Bayang-bayang rasa sakit pasca-operasi menjadi momok yang berhasil Rizki Juniansyah taklukkan untuk meraih tiga perak.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Bukan perkara mudah tampil kembali di kejuaraan setelah setengah tahun absen lalu langsung naik podium. Apalagi, trauma rasa sakit pasca-operasi usus buntu masih menghantui. Namun, Rizki Juniansyah berhasil melakukannya dengan mengalahkan diri sendiri, setelah menaklukkan ketakutannya.
Kebahagiaan terpancar di wajah Rizki Juniansyah selepas mengangkat beban dengan clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap)seberat 192 kg di kelas 73 kg Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024, di Tashkent, Uzbekistan, Selasa (6/2/2024). Rizki berteriak sambil mengepalkan kedua tangannya, memberi gestur salam yang dilanjutkan dengan gerakan hormat, lalu memeluk pelatihnya, Triyatno.
Kondisi badanku sudah fit. Namun, masih trauma setelah operasi usus buntu, masih ada rasa takut sakitnya muncul lagi.
Keberhasilan Rizki dalam angkatan terakhir itu berarti banyak. Rizki tak hanya memastikan medali ada dalam genggaman, tetapi juga menunjukkan dia mampu melawan ketakutan. Dengan menaklukkan rasa takut, Rizki mencatatkan comeback manis dan membuktikan kemampuannya belum hilang kendati aksinya tak terlihat setahun lamanya di panggung kejuaraan.
”Tidak ada rasa sakit atau kambuh lagi setelah istirahat total enam bulan untuk pemulihan. Kondisi badanku sudah fit. Namun, masih trauma setelah operasi usus buntu, masih ada rasa takut sakitnya muncul lagi,” tutur Rizki sebelum tampil.
Olahraga angkat besi melibatkan banyak otot, termasuk otot sekitar perut dan pinggang. Kendati lifter seperti Rizki tetap menggunakan sabuk untuk melindunginya dari tekanan berat saat mengangkat beban, wajar jika tetap ada kekhawatiran akan muncul lagi rasa sakit di area perut bekas operasi.
Namun, penampilan Rizki di panggung kejuaraan pilihan untuk Olimpiade Paris 2024 itu seolah dia tidak pernah menjalani operasi dan absen dalam waktu lama. Lifter berusia 20 tahun ini menuntaskan semua percobaan angkatan, termasuk angkatan snatch terakhir dan terbaik seberat 158 kg. Secara total angkatan, Rizki mencatatkan 353 kg. Dia membawa pulang medali perak untuk snatch, clean and jerk, dan total angkatan.
Jumlah 353 kg (snatch 158 kg dan clean and jerk 192 kg) ini melampaui total angkatan 347 kilogram (snatch 156 kg dan clean and jerk 191 kg) pada penampilan terakhir Rizki di SEA Games Kamboja, Mei 2023. Jumlah tersebut juga melampaui angkatan terbaiknya pada masa kualifikasi yang ditorehkan di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022 di Bogota, Kolombia, Desember 2022. Di ajang tersebut, Rizki meraih medali emas snatch dengan 155 kg. Lifter asal Serang, Banten, ini juga meraih perak untuk clean and jerk 192 kg dan total angkatan 347 kg.
Sebelum tampil di Kejuaraan Angkat Besi Asia, Rizki mengatakan fokus utamanya bukan meraih medali. Rizki menganggap kejuaraan tersebut langkah awal kembali bersaing dalam kejuaraan. Pada dua kejuaraan kualifikasi setelah Bogota, yaitu ajang pilihan di Grand Prix I Havana, Kuba, dan ajang wajib di Kejuaraan Dunia Riyadh, Arab Saudi, Rizki hanya hadir dan memperkenalkan diri.
Kendati akhirnya tidak tampil, kehadiran Rizki tetap tercatat dalam kejuaraan sehingga dia tetap memenuhi persyaratan untuk ikut minimal lima kejuaraan. Untuk lolos ke Paris, lifter harus ikut dua kejuaraan wajib dan tiga kejuaraan pilihan.
Medali juga tidak jadi tujuan utama Rizki karena dia baru latihan intensif selama satu bulan terakhir. Kendati demikian, apabila ada kesempatan untuk menyabet medali, dia bertekad tidak menyia-nyiakannya. Rizki pun benar-benar memanfaatkan kesempatan itu, terlebih tidak ada wakil dari China dan Korea Utara yang dapat menjadi rival beratnya.
Tak hanya itu, Rizki juga mengulang kenangan baik saat tampil di Tashkent, sesuai harapan yang disampaikan pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja. Tashkent bukanlah tempat yang asing bagi Rizki karena pada Kejuaraan Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021, dia memborong tiga medali emas dan memecahkan tiga rekor dunia saat turun di kelas 73 kg remaja. Setahun berselang, pada ajang yang sama, Rizki kembali memecahkan tiga rekor untuk level yunior.
”Menyalip” Rahmat
Selepas menorehkan comeback gemilang di Tashkent, Rizki mengungkapkan rasa bahagianya. Prestasi tersebut istimewa bagi Rizki karena diraih dalam waktu latihan yang singkat dan tercipta dalam bayang-bayang trauma. Kini, lifter kelahiran 17 Juni 2003 ini siap untuk meraih prestasi lagi di ajang selanjutnya.
Para lifter akan memperjuangkan tiket ke Olimpiade di kualifikasi terakhir yang merupakan kejuaraan wajib, yakni Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, 31 Maret-11 April 2024. Rizki pun bertekad untuk lebih mematangkan persiapan.
”Di sana, aku akan bertarung habis-habisan. Fokus untuk ’menyalip’ Rahmat,” ucap Rizki.
Rahmat yang dimaksud ialah Rahmat Erwin Abdullah, rekan Rizki di pelatnas sekaligus ”pesaingnya” di kelas 73 kilogram. Aturan kualifikasi Olimpiade menyatakan, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara. Alhasil, Rahmat dan Rizki harus saling bersaing untuk menjadi lifter terbaik yang mewakili Indonesia di Olimpiade.
Berdasarkan daftar panjang peringkat kualifikasi per 14 Desember 2023, Rizki dan Rahmat sama-sama berada dalam 10 besar yang juga menjadi syarat ke Paris. Rahmat memuncaki peringkat dengan total angkatan 352 kg, Rizki posisi ketiga dengan 347 kg. Dengan hasil terbaru di Uzbekistan, Rahmat (total 363 kg) menjauhi Rizki (total 353 kg) yang tadinya hanya berjarak 5 kg menjadi 10 kg.
Kehidupan atlet, apa pun cabang olahraganya, memang tak lepas dari bayang-bayang cedera atau rasa sakit. Pemulihan cedera sering kali bukan sekadar persoalan fisik. Atlet juga dihadapkan pada persoalan mental, seperti trauma atau khawatir cedera kambuh kembali. Rizki berhasil mengatasi hambatan mental itu, tahapan awal untuk bangkit lagi.