Bara persaingan Alex dan Farrel memberikan harapan besar keberlanjutan prestasi Indonesia dari nomor gaya punggung. Arena akuatik menjadi saksi awal rivalitas kedua perenang potensial tersebut.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran perenang diaspora Agung Alexander Bauch sukses memantik rivalitas baru di nomor jarak pendek gaya punggung. Persaingan itu berhasil mengeluarkan potensi terbaik perenang nasional Farrel Armandio Tangkas. Dari nomor andalan tim Indonesia sejak dulu tersebut, masa depan terlihat cerah.
Persaingan sengit tersaji pada hari ketiga Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2023, Kamis (14/12/2023), di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta. Alex (24) dan Farrel (22) bertarung di nomor spesialis mereka, 100 meter gaya punggung. Sebagai favorit, mereka bersebelahan. Alex di jalur empat dan Farrel di jalur lima.
Sebagai konteks, sebelumnya Farrel adalah satu-satunya perenang yang diproyeksikan sebagai suksesor ”raja” gaya punggung I Gede Siman Sudartawa. Tiba-tiba, Alex yang merupakan keturunan Indonesia-Jerman diperkenalkan di Indonesia Terbuka untuk pertama kali, sebagai