Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Lindungi Petenis dari Kekerasan Daring
Penyebaran judi daring dan media sosial membuat petenis profesional menjadi sasaran kemarahan pada pejudi yang kalah. Petenis pun akan dilindungi dengan teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·2 menit baca
LONDON, RABU — Seiring perkembangan teknologi, penghinaan dan kata-kata kasar dari penggemar bisa menimpa petenis profesional melalui dunia daring. Dengan memanfaatkan teknologi itu pula, badan tenis internasional bekerja sama untuk melindungi petenis.
Federasi Tenis Internasional (ITF), All England Lawn Tennis Club (AELTC), Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA), dan Asosiasi Tenis Putri (WTA) telah bersepakat bahwa mereka akan melindungi atlet dari kata-kata kasar yang dilontarkan siapa pun melalui dunia maya.
”Kami berkomitmen untuk turut melindungi dan mendukung atlet dari kesulitan mereka dalam menghadapi trauma mental. Juga, dari potensi adanya ancaman dan kekerasan secara daring,” demikian pernyataan bersama badan tenis internasional pada Rabu (20/12/2023).
ITF adalah organisasi yang membawahkan tenis amatir, adapun WTA tak lain organisasi tertinggi tenis profesional putri, sementara AELTC dan USTA penyelenggara Grand Slam Wimbledon dan AS Terbuka. Organisasi lain, yaitu yang membawahkan turnamen profesional putra (ATP), Tennis Australia (TA), dan Federasi Tenis Perancis (FFT), tak menjadi bagian dari kerja sama tersebut.
Dengan menggunakan teknologi Threat Matrix, keempat organisasi internasional tersebut akan memantau, melaporkan, dan membantu mengidentifikasi mereka yang memberi ancaman dan orang-orang terkait lainnya. Pemantauan akan dilakukan pada aplikasi media sosial X (sebelumnya bernama Twitter), Instagram, Youtube, Facebook, dan Tiktok sejak 1 Januari 2024.
Dengan menggunakan teknologi Threat Matrix, keempat organisasi internasional tersebut akan memantau, melaporkan, dan membantu mengidentifikasi mereka yang memberi ancaman dan orang-orang terkait lainnya.
Threat Matrix, yang menggunakan kombinasi artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan open-source data serta beroperasi menggunakan 35 bahasa, akan memberi penilaian secara cepat pada unggahan yang mengancam keamanan petenis. Teknologi itu juga akan membantu penegak hukum dan melakukan investigasi dalam kasus serius.
Penghinaan dan kata-kata kasar sering diterima petenis seiring dengan masifnya penggunaan media sosial dan meluasnya judi daring. Petenis biasanya akan menjadi sasaran caci maki para pejudi yang frustrasi karena kehilangan banyak uang. Turnamen yang menjadi sasaran untuk perjudian biasanya berlevel kecil karena perhatian pada ajang ini tak sebesar ATP 500, ATP Masters 1000, dan Grand Slam.
Threat Matrix telah digunakan dalam masa percobaan, pada 2022, ketika memonitor lebih dari 1,6 juta komentar publik melalui X dan 19.000 komentar dari Instagram. Komentar-komentar tersebut ditujukan kepada 454 petenis profesional yang menjadi sampel.
Hasilnya, satu dari empat petenis menerima makian melalui akun media sosial mereka. Ditemukan 546 komentar yang menghina dari 438 akun yang bisa diidentifikasi.
”Tenis harus menjadi olahraga di mana para atletnya bisa berkompetisi hingga level tertinggi dan terbebas dari perilaku kasar orang lain. Namun, mereka justru menjadi sasaran kemarahan orang melalui media sosial. Itu bisa mengganggu kesehatan mental mereka. Threat Matrix akan membantu atlet,” komentar Presiden ITF David Haggerty. (AFP/REUTERS)