Sepulang dari Dubai, Arsenal memperlihatkan sisi berbeda yang tidak terlihat di paruh pertama musim. Mereka lebih kejam.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NOTTINGHAM, RABU — Dua laga seusai pulang dari kamp di Dubai, Uni Emirat Arab, Arsenal memperlihatkan urgensi dan ketajaman dalam transisi serangan balik ketika sedang unggul. Wajah yang tidak tampak pada separuh musim pertama itu menyelamatkan ”Si Meriam” dari mimpi buruk pada laga Liga Inggris di markas Nottingham Forest.
Arsenal butuh lebih dari satu jam untuk membuka keunggulan di Stadion City Ground pada Rabu (31/1/2024) dini hari WIB. Namun, setelah gol dari penyerang Gabriel Jesus pada menit ke-65, tim tamu hanya perlu sekitar tujuh menit untuk menggandakan keunggulan. Hal itu berkat efisiensi dalam transisi.
Menurut Manajer Arsenal Mikel Arteta, mereka memiliki lebih banyak senjata saat ini, termasuk transisi. Terbukti, dua gol kemenangan 2-1 itu datang bukan dari skema bermain sabar dan dominan penguasaan seperti ciri khas tim tersebut. ”Kuncinya, kami punya senjata berbeda dan mencari momen tepat saat dapat peluang,” ujarnya.
Gol kedua memperlihatkan perubahan drastis Arsenal. Gol itu tercipta hanya kurang dari 10 detik setelah bola direbut gelandang Martin Odegaard di lini tengah. Tanpa basa-basi, Odegaard memindahkan bola ke pertahanan lawan dan menciptakan situasi unggul empat lawan tiga. Penyerang sayap Bukayo Saka mengeksekusi gol itu.
Hanya tiga pemain yang terlibat dalam proses serangan, yaitu Odegaard, Jesus, dan Saka. Situasi transisi itu mengingatkan akan gol ketiga saat Arsenal menang 5-0 atas Crystal Palace di laga terakhir. Gol tercipta hanya dalam 10 detik, yaitu dari operan kiper David Raya kepada Jesus, lalu diakhiri oleh Trossard. Skema itu sederhana, tetapi mematikan.
Arsenal biasanya memperlambat tempo setelah unggul satu gol. Hal itu sering sekali menghukum mereka. Seperti di dua laga tandang terakhir, mereka gagal menang walaupun unggul lebih dulu. Sepulang dari Dubai, tim asuhan Arteta lebih kejam saat kondisi unggul dan perlu untuk menyelesaikan permainan.
Berkat urgensi dalam transisi itu, Arsenal selamat dari kejutan Forest di pengujung laga. Adapun tim tuan rumah memperkecil ketinggalan lewat penyerang penganti Taiwo Awoniyi di menit ke-89. Bayangkan jika hanya unggul satu gol, Si Meriam akan kembali menderita karena kehilangan poin penuh.
Dia (Smith Rowe) bisa mencari ruang, membuat permainan mengalir, dan selalu terlibat dalam permainan. Gestur tubuhnya juga positif.
Gol kedua Arsenal juga sempat mematikan motivasi tuan rumah. Pendukung Forest mendadak hening, sementara para pemain mereka juga kehilangan energi. Gol Awoniyi seperti jauh dari langit karena pertahanan Arsenal kehilangan fokus dan membuat kesalahan dasar di menit-menit akhir.
Melatih serangan
Sebelum jeda musim dingin, Arsenal selalu bermasalah dalam mencetak gol dari permainan terbuka. Masalah itu dievaluasi di Dubai. Mereka melatih banyak skema, termasuk transisi. Bagi Arsenal, akan lebih mudah mencetak gol saat unggul karena tim lawan tidak lagi bertahan total, seperti Forest di sepanjang paruh pertama.
Manajer Forest Nuno Espirito Santo mengatakan, Arsenal tidak hanya menunjukkan kualitas dalam serangan. Dua gol di paruh kedua itu tercipta karena tekanan intens tim tamu yang berujung kesalahan individu para pemain Forest. Kontribusi pertahanan Arsenal yang lebih baik turut memengaruhi kinerja lini serang.
”Pastinya kecewa, bagaimana kami kemasukan. Kami mudah kehilangan bola karena tidak mampu menahan tekanan Arsenal di paruh kedua. Kami seharusnya bisa bertahan lebih baik lagi,” kata Santo, yang memberi Arsenal kemenangan pertama di City Ground sejak terakhir pada 2016.
Kameo Smith Rowe
Arteta datang dengan ide baru. Dia memainkan gelandang serang Emile Smith Rowe sejak awal, seusai hanya menjadi kameo belakangan ini. Permainan Arsenal menjadi lebih dinamis. Serangan mereka, yang biasa bertumpu di sisi kanan yang diisi Saka, berpindah ke sisi kiri dengan kombinasi Smith Rowe dan Gabriel Martinelli.
Namun, pertahanan blok rendah Forest dengan formasi 4-5-1 sangat rapi. Arsenal juga berhati-hati sebelum turun minum. Tim tamu lebih banyak bermain umpan aman ketimbang berspekulasi dengan umpan panjang ataupun terobosan. Terbukti, mereka unggul 81 persen penguasaan bola, tetapi gagal menembak tepat sasaran.
Arsenal justru membuka keran gol dari momentum tidak terduga, memanfaatkan kelemahan pemain Forest, Neco Williams, yang masih ”tertidur” di lapangan. Bek sayap Oleksandr Zinchenko mengambil lemparan ke dalam dengan cepat dan memberikannya kepada Jesus. Lagi-lagi, situasi bola mati kembali menjadi sumber inspirasi Si Meriam musim ini.
Smith Rowe bermain selama 71 menit sebelum digantikan Kai Havertz. Arteta sangat puas dengan penampilan pemain asli akademi Arsenal itu. Meskipun belum maksimal, dia bisa berkontribusi di segala sisi lini serang, mulai dari beroperasi di sayap kiri, menusuk ke dalam kotak penalti, hingga membantu Saka di sisi kanan.
”Dia menjalankan tugas dengan baik. Dia bisa mencari ruang, membuat permainan mengalir, dan selalu terlibat dalam permainan. Gestur tubuhnya juga positif. Dia adalah pesepak bola yang indah untuk disaksikan. Saya juga puas karena dia sangat terkoneksi dengan tim ini,” tutur Arteta yang terakhir memberikan kesempatan debut untuk Smith Rowe pada Oktober lalu.
Di awal rezim Arteta, Smith Rowe merupakan salah satu pemain yang paling diandalkan. Namun, hal itu belum terlihat musim ini karena dia sering cedera. Diisukan hengkang di bursa transfer Januari, dia berkomitmen untuk bersama Arsenal. Smith Rowe akan menjadi tambahan signifikan untuk Arsenal di paruh kedua musim. (AP/REUTERS)