Gagal mengangkat performa Barca, Xavi akan berhenti sebagai pelatih klub itu di akhir musim.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·4 menit baca
BARCELONA, MINGGU — Xavi Hernandez mengatakan cukup sudah setelah Barcelona kembali terpuruk dalam kekalahan kandang 3-5 dari Villarreal, Minggu (28/1/2024) dini hari WIB. Ia tak tahan lagi dengan tekanan akibat serentetan hasil buruk yang dialami Barca. Kekalahan terakhir membuat mereka tertinggal 10 poin dari Real Madrid yang memuncaki klasemen Liga Spanyol.
Ini adalah kejutan kedua pekan ini di dunia kepelatihan setelah Juergen Klopp juga mengumumkan kepergian dari Liverpool di akhir musim, meskipun dengan kondisi berbeda. Klopp mengumumkan berhenti saat Liverpool memuncaki Liga Inggris, sedangkan Xavi menyatakan berhenti ketika Barca tengah terpuruk.
”Menjadi manajer Barca itu kejam. Orang tidak menghargai pekerjaan Anda. Sangat melelahkan. Saya orang yang positif, tapi tahukah Anda, tidak masuk akal untuk melanjutkan. Itu memengaruhi klub, keluarga saya. Saya akan berada di rumah untuk sementara waktu, saya harus bersama anak-anak saya,” kata Xavi.
Dalam salah satu pertandingan terliar musim ini, Villarreal unggul 2-0, kemudian Barcelona bangkit kembali dengan tiga gol dalam rentang waktu 12 menit untuk unggul 3-2 pada menit ke-72. Akan tetapi, lini belakang Barca kembali menghilang sehingga pemain baru Villarreal, Goncalo Guedes, mampu menyamakan kedudukan melalui serangan balik pada menit ke-84.
Striker Alexander Sorloth, yang juga membuat dua gol, kemudian mencetak gol kemenangan di masa tambahan waktu sebelum José Morales menambah penderitaan Barcelona.
Xavi mengatakan, beberapa saat setelah kekalahan menyakitkan itu, dia tidak akan melanjutkan lagi sebagai pelatih klub yang pernah ia pimpin sebagai kapten sewaktu masih bermain.
”Saya ingin mengumumkan bahwa mulai 30 Juni saya tidak akan melanjutkan jabatan sebagai pelatih Barca,” kata Xavi dalam konferensi pers setelah bertemu dengan presiden klub Joan Laporta selama lebih dari setengah jam.
Saat ditunjuk sebagai pelatih, Xavi yang menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah dilahirkan klub tersebut disebut sebagai pembawa ’DNA Barca’.
Saat ditunjuk sebagai pelatih, Xavi yang menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah dilahirkan klub tersebut disebut sebagai pembawa ”DNA Barca”. Ia dianggap akan mengembalikan kejayaan dan ciri khas permainan Barcelona, yang bermula sejak era Johan Cruyff.
”Saya pikir hal terbaik yang harus dilakukan adalah pergi pada tanggal 30 Juni. Saya akan memberikan segalanya untuk empat bulan tersisa. Saya pikir kami bisa menjalani musim yang bagus dan saya berharap dinamikanya akan berubah. Saya yakin melakukan hal yang benar,” tutur Xavi.
Xavi, yang lahir dari didikan akademi sepak bola Barcelona yang terkenal, La Masia, bermain untuk Barca selama 17 tahun, dengan total 767 kali tampil, dan memenangi 25 trofi, termasuk empat Liga Champions dan delapan gelar La Liga.
Dalam jumpa pers pengenalannya sebagai pelatih Barca, saat berbicara tentang permainan, ia menyinggung soal DNA ini. Ia berbicara gaya permainan yang diketahuinya, yaitu melakukan pressing ketat, merebut bola, dan menciptakan peluang. ”Saya tidak menciptakan apa pun, itu adalah DNA Barca,” katanya dikutip media Spanyol, AS.
Meskipun menjadi salah satu legenda klub dan memenangi La Liga musim lalu, penampilan buruk Barca musim ini membuat posisi Xavi tertekan. Barca sementara berada di posisi ketiga di bawah musuh bebuyutan Real Madrid dan Girona.
Mereka di antaranya juga dihancurkan Madrid di final Piala Super Spanyol, awal Januari, dan terlempar di babak perempat final Copa del Rey, kalah dari Athletic Bilbao. Barca akan menghadapi juara Liga Italia, Napoli, pada pertandingan babak 16 besar Liga Champions.
Penampilan buruk Barca di lapangan menjadi cerminan gejolak klub di luar lapangan, termasuk masalah keuangan yang parah dan skandal perwasitan yang kasusnya bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Jaksa Spanyol pada Maret 2023 menyelidiki kasus terkait pembayaran yang dilakukan Barca dari tahun 2001 hingga 2018 dengan total lebih dari 7,3 juta euro kepada perusahaan milik mantan pejabat wasit Jose Maria Enriquez Negreira. Pengadilan Barcelona telah setuju untuk menangani kasus ini.
Barcelona juga menghadapi masalah keuangan karena biaya gaji pemain yang membengkak, pandemi Covid-19, dan biaya pembangunan proyek renovasi Stadion Camp Nou.
Di lapangan, berbeda dengan pertahanan kokoh musim lalu yang membawa mereka juara La Liga, musim ini pertahanan itu seperti menghilang begitu saja. Pertahanan mereka begitu mudah ditembus pemain lawan, termasuk saat menghadapi Villarreal.
”Jika Anda tertinggal 0-2, kemudian berbalik unggul 3-2, Anda tidak boleh menyerah dan kemudian kalah seperti itu. Ini tidak boleh terjadi di tim elite,” kata gelandang Barca, Frenkie de Jong.
Bek sayap Joao Cancelo sependapat. Ia membela Xavi dan menimpakan kesalahan kolapsnya pertahanan mereka kepada para pemain. ”Itu adalah bencana. Itu adalah 45 menit terburuk dalam karier saya,” ujar Cancelo.
Dengan kosongnya kursi pelatih di dua klub papan atas Eropa itu, bursa kepelatihan di akhir musim ini bakal panas. Sejumlah pelatih muda dan bersinar bisa jadi rebutan seperti Xabi Alonso yang membawa Bayer Leverkusen ke puncak Bundesliga, manajer Brighton Roberto De Zerbi, dan pelatih klub Portugal, Sporting CP, Ruben Amorim. Ada pula sejumlah pelatih senior yang masih menganggur seperti Jose Mourinho, Antonio Conte, dan Zinedine Zidane. (AP/AFP/REUTERS)