Gagal Juara pada Awal Tahun
Hasil buruk didapat tim bulu tangkis Indonesia di awal tahun. Tak ada gelar juara dari turnamen Malaysia Terbuka.
KUALA LUMPUR, JUMAT — Meski PP PBSI mengatakan telah berbenah, pernyataan tersebut belum tampak pada turnamen bulu tangkis internasional pertama 2024 yang diikuti Indonesia. Dalam ajang sekelas Grand Slam di arena tenis, yaitu Malaysia Terbuka BWF World Tour Super 1000, tak ada pemain Indonesia yang bisa melewati perempat final.
Dua wakil ”Merah Putih” yang bersaing pada babak delapan besar di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Jumat (12/1/2024), akhirnya kalah. Mereka adalah juara bertahan ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Gregoria Mariska Tunjung.
Keduanya menjadi bagian dari 11 wakil Indonesia yang bersaing di Malaysia Terbuka. Setelah ini, skuad Indonesia harus berbenah pada turnamen berikutnya, yaitu India Terbuka Super 750 pada 16-21 Januari dan Indonesia Masters Super 500 pada 23-28 Januari.
Hasil di Malaysia Terbuka didapat pada sisa empat bulan kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Padahal, pemain-pemain Indonesia masih membutuhkan tambahan banyak poin ranking untuk membuka peluang lolos atau mendapat kuota maksimal. Periode pengumpulan poin itu berlangsung sejak 1 Mei 2023 dan akan berakhir pada 28 April 2024.
Kegagalan Indonesia meraih gelar di Malaysia Terbuka terjadi setelah PP PBSI menyatakan telah berbenah karena penurunan performa bulu tangkis Indonesia pada 2023. Pernyataan itu disampaikan Manajer Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 Armand Darmadji saat konferensi pers tim tersebut di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Senin (7/1/2024).
Armand menyatakan bahwa PBSI telah melakukan persiapan untuk Paris 2024 sejak sebelum tim ad hoc dibentuk pada Desember 2023. Dikatakan, tim yang melibatkan para peraih medali emas Olimpiade untuk menjadi mentor itu berupa tim tambahan.
Namun, pernyataan itu belum tampak pada hasil di Malaysia Terbuka. Dalam meratanya persaingan ganda putra, Fajar/Rian kalah dari pasangan nomor satu dunia asal China, Liang Wei Keng/Wang Chang, dengan skor 21-16, 17-21, 18-21. Liang/Wang adalah pasangan muda yang seangkatan dengan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Harapan melihat wakil Indonesia di final sebenarnya terbuka ketika Fajar/Rian bisa mengontrol permainan pada gim pertama. Mereka membangun pola main pada setiap perebutan poin dengan sabar untuk meredam kecepatan Liang/Wang.
Baca juga : Gregoria Belum Konsisten Melawan ”Big Four”
Level permainan Gregoria sebenarnya sudah menyamai ”Big Four ” jika bisa bermain dengan baik.
Cara tersebut berjalan baik hingga Fajar/Rian unggul pada jeda gim kedua, 11-7. Namun, setelah itu, keunggulan mereka dapat diimbangi lawan. Fajar/Rian bahkan selalu tertinggal pada gim penentuan.
”Setelah interval gim kedua, kami terlalu terburu-buru ingin mendapat poin. Kami kurang bisa mengontrol permainan lagi dan jadi merugikan. Setelah itu, lawan menjadi semakin percaya diri pada gim ketiga,” tutur Fajar.
Pelatih ganda putra pelatnas Aryono Miranat memberi penilaian yang serupa dengan pendapat Fajar. Ganda putra peringkat keenam dunia itu seharusnya bisa mempertahankan cara main sejak awal pertandingan, yaitu sabar dalam membuka peluang untuk meraih poin.
Kelemahan tersebut dan kesalahan Rian saat melakukan servis harus segera dibenahi untuk India Terbuka. Di sana, Fajar/Rian kembali berada pada paruh undian yang sama dengan Liang/Wang juga dengan juara dunia, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae (Korea Selatan) dan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang).
