Kejutan dibuat petenis remaja Mirra Andreeva. Petenis berusia 16 tahun itu menyingkirkan unggulan keenam, Ons Jabeur.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MELBOURNE, RABU — Petenis berusia 16 tahun, Mirra Andreeva, menambah panjang daftar pencapaiannya yang meningkat pesat sejak 2023. Andreeva menaklukkan tiga kali finalis Grand Slam, Ons Jabeur, pada babak ketiga Australia Terbuka.
Kemenangan dengan skor 6-0, 6-2 di lapangan utama Melbourne Park, Rod Laver Arena, pada Rabu (17/1/2024), itu adalah kemenangan pertama Andreeva atas petenis ranking sepuluh besar dunia. Jabeur, finalis Wimbledon 2022 dan 2023 serta Amerika Serikat 2022, adalah petenis peringkat keenam dunia.
Babak ketiga yang akan dijalani Andreeva terjadi pada debutnya di Australia Terbuka dalam level elite. Pada Australia Terbuka 2023, Andreeva masih bersaing di kategori yunior dan mencapai final sebelum dikalahkan sesama petenis Rusia, Alina Korneeva.
Dalam tiga Grand Slam di tahun yang sama, Andreeva mulai bersaing dengan para senior. Hasilnya terbilang baik untuk petenis yang menjalani debut pada level elite.
Dia mencapai babak ketiga Perancis Terbuka (kalah dari Cori ”Coco” Gauff) setelah bersaing dari babak kualifikasi. Setelah itu, petenis yang tinggal di Perancis tersebut mencapai babak keempat Wimbledon dan babak kedua AS Terbuka.
Peringkatnya di dunia pun naik dari posisi ke-293 pada awal 2023 menjadi ke-57 di akhir tahun. Hasil tersebut menjadi bagian prestasi yang membuat Andreeva mendapat penghargaan dari WTA sebagai petenis pendatang baru terbaik 2023.
Dengan usia 16 tahun 263 hari, Andreeva menjadi petenis termuda di era Terbuka yang memenangi set pertama 6-0 di arena Grand Slam saat melawan petenis peringkat sepuluh besar. Saat mengalahkan Bernarda Pera pada babak pertama Australia Terbuka, Andreeva juga menjadi petenis termuda yang memenangi setiap babak pertama Grand Slam sejak Cori ”Coco” Gauff.
Sebelum saya bermain di WTA Tour, saya sering menonton Ons dan sangat terinspirasi oleh caranya bermain. (Mirra Andreeva)
Dalam usia 16 tahun, Coco memenangi babak pertama Wimbledon 2019 hingga Perancis Terbuka 2020. Selain itu, ada Anna Kournikova pada 1997-1998.
Untuk mencapai babak ketiga Australia Terbuka, Andreeva hanya bermain selama 54 menit pada babak kedua. Jabeur, yang menjadi petenis ranking kedua dunia pada 2022, benar-benar kesulitan pada pertandingan tersebut. Raut wajahnya terlihat tertekan. Dia sering melihat ke arah tim pelatihnya di tribune dan melampiaskan frustrasi dengan membanting raket ke lapangan.
Dengan servis akurat serta penempatan bola yang sulit ditebak arahnya, 11 dari 13 servis pertama Andreeva yang masuk (85 persen) menghasilkan poin. Dia hanya memberi kesempatan kepada Jabeur untuk mendapat delapan poin pada set pertama, sepertiga dari poin yang didapat Andreeva.
Total, Andreeva membuat 13 winner dengan 10 unforced error, sedangkan Jabeur hanya membuat sembilan winner dengan 24 unforced error. Andreeva banyak mendapat winner dari pukulan yang menyisir garis pinggir.
Sangat gugup
Meski menang dengan telak, Andreeva bercerita bahwa dia sangat gugup menjelang pertandingan. Apalagi, Jabeur adalah salah satu petenis yang sangat menginspirasinya. ”Sebelum saya bermain di WTA Tour, saya sering menonton Ons dan sangat terinspirasi oleh caranya bermain,” ucapnya.
Cara bermain Jabeur saat berada pada kemampuan terbaik memang berbeda dibandingkan dengan sebagian besar petenis yang lebih mengandalkan pukulan-pukulan keras. Jabeur memiliki karakter permainan dengan pukulan yang variatif dan dropshot sebagai senjatanya. Namun, saat melawan Andreeva, dia kesulitan menemukan ritme permainan dan lebih banyak membuat kesalahan.
Paham dengan permainan Jabeur, Andreeva pun tak menduga bisa bermain sangat baik, terutama pada set pertama. Dia menuturkan, kunci penampilan baiknya adalah menikmati momen langka tersebut. Apalagi, Andreeva bermain di Rod Laver Arena, stadion terbesar di Melbourne Park yang berkapasitas sekitar 15.000 penonton.
Di hadapan penonton pula, Andreeva, dengan cara bertuturnya yang lugu bercerita bahwa dia merasa sedikit lebih dewasa meski berusia 16 tahun. ”Tahun lalu, saya 15 tahun. Saya telah banyak berubah dan itu bisa dilihat di lapangan,” kata Andreeva yang memiliki kakak seorang petenis, yaitu Erika Andreeva, dengan usia tiga tahun lebih tua.
Andreeva menjadi salah satu dari sederet remaja putri yang tampil di Australia Terbuka. Petenis berusia 16 tahun lainnya, Brenda Fruhvirtova, akan berhadapan dengan juara bertahan, Aryna Sabalenka, pada babak kedua, Rabu malam waktu setempat. Di babak pertama, Sabalenka juga berhadapan dengan petenis remaja, yaitu Ella Seidel, petenis Jerman berusia 18 tahun.
Remaja dengan prestasi terbaik saat ini, Coco (19), bertanding pada babak kedua melawan petenis AS lainnya, Caroline Dolehide.
Sementara pertandingan yang berlangsung di lapangan luar, yaitu lapangan tak beratap, tertunda beberapa jam karena hujan mengguyur Melbourne pada Rabu siang. Hanya laga di tiga stadion beratap yang dimulai tepat waktu, yaitu di Rod Laver Arena, Margaret Court Arena, dan John Cain Arena. (AP/AFP)