Teladan dari pemain timnas Indonesia di Piala Asia menginspirasi pesepak bola muda dalam Liga Kompas Kacang Garuda U-14.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Perjuangan timnas sepak bola Indonesia di panggung Piala Asia 2023 ternyata menginspirasi sejumlah pesepak bola belia yang berkompetisi di Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2023-2024. Pesepak bola muda itu meneladan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan tim ”Garuda” besutan Pelatih Shin Tae-yong. Mereka mengubah perjuangan timnas menjadi inspirasi hingga membawa tim masing-masing meraih kemenangan di pekan ke-10 Liga Kompas.
Di bawah arahan Shin, timnas Indonesia menjelma menjadi tim dengan kekuatan mental yang cukup hebat. Meski berkali-kali tertinggal, para pemain timnas seakan tidak kehilangan energi dan semangat untuk melawan hingga akhirnya berhasil menyamakan kedudukan atau bahkan berbalik unggul. Kecenderungan ini terlihat di seluruh tim sepak bola kelompok usia Indonesia yang ditangani Shin.
Pengalaman paling ikonik dari semangat pantang menyerah Indonesia terlihat saat mengalahkan Kuwait, 2-1, di ajang kualifikasi Piala Asia 2023. Indonesia tertinggal lebih dulu, tetapi kemudian berbalik unggul berkat gol dari Marc Klok dan Rachmat Irianto. Kemenangan heroik atas Kuwait itu membuka jalan Indonesia untuk tampil di babak utama Piala Asia tahun ini di Qatar.
Semangat pantang menyerah serta kegigihan timnas Indonesia juga muncul saat menghadapi Curacao di laga uji coba pada September 2022. Kebobolan gol lebih dulu tidak kemudian membuat mental para pemain timnas jatuh. Hal itu justru mereka jadikan pelecut untuk tampil lebih baik dan mengejar ketertinggalan.
Kisah perjuangan timnas Indonesia itu semakin menggema di Piala Asia. Seusai kalah dari Irak di laga perdana, tim Garuda bangkit dengan mengalahkan Vietnam di laga kedua. Meski kalah dari Jepang di laga pamungkas, koleksi tiga poin dari Vietnam sudah lebih dari cukup bagi Indonesia menyegel tiket fase gugur untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Gelandang serang Sekolah Sepak Bola (SSB) Kabomania Muda, Danisy Nahdhan (14), merupakan salah satu pesepak bola muda yang terinspirasi oleh perjuangan timnas Indonesia. Dia tampil sebagai pahlawan bagi timnya saat mengalahkan SSB Bintang Ragunan, 2-1, dalam lanjutan Liga Kompas Kacang Garuda pekan ke-10 musim 2023-2024 di lapangan Dewantara Sport Center, Serpong, Tangerang Selatan, Minggu (28/1/2024).
Pemain tidak selamanya mujur. Ada kalanya kita belum beruntung.
Kabomania tertinggal lebih dulu, tetapi Danisy memperlihatkan semangat pantang menyerah dengan langsung menciptakan gol balasan hanya satu menit setelahnya. Di pengujung pertandingan, Kabomania menyegel poin penuh setelah melesakkan satu gol tambahan ketika waktu tersisa beberapa detik lagi.
”Timnas kita sekarang beda mainnya. Tidak langsung down saat tertinggal. Mereka seperti selalu punya cara untuk mencetak gol balasan. Saya paling ingat pas lawan Kuwait itu kita tertinggal lebih dulu, tapi bisa menang di akhir. Jadi, walau sudah ketinggalan, tetap berusaha mencetak gol,” ujar Danisy.
Membayangkan timnas
Pertandingan Indonesia menghadapi Kuwait itu begitu menginspirasi Danisy. Terkadang, ketika bertanding, ia membayangkan diri sedang memperkuat timnas. Danisy seolah menyerap semangat pantang menyerah yang ditunjukkan para pemain Indonesia. Dia begitu senang bisa membuktikan diri di lapangan bahwa segalanya masih mungkin terjadi asalkan wasit belum meniup peluit berakhirnya pertandingan.
Teladan dari timnas juga diterapkan oleh penyerang SSB Intan Soccer Cipta Cendikia, M Habil Gaza Maulidyan. Pesepak bola muda asal Provinsi Riau itu mengaku banyak belajar dari cara bermain timnas Indonesia saat ini, termasuk mentalitas pemain-pemainnya. Pada laga pekan ke-10, Intan Soccer Cipta Cendikia mengalahkan Bina Taruna, 4-0.
Tiga dari empat gol Intan Soccer Cipta Cendikia dicetak Habil. Dua dari tiga gol Habil berasal dari titik putih atau eksekusi tendangan penalti. Dalam mengeksekusi penalti, Habil terinspirasi dari cara kapten timnas Indonesia, Asnawi Mangkualam, melakukannya saat melawan Vietnam di laga kedua Piala Asia.
Dari layar televisi, Habil melihat Asnawi tampil sempurna saat menjalankan tugasnya tersebut. Habil menilai Asnawi mengeksekusi penalti secara cermat dan tenang. ”Dia tidak tertekan dengan ekspektasi. Saat maju mau menendang, Asnawi sempat menarik napas panjang agar dirinya bisa tenang. Saya meniru apa yang dia lakukan waktu itu,” kata Habil.
Berkat pelajaran secara tidak langsung itu, Habil mampu tampil tenang saat mengeksekusi penalti yang membuat timnya memimpin jauh atas Bina Taruna.
Tidak hanya dari keberhasilan Asnawi, Habil juga mengidolakan penyerang timnas Ramadhan Sananta yang hingga saat ini belum dimainkan Shin di Piala Asia. Melalui Sananta, Habil belajar tentang pentingnya kesabaran dan konsistensi dalam berlatih walau belum mendapat kepercayaan bermain.
”Pemain tidak selamanya mujur. Ada kalanya kita belum beruntung. Selain sama-sama dari Riau, saya mengidolakan Sananta karena dia tetap profesional walaupun belum mendapat kesempatan main,” ujarnya.