Baca juga : Tersisa Fajar/Rian dan Gregoria di Perempat Final
Pada perempat final sesi pagi, Gregoria kalah dari unggulan kedua asal China, Chen Yu Fei, 13-21, 17-21. Hasil itu memperlihatkan kekurangan yang masih tampak pada Gregoria meski pernah mengalahkan tunggal putri ranking kedua dunia itu, yaitu belum bisa bermain baik dengan konsisten saat melawan pemain elite dunia.
Bicara permainan tunggal putri tak akan lepas dari empat pemain terbaik dunia sebagai pembanding. Gregoria sudah bisa mengalahkan dua di antaranya, yaitu Chen dan Akane Yamaguchi (Jepang), tetapi belum menemukan cara untuk mengatasi permainan pemain ranking teratas dunia, An Se-young (Korea Selatan) dan Tai Tzu Ying (Taiwan).
Chen adalah pemain terakhir di antara mereka yang dikalahkan Gregoria, yaitu pada final Kumamoto Masters Super 500, November 2023. Gregoria bermain sangat solid hingga menang dengan skor cukup telak 21-12, 21-12.
Namun, di Malaysia Terbuka, Gregoria tak bisa memperlihatkan permainan dalam level yang sama. Dia membuat lebih banyak kesalahan.
Pada beberapa kesempatan, Gregoria kurang sabar dalam menanti momen yang tepat untuk menyerang. Keputusan mengeksekusi serangan dengan lebih cepat justru menjadi kesalahan yang akhirnya berbuah poin bagi lawan.
Baca juga : Akurasi Lemah Berbuah Kekalahan bagi Anthony
”Catatan terbesar saya ada pada gim pertama karena banyak melakukan kesalahan. Itu membuat Chen lebih percaya diri pada gim kedua meski saya mulai bisa menemukan irama dan kontrol permainan,” tutur Gregoria.
Hasil perempat final yang didapat pada Malaysia Terbuka kali ini memang lebih baik dibandingkan babak kedua pada 2023. Namun, kekalahan dari Chen menjadi tanda bahwa Gregoria belum bisa konsisten bermain baik saat berhadapan dengan pemain elite dunia.
Dari tiga kemenangan yang didapatnya atas Chen, tak ada yang dilakukan beruntun. Dua kemenangan lain didapat saat bertemu pada babak pertama Indonesia Terbuka 2017 dan penyisihan grup turnamen Final BWF World Tour 2022.
Gregoria pernah mengalahkan Yamaguchi dalam dua pertemuan secara berturut-turut, yaitu babak pertama Malaysia Terbuka dan perempat final Malaysia Masters 2022 dengan jeda satu pekan. Namun, setelah itu, dia lima kali kalah dari enam pertemuan berikutnya. Total, pemain Indonesia ranking ketujuh dunia itu 13 kali kalah dari 17 pertemuan dengan Yamaguchi.
Pelatihnya di pelatnas bulu tangkis Indonesia Indra Widjaja, pada akhir 2023, mengatakan, level permainan Gregoria sebenarnya sudah menyamai ”Big Four” jika bisa bermain dengan baik. Namun, Gregoria belum mencapai level yang sudah dimiliki An dan kawan-kawan, yaitu konsisten mempertahankan penampilan terbaik dalam beberapa turnamen secara beruntun.
”Untuk bermain baik dalam dua pekan atau lebih secara beruntun tak hanya dibutuhkan daya tahan fisik. Faktor lain yang lebih penting adalah mempertahankan fokus dan ketangguhan mental. Ini yang belum dimiliki Grego. Masih ada hal-hal yang bisa mengganggu pikirannya. Menjaga faktor nonteknis ini justru lebih sulit dibandingkan menjaga fisik,” tutur Indra yang melatih tunggal putri pelatnas sejak 2023.