Sabalenka Ikuti Jejak Serena
Sabalenka ke final Australia Terbuka setelah juara pada 2023. Dia mengikuti jejak Serena dan bisa menyamai Azarenka.
MELBOURNE, KAMIS — Kemenangan Aryna Sabalenka atas Cori ”Coco” Gauff pada semifinal tunggal putri Australia Terbuka tak hanya menjadi pembalasan kekalahan yang terjadi di final Amerika Serikat Terbuka 2023. Sabalenka mengikuti jejak Serena Williams sebagai tunggal putri terakhir yang tampil di final Australia Terbuka secara beruntun.
Sabalenka akan tampil pada final setelah mengalahkan Coco dengan skor 7-6 (2), 6-4 di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Australia, Kamis (25/1/2024). Satu petenis tersisa yang bisa menghalanginya mempertahankan gelar juara adalah petenis China, Zheng Qin Wen, yang menghentikan perjalanan petenis kualifikasi, Dayana Yastremska, 6-4, 6-4.
Kemenangan pada semifinal membuat Sabalenka melakukan hal yang sama dengan Serena, yaitu kembali ke final di Melbourne Park setelah menjadi juara. Serena menjadi tunggal putri terakhir yang lolos ke final Australia Terbuka setiap musim, yaitu pada 2015-2017. Dia menjadi juara pada 2015 dan 2017, tetapi kalah dari Angelique Kerber pada 2016.
Sementara tunggal putri terakhir yang bisa mempertahankan gelar juara Australia Terbuka adalah Victoria Azarenka. Petenis yang senegara dengan Sabalenka (Belarus) itu menjadi juara pada 2012 setelah mengalahkan Maria Sharapova (Rusia) di final dan menang atas Li Na (China) pada final tahun berikutnya.
Maka, ketika Sabalenka menjadi penerus Azarenka, Zheng adalah petenis yang mengikuti jejak Li Na. Setahun setelah dikalahkan Azarenka, Li Na menjuarai Australia Terbuka untuk menambah gelar Grand Slam dari Perancis Terbuka 2011. Li Na, yang menemui Zheng di Melbourne Park, pada Kamis, menjadi petenis Asia pertama yang menjuarai turnamen tenis level Grand Slam.
”Saya sangat senang bisa bermain dengan baik pada hari ini dan akan tampil di final. Rasanya sangat sulit untuk menggambarkan perasaan saya saat ini,” tutur Zheng, petenis ranking ke-12 dunia.
Lolosnya petenis berusia 21 tahun itu ke final menggambarkan perkembangan performanya sejak 2023. Zheng mencapai perempat final WTA 1000 Roma dan Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Padahal, debutnya di ajang Grand Slam baru dimulai pada 2022.
Berbeda dengan pertandingan Zheng dan Yastremska yang tak begitu ketat dalam perebutan poin, persaingan Sabalenka dan Coco lebih menarik dari sisi kualitas pukulan. Dengan kemampuan berimbang di antara kedua petenis, laga Sabalenka melawan Coco memiliki lebih banyak reli yang lebih dari lima pukulan, yaitu sebanyak 55 kali. Sementara Zheng melawan Yastremska hanya diwarnai 37 reli yang lebih dari lima pukulan.
Lihat juga: Kalahkan Coco Gauff, Aryna Sabalenka Kembali ke Final
Permainan menyerang Sabalenka bisa diimbangi Coco yang berkarakter counterpuncher. Gaya bermain Sabalenka mirip Serena, yaitu menyerang dengan pukulan keras sejak servis hingga reli. Dia bisa menekan lawan dari baseline, terutama dengan forehand. Sebanyak 17 winner diciptakan dari forehand oleh Sabalenka, lebih banyak dari dua winner forehand milik Coco.
Sementara Coco adalah petenis baseliner bertahan. Petenis seperti ini biasanya mengandalkan kemampuan mengembalikan setiap pukulan, lalu menunggu lawan untuk melakukan kesalahan. Kelebihan lain dari petenis counterpuncher adalah penempatan bola yang akurat dan minimnya unforced error.
Berkat polesan pelatih senior Brad Gilbert sejak Agustus 2023, Coco juga memiliki servis yang lebih keras dan lebih sulit dikembalikan lawan. Kecepatan tertinggi servisnya, yaitu 201 kilometer per jam, lebih tinggi dari kecepatan servis tertinggi Sabalenka, 199 km per jam.
Namun, servis tersebut telah diantisipasi Sabalenka dengan pengembalian ke arah yang jauh dari posisi Coco. Sehari sebelum menjalani semifinal, Sabalenka menjalani latihan khusus pukulan pengembalian servis.
”Saya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi Coco yang memiliki pergerakan baik. Saya tahu, dia akan mengembalikan setiap pukulan. Saya berharap bisa lebih sering bertemu dengan Coco, terutama di final,” tutur Sabalenka.
Baca juga: Alcaraz Gagal di Melbourne
Semifinal putra
Peluang pertemuan Novak Djokovic dan Carlos Alcaraz di final tunggal putra batal terjadi dengan tersingkirnya Alcaraz pada perempat final karena kalah dari Alexander Zverev. Namun, penggemar tenis yang ingin menikmati persaingan generasi berbeda bisa menyaksikan Djokovic melawan Jannik Sinner pada semifinal.
Alcaraz kalah dari Zverev dengan skor 1-6, 3-6, 7-6 (2), 4-6 pada babak delapan besar yang berlangsung Rabu tengah malam waktu setempat. Kekalahan itu menggagalkan terjadinya skenario final ideal antara Djokovic, sebagai unggulan teratas, dan Alcaraz yang menjadi unggulan kedua.
Sejak Djokovic dan Alcaraz, yang berbeda usia 16 tahun, memunculkan persaingan menarik pada 2022, keduanya selalu diharapkan bertemu di final turnamen saat berada pada paruh undian yang berbeda. Hal serupa terjadi menjelang Australia Terbuka 2024, tetapi akhirnya Zverev menggagalkan harapan itu.
Final tunggal putra akhirnya akan terjadi di antara pemenang dua semifinal, yaitu Djokovic melawan Sinner dan Zverev yang akan berhadapan dengan Daniil Medvedev. Kedua semifinal tersebut akan berlangsung Jumat.
Baca juga: Persaingan Kontras Tunggal Putra dan Putri di Australia Terbuka
Sinner, petenis peringkat keempat dunia berusia 22 tahun, telah menjadi rival baru Djokovic sejak menjelang akhir 2023. Djokovic unggul 4-2 dari semua pertemuan, tetapi dia ditahan imbang Sinner 2-2 pada persaingan 2023.
Kemenangan pertama Sinner atas petenis nomor satu dunia itu terjadi pada penyisihan grup turnamen Final ATP, November. Sebulan kemudian, Sinner kembali mengalahkan Djokovic pada semifinal kejuaraan beregu Piala Davis ketika Italia bertemu Serbia pada semifinal. Sinner kemudian mempertahankan momentum positif penampilannya dengan mengantarkan Italia menjadi juara Piala Davis.
”Saya beruntung bisa bertemu Novak lagi, apalagi terjadi pada salah satu turnamen besar di dunia. Novak sepuluh kali menjadi juara di sini, jadi tantangannya akan sangat berat. Satu-satunya yang bisa saya kontrol adalah saya harus bermain seratus persen, berjuang sepanjang pertandingan,” tutur Sinner.
Sinner, yang menjalani debut di arena Grand Slam pada babak kualifikasi Wimbledon 2019, akan menjalani semifinal Australia Terbuka untuk pertama kalinya. Ini berbeda jauh dengan Djokovic yang akan tampil untuk ke-11 kali pada laga empat besar di Rod Laver Arena. Dari sepuluh pengalaman sebelumnya, dia tak pernah kalah dan bahkan menjadi juara.
Baca juga: Laga Panjang, Siapkan Camilan
Statistik menang-kalah Djokovic di Rod Laver Arena, sebagai stadion terbesar di Melbourne Park, adalah 79-7. ”Saya memperhatikan jumlah kemenangan dalam karier, terutama di Rod Laver Arena. Saya tak ingin berhenti. Semakin banyak jumlah kemenangan, saya semakin percaya diri. Ekspektasi pun muncul dan saya semakin ingin menambah panjang rekor tersebut,” tuturnya.
Pemenang dari persaingan Djokovic dan Sinner akan bertemu pemenang semifinal lain antara Zverev dan Daniil Medvedev. Keduanya telah 18 kali bertemu dengan keunggulan 11-7 bagi Medvedev. Akan tetapi, persaingan di Rod Laver Arena menjadi yang pertama di arena Grand Slam. (AFP/Reuters)