Marselino Ferdinan dan Yakob Sayuri Pun Dikira Pemain Naturalisasi
Kabar naturalisasi Indonesia telah menyebar ke seantero Asia. Bahkan, pemain Indonesia tulen juga dianggap keturunan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR DAN IWAN SETIYAWAN DARI QATAR
·3 menit baca
Informasi kebijakan naturalisasi yang dilakukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk tim nasional Indonesia telah menjadi isu internasional. Bukan sekadar negara-negara pesaing di kawasan Asia Tenggara yang tahu, wartawan dari Timur Tengah juga sudah paham ”Garuda” datang dengan banyak pemain keturunan ke Piala Asia 2023.
Namun, mereka tidak mengetahui jumlah pasti dan siapa saja pemain naturalisasi yang menjadi andalan Pelatih Shin Tae-yong. Ketika menyaksikan laga Indonesia menghadapi Irak, Senin (15/1/2024) lalu, di tribune media Stadion Ahmad bin Ali, Al Rayyan, Qatar, Kompas duduk satu baris dengan empat wartawan asal Suriah.
Di tengah berlangsungnya babak pertama, mereka juga memantau perkembangan pertandingan dari sebuah laman live score berbahasa Arab. Salah satu dari mereka mencoba menerka pemain-pemain naturalisasi dari susunan 11 pemain utama Indonesia di gim perdana Piala Asia 2023.
Awalnya, mereka tidak kesulitan untuk memastikan bahwa Jordi Amat, Elkan Baggott, Ivar Jenner, Justin Hubner, dan Rafael Struick memiliki darah campuran Indonesia dengan bangsa di Eropa. Sampai kemudian, mereka memberikan pernyataan kejutan.
”Marselino dan Yakob itu sesuai namanya, mereka bukan orang Indonesia. Mungkin ada darah Brasil-nya,” ucap Shafiq, salah satu wartawan Suriah yang duduk satu meja dengan Kompas.
Kemudian, ia melanjutkan, ”Rizky (Ridho) seperti nama Arab. Hanya Asnawi, Pratama, dan Ernando yang namanya 100 persen Indonesia.”
Marselino dan Yakob itu sesuai namanya, mereka bukan orang Indonesia. Mungkin ada darah Brasil-nya,” ucap Shafiq, salah satu wartawan Suriah.
Setelah Kompas memberikan tanggapan, mereka tidak percaya ketika disebut Marselino dan Yakob Sayuri adalah asli kelahiran Indonesia. Nama mereka itu disebabkan asal orangtua mereka dari kawasan Indonesia timur yang membuat nama mereka lebih bernuansa Latin. Adapun Ridho lebih diterima sebagai pemain Indonesia karena mereka tahu Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, jadi wajar ada inspirasi dari kata-kata Arab.
Keyakinan mereka bahwa Marselino dan Yakob adalah orang asli kelahiran Indonesia terkonfirmasi ketika mereka menyaksikan kolaborasi dua pemain itu untuk menjebol gawang Irak pada menit ke-37. Mereka melihat dengan saksama wajah Marselino dan Yakob di layar televisi di meja tribune media.
”Ya, mereka pemain Indonesia yang bagus,” kata Shafiq.
Senangnya bertemu diaspora Indonesia
Perhelatan Piala Asia 2023 di Doha, Qatar, membawa kebahagiaan bagi diaspora Indonesia di Qatar. Ada sekitar 22.000 WNI yang tercatat tinggal dan bekerja di Qatar. Mereka kompak dalam berbagai komunitas.
Masuknya Indonesia sebagai salah satu tim peserta turnamen Piala Asia 2023 disambut gembira para diaspora. Mereka berkesempatan langsung mendukung di stadion. Selain itu, ada sekitar 30 orang diaspora Indonesia yang lolos menjadi sukarelawan. Salah satunya Ahmad Syarnubi Fatah, yang sudah sekitar 20 tahun tinggal di Qatar.
Pria yang biasa dipanggil Nubi ini memilih menjadi sukarelawan di bagian media. Pengalaman menjadi sukarelawan sudah dijalani sejak perhelatan Asian Games 2006 di Doha. Saat Piala Dunia 2022, ia juga menjadi sukarelawan di bagian pengarah suporter. ”Sekarang saya milih media supaya bisa ketemu orang Indonesia dan tentunya bisa dekat dengan pemain timnas kita,” katanya beralasan saat ditemui di tempat latihan Indonesia di Al Egla, Minggu (15/1/2024).
Menjadi sukarelawan dijalani di luar jam bekerja di Qatar Fertiliser Company (Qafco). Saat Piala Dunia lalu, dia dapat izin cuti sebulan penuh, tetapi di Piala Asia ini tak ada kebijakan Pemerintah Qatar yang membolehkan seperti itu.
Selain menjadi sukarelawan, pria yang pernah menjadi Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia Qatar (Permiqa) ini juga selalu hadir mendukung tim nasional Indonesia saat bertanding. ”Meskipun cuma bisa sorak-sorak di tribune, itu sudah membuat kami bangga bisa berbuat sesuatu untuk Indonesia,” katanya.
Nubi menyatakan, bisa bertemu dan membantu sesama warga Indonesia menjadi kebanggaan baginya. Dia juga meyakinkan kalau diaspora di Qatar sebagian besar juga akan bersikap sama.