Bagel, roti berbentuk angka nol, digunakan di dunia tenis untuk skor 6-0. Para petenis pun bersaing untuk membuat bagel.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Aryna Sabalenka hanya kehilangan enam gim untuk melaju ke babak keempat Australia Terbuka. Salah satu kemenangan didapat dengan telak, 6-0, 6-0, saat melawan Lesia Tsurenko pada babak ketiga. Itu adalah ”double bagel” pertama Sabalenka di ajang Grand Slam.
Kemenangan itu didapat Sabalenka pada pertandingan di lapangan utama Melbourne Park, Rod Laver Arena, pada Jumat (19/1/2024). Di babak pertama, juara bertahan tunggal putri itu juga membuat skor ”bagel” saat mengalahkan petenis yang lolos dari babak kualifikasi, Ella Seidel, 6-0, 6-1.
Dalam tenis, angka nol disebut ”love” oleh wasit saat pertandingan. Istilah itu juga digunakan dalam bulu tangkis. Di luar lapangan, muncul sebutan bagel untuk skor nol sehingga petenis yang menang dengan skor 6-0 dalam satu set disebut membuat bagel.
Mantan petenis Amerika Serikat, Harold Solomon, adalah yang pertama menyebut skor 6-0 dengan sebutan bagel. Istilah itu kemudian dipopulerkan Bud Collins, jurnalis olahraga yang pernah bekerja untuk Boston Globe, CBS, dan NBC.
Bagel adalah roti berbentuk angka nol, seperti donat, yang berasal dari komunitas Yahudi di Polandia. Berbeda dengan donat yang diolah dengan cara digoreng, bagel bisa dikonsumsi setelah dipanggang. Petenis yang mencetak skor 6-0, 6-0, seperti yang dilakukan Sabalenka, disebut membuat ”double bagel”. Ada pula ”triple bagel” yang bisa terjadi pada pertandingan dengan format best of five sets.
Skor 6-0, 6-0, 6-0 adalah skor terbaik yang bisa didapat pada format yang digunakan pada persaingan tunggal putra Grand Slam dan kejuaraan beregu putra Piala Davis sebelum 2019 itu. Pada Era Terbuka (sejak 1968), terdapat 17 pertandingan yang berakhir dengan skor ”triple bagel”.
Di ajang Grand Slam, Chris Evert menjadi petenis putri yang paling banyak membuat skor bagel, yaitu 106 kali. Adapun rekor petenis putra dibuat Andre Agassi dengan 50 bagel. Novak Djokovic, yang masih bisa bersaing di level elite, memiliki kesempatan menyalip Agassi dengan 46 bagel yang telah dibuat di Grand Slam.
”Tahun lalu, Iga (Swiatek) membuat banyak skor 6-0 dan itu menjadi salah satu target saya, mencoba mendekatinya,” ujar Sabalenka setelah mengalahkan Tsurenko di Melbourne Park. Petenis Belarus ini tercatat telah membuat 45 bagel dan dua double bagel sebelum bertanding di Australia Terbuka 2024.
Terkadang, skor tidak menandakan apa yang terjadi di lapangan. Skor telak bukan berarti saya memenanginya dengan mudah. (Coco Gauff)
Swiatek, yang mendominasi persaingan tunggal putri pada dua tahun terakhir, membuat 20 bagel dan satu double bagel pada 2022, lalu 19 bagel dan dua double bagel pada 2023. Data dari semua hasil pertandingan yang tercantum dalam laman resmi Asosiasi Tenis Putri (WTA) mencatat, Swiatek telah membuat 66 bagel dan tujuh double bagel sejak masih bersaing dalam turnamen Federasi Tenis Internasional (ITF) pada 2016.
Dua di antara skor 6-0, 6-0 yang dibuat Swiatek terjadi pada final WTA 1000 Roma 2021, yaitu saat berhadapan dengan Karolina Pliskova dan babak ketiga Grand Slam Perancis Terbuka 2023 saat melawan Wang Xinyu (China).
Saking seringnya Swiatek mencetak skor bagel, muncul istilah ”Iga’s Bakery” di media sosial meski petenis dengan empat gelar juara Grand Slam itu sebenarnya tak begitu suka dengan sebutan itu.
”Saya mengerti ketika media sosial ramai membahas itu dalam bentuk meme untuk hiburan atau tujuan lain. Tetapi, dari sudut pandang petenis, saya menghormati setiap lawan. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa terkadang pertandingannya sangat sulit meski skornya seperti itu,” tutur Swiatek setelah mengalahkan Wang di Roland Garros, Paris, Perancis, 2023.
Petenis berusia 22 tahun itu juga menuturkan, berapa pun skor yang didapat saat menang tak memberi pengaruh apa pun padanya. Faktor terpenting bagi Swiatek adalah bisa bermain sebaik mungkin pada setiap pertandingan.
Pendapat serupa dikemukakan tunggal putri ranking keempat dunia, Cori “Coco” Gauff, setelah mengalahkan sesama petenis AS, Alycia Parks, 6-0, 6-2, pada babak ketiga Australia Terbuka. Coco juga membuat skor bagel, yaitu 6-3, 6-0, saat mengalahkan Anna Karolina Schemiedlova pada babak pertama.
Meski dua kali mendapat 6-0 dari tiga babak yang telah dimenangi, Coco mengatakan, dia menjalani pertandingan dengan tidak mudah. Saat melawan Parks, misalnya, pada tiga dari enam gim di set pertama selalu terjadi deuce. Pada tiga gim lainnya, Parks selalu mendapat dua poin.
Parks bahkan unggul dalam membuat winner, yaitu sebanyak 11, sementara Coco dengan empat winner. Akan tetapi, unforced error Parks jauh lebih banyak, yaitu 34 dibandingkan delapan yang dibuat Coco. ”Terkadang, skor tidak menandakan apa yang terjadi di lapangan. Skor telak bukan berarti saya memenanginya dengan mudah,” ujar Coco.
Petenis berusia 16 tahun, Mirra Andreeva, turut membuat bagel di Melbourne Park, yaitu ketika mengalahkan unggulan keenam asal Tunisia, Ons Jabeur, pada babak kedua. Andreeva, yang memastikan akan tampil pada babak keempat, mengalahkan Jabeur dengan skor 6-0, 6-2.
Dua tunggal putra unggulan juga membuat skor 6-0 saat memenangi babak ketiga, pada Jumat. Unggulan keempat, Jannik Sinner, mengalahkan Sebastian Baez, 6-0, 6-1, 6-3, sementara Stefanos Tsitsipas mengalahkan Luca van Assche, 6-3, 6-0, 6-4. (Reuters)