Gaya Serius dan Tingkah Tak Terduga Roberto Mancini
Roberto Mancini melalui dengan baik ujian perdana di Piala Asia. Di laga kontra Oman, dia tampilkan dua ”wajah” menarik.
Pertandingan Arab Saudi melawan Oman, Selasa (16/1/2024) waktu Doha atau Rabu (17/1/2024) dini hari WIB, adalah debut bagi Roberto Mancini melatih di ajang Piala Asia. Di Stadion Internasional Khalifa, Doha, allenatore kaya prestasi itu menunjukkan karakternya yang kuat. Ia adalah sosok yang amat serius, tetapi tak gengsi memberikan perhatian kepada anak asuhannya.
Momen itu terjadi pada sesi konferensi pers seusai laga yang berakhir bagi keunggulan Arab Saudi, 2-1. Mancini tiba di ruangan itu sekitar setengah jam setelah peluit akhir ditiupkan wasit asal Australia, Shaun Evans.
Ketika tiba, Mancini memancarkan wajah yang serius, tak ada senyum terpancar dari wajahnya untuk menyambut puluhan wartawan dari sejumlah negara di ruangan konferensi pers itu, termasuk Kompas. Tanpa basa-basi, juru taktik yang membawa Italia juara Piala Eropa 2020 itu menyajikan sorotan mata yang tajam.
Baca juga: Al Rayyan SC yang Belum Semegah Stadion Ahmad bin Ali
Sebanyak tujuh pertanyaan ia jawab dengan to the point alias ringkas dan tidak melebar ke mana-mana. Bagi wartawan yang tidak paham bahasa Arab, pelatih asing seperti Mancini amat membantu karena ia menggunakan bahasa Inggris.
Berbeda dengan mayoritas pelatih tim asal Timur Tengah lainnya di Piala Asia 2023, mereka juga didampingi penerjemah untuk menerjemahkan pernyataan dari bahasa ibu mereka ke bahasa Arab. Bagi wartawan yang tidak mengerti bahasa Arab, penyelenggara menyediakan headset yang ditaruh di kursi-kursi ruang konferensi pers untuk mendengar penerjemah berbahasa Inggris atau Arab.
Dua pertanyaan awal yang ditunjukkan Mancini hadir dari wartawan asal Arab Saudi. Pertanyaan pertama meminta pandangan Mancini tentang kesannya berkompetisi di Piala Asia 2023 dibandingkan pengalaman panjangnya melatih di Eropa, termasuk Piala Eropa 2020.
”Tim (Arab Saudi) ini berbeda, orang-orangnya juga berbeda. Saya senang dengan pemain saya karena mereka bekerja sangat bagus dalam beberapa pekan terakhir. Saya pikir kami telah melakukan hal yang baik di laga pertama yang sulit, tetapi kami bisa lebih baik,” ujar Mancini.
Untuk pertanyaan kedua, Mancini kembali diminta untuk membandingkan sepak bola di Asia dan Arab Saudi dengan Eropa. Mancini, yang baru empat bulan menangani Arab Saudi, menganggap negara itu memiliki ambisi untuk mengatasi ketertinggalan mereka dari sisi kualitas di lapangan hijau.
”Sepak bola di dua wilayah itu sangat berbeda. Namun, saya melihat dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola Arab Saudi telah berkembang pesat. Orang-orang dan pemain di sini (Arab Saudi) punya ambisi untuk terus melakukan peningkatan,” kata Mancini yang telah meraih 14 trofi selama menjadi juru taktik sejak 2001.
Butuh waktu
Meskipun datang ke Arab Saudi dengan sederet prestasi besar, Mancini menegaskan dirinya tidak bisa melakukan sulap untuk tiba-tiba membawa Arab Saudi berprestasi. Menurut dia, Arab Saudi masih memerlukan proses pertumbuhan di setiap laga pada Piala Asia 2023 agar bisa mengejar trofi keempat mereka.
Pada duel melawan Oman, Arab Saudi tertinggal lebih dulu di babak pertama melalui eksekusi penalti penyerang Oman, Salaah al-Yahyaei, pada menit ke-14. Serangan bertubi-tubi Arab Saudi amat sulit membongkar pertahanan blok rendah Oman selama mayoritas durasi laga itu.
Di tengah situasi serius pada masa konferensi pers itu, Mancini tiba-tiba melakukan gestur yang mencairkan suasana dan membuat wartawan tertawa.
Penantian gol penyama kedudukan Arab Saudi tercipta pada menit ke-78. Aksi individu pemain sayap pengganti, Abdulrahman Ghareeb, yang mengelabui empat pemain belakang Oman disempurnakan dengan sepakan terarah yang menggetarkan jalan gawang Oman.
Kemenangan ”The Green Falcons” tercipta dengan sangat dramatis. Wasit awalnya menganulir gol bek tengah, Ali al-Bulaihi, di menit terakhir atau 90+6, karena asisten wasit mengangkat bendera tanda offside. Namun, setelah menunggu pengamatan asisten wasit video (VAR), Evans akhirnya mengesahkan gol.
Untuk menunggu konfirmasi pengecekan VAR, laga itu terhenti sekitar 80 detik. Gol Al-Bulaihi disambut lebih dari 40.000 pendukung Arab Saudi yang datang ke Stadion Internasional Khalifa.
”Melatih tim nasional, normalnya, Anda butuh satu tahun karena persiapan antarlaga dan kompetisi amat pendek. Saya melihat komitmen pemain untuk selalu meningkatkan permainan dan pemahaman mereka terhadap keinginan saya. Untuk turnamen seperti ini, apa pun bisa terjadi sehingga saya hanya memikirkan laga demi laga,” tutur pelatih yang pernah merasakan juara Liga Italia dan Liga Inggris itu.
Baca juga: Protes VAR yang Mengalihkan Realitas Kualitas Indonesia
Pemandangan menarik juga tersaji setelah babak pertama rampung. Mancini meminta semua anak asuhannya untuk mengikuti sesi team talk pada jeda antarbabak. Tidak hanya pemain yang bermain, 12 pemain yang memulai laga dari bangku cadangan juga ikut ke ruang ganti.
Maka, tidak ada satu pun pemain Arab Saudi yang melakukan pemanasan di tengah lapangan. Selama 15 menit jeda laga, lapangan terisi sebagian karena hanya pemain-pemain cadangan Oman yang menjalankan program pemanasan, terutama untuk memainkan operan dan latihan fisik ringan.
Setelah masa istirahat usai, satu per satu pemain cadangan Arab Saudi langsung menuju tempat duduk mereka di sisi lapangan. Pemanasan baru dimulai setelah babak kedua berjalan sekitar lima menit atau memasuki menit ke-50.
”Headset” penerjemah
Di tengah situasi serius pada masa konferensi pers itu, Mancini tiba-tiba melakukan gestur yang mencairkan suasana dan membuat wartawan tertawa. Mancini langsung memberikan headset yang ada di meja kepada Al-Bulaihi di sisi kirinya.
Baca juga: Sengatan Efektif Yakob Sayuri Bawa Harapan bagi Tim ”Garuda”
Hal itu dilakukan Mancini setelah pemain Al-Hilal itu menggelengkan dan merespons pertanyaan wartawan berbahasa Inggris dengan berkata, ”Maaf, saya tidak memahami bahasa Inggris.”
Sembari tersenyum, Mancini secara mengejutkan meminta Al-Bulaihi menggunakan headset. Juru taktik asal Italia itu juga membantu Al-Bulaihi menyalakan mesin penerjemah yang tersambung dengan headset itu. Melihat tingkah Al-Bulaihi yang kesulitan menanggapi pertanyaan berbahasa Inggris, Mancini selalu tersenyum.
Bahkan, kepada orang yang bertanya, Mancini menegaskan kembali tujuan pertanyaan itu. ”Anda bertanya kepada Ali (Al-Bulaihi) atau saya?” Ketika wartawan menunjuk sang pemain terbaik laga itu, Mancini merespons dengan senyuman, ”Oh, oke. Mohon menunggu, (mesin penerjemah) ini tidak berfungsi.”
Pada momen tersebut, Mancini lebih ahli menggunakan alat penerjemah karena ia mengenakan itu ketika wartawan bertanya dengan bahasa Arab. Penerjemah perempuan yang berada di kotak penerjemah di dalam ruangan konferensi pers itu dengan cepat dan runut menyampaikan terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris serta sebaliknya.
Baca juga: Dukungan Paripurna Diaspora untuk ”Garuda”
Mancini membuktikan keseriusannya setiap berkaitan dengan sepak bola. Di luar hal itu, ia kembali menjadi manusia normal yang bisa mencairkan suasana di sekitarnya dengan tingkah yang tidak terduga.