di Sepang berada di titik pengereman tikungan satu. Artinya, ini bisa saja dipengaruhi oleh slipstream dan pengereman yang melewati zona pengereman.
Dalam hari ketiga tes, Kamis (8/2/2024), Quartararo di posisi kesembilan top speed dengan 335,4 kilometer per jam. Kecepatan puncak pada dasarnya bukan masalah besar bagi Yamaha. Kendala paling mengusik mereka adalah waktu satu putaran saat time attack yang masih terlalu jauh dari para pebalap Ducati, Aprilia, dan KTM.
Dalam time attack hari terakhir tes, Quartararo hanya berada di posisi ke-11 dengan 1 menit 57,525 detik terpaut hingga 0,843 detik dari pebalap Ducati, Francesco Bagnaia, yang tercepat. Bagnaia berada di klub 56 detik bersama dengan Jorge Martin, Enea Bastianini, dan Alex Marquez, yang semuanya memacu Desmosedici GP.
Baca juga: Quartararo: Target Utama Saya Selalu Juara Dunia
Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah terbesar Yamaha, karena ritme pace sangat solid yang dimiliki Quartararo tidak akan berdampak besar jika start di luar dua baris terdepan. Kondisi ini disadari oleh Yamaha, yang akan memfokuskan mencari solusi kendala itu.
”Tiga area utama pengujian adalah mesin, aerodinamika, dan kami mulai mengenalkan rear start device. Semua item itu telah dikonfirmasi, disahkan oleh semua pebalap, Cal (Crutchlow), Fabio, dan Alex. Motor sedikit lebih kencang, aerodinamika mulai membantu pebalap untuk berbelok dan juga rear start device mengurangi wheelie saat akeselerasi,” ujar Direktur Tim Monster Energy Yamaha Massimo Meregalli kepada MotoGP.
”Sekarang, area yang perlu kami tingkatkan jelas dalam kualifikasi. Benar, masih ada selisih yang harus kami pangkas. Kami masih memiliki banyak waktu di sepanjang musim ini untuk memperbaiki itu dan membuat itu semakin kecil, tetapi kami tidak terlalu khawatir,” tegas Meregalli.
Bagi Quartararo, peningkatan tenaga mesin M1 musim ini belum menyelesaikan masalah yang dia alami sejak dua musim terakhir, yaitu kualifikasi. Kendala itu sangat menyulitkan musim lalu, karena Quartararo lebih sering start dari luar tiga baris terdepan. Podium pun menjadi semakin sulit diraih oleh juara MotoGP 2021 itu meskipun memiliki pace balapan yang solid.
Baca juga: Terobosan Yamaha untuk Kembali Tampil Kompetitif di MotoGP
Dalam simulasi sprint dalam tes hari kedua di Sepang, Quartararo sudah mampu mencetak ritme pace yang solid di 1 menit 57,9 detik. Dia memerbaiki pace dalam tes hari ketiga menjadi 57,5 detik. Ritme pace itu seharusnya cukup untuk bersaing meraih kemenangan, jika dia start dari baris terdepan.
”Pada dasarnya, ini lebih kurang sama. Saya senang ketika saya mencetak 57,5 detik, tetapi ini merupakan limit. Kami jauh. Kami menemukan limit dengan cukup mudah karena saya melakukan empat putaran dalam 57,5 detik, 57,6 detik, di sana jelas tidak ada satu putaran yang lebih baik dari yang lainnya,” jelas Quartararo.
”Ini cukup sulit dipahami. Saya tahu di mana kami perlu lebih baik, tetapi bagaimana mencapainya, saya tidak tahu,” tegas pebalap asal Perancis itu dikutip Crash.
Dia menilai, kendala ini merupakan kombinasi dari setelan elektronik dan mekanik, yang membuat dirinya tidak bisa memaksimalkan potensi M1 untuk mencetak waktu satu putaran yang solid.
Baca juga: Marc Marquez Terapkan Taktik ”Sandbagging”
”Menurut saya kedua hal itu. Keduanya masalah. Bukan masalah, melainkan solusi untuk berada dalam persaingan di posisi keempat sampai kedelapan. Itu yang harus kami temukan dan menurut saya ini sangat penting,” kata Quartararo.
”Dalam pace, kami cepat seperti tahun lalu. Kami tidak di puncak tetapi memiliki peluang bagus. Namun, jika kami start dari P11, Anda akan berada di sana, tidak masalah seperti apa pace Anda. Inilah mengapa kami berusaha menemukan solusi untuk meningkatkan daya cengkeram,” tegas Quartararo.
Hal yang sama dirasakan oleh Alex Rins yang merasakan ban belakang spinning setiap kali akselerasi keluar dari tikungan. Kondisi itu membuat dirinya kehilangan waktu dan menjadi sangat merugikan saat time attack.
”Saya merasakan hal yang sama. Tidak seperti dia (Quartararo) karena saya datang dari motor lain dan khususnya dengan Honda tahun lalu kami sangat kesulitan dengan hal itu (daya cengkeram ban belakang),” ungkap Rins.
”Jadi, menurut saya, motor ini sedikit lebih baik dalam akselerasi (dibandingkan Honda), dalam hal bagaimana ban belakang bereaksi. Namun, benar, bahwa jika kami ingin tancap gas untuk satu putaran yang cepat atau untuk pace balapan, kami kesulitan dibandingkan yang lainnya,” jelas Rins.
Baca juga: ”Pecco” Bagnaia Menaikkan Level Persaingan
Saya tahu di mana kami perlu lebih baik, tetapi bagaimana (mencapainya), saya tidak tahu.
”Sebagai contoh, keluar dari tikungan ke-14, atau tikungan ke-5, di mana Anda perlu membawa kecepatan, sepertinya kami kehilangan sedikit (cengkeraman) ban belakang,” ungkap pebalap asal Spanyol itu.
”Namun, apa pun itu, saya cukup senang dengan pekerjaan yang dilakukan. Kami menciptakan kelompok kerja yang bagus. Jadi, kita lihat saja, apakah kami bisa terus seperti ini dan terus membaik,” kata Rins.
MotoGP akan kembali menggelar tes pramusim kedua di Sirkuit Lusail, Qatar, pada 19-20 Februari. Dalam tes itu, Yamaha diharapkan sudah bisa menemukan solusi untuk memperbaiki performa dalam time attack. Jika M1 belum membaik di area itu, Yamaha masih memiliki waktu di sepanjang musim ini untuk pembenahan, karena mendapat hak konsesi.
Namun, bagi Quartararo dan Rins, itu akan menjadi kerugian karena mereka belum bisa memaksimalkan potensi M1 yang solid dalam pace balapan. Musim lalu, masalah itu membuat Yamaha tidak bisa meraih kemenangan. Musim buruk itu berusaha dicegah terulang oleh Yamaha, dengan perombakan internal organisasi serta merekrut insinyur-insinyur Eropa untuk berkolaborasi dengan pakar-pakar mesin Jepang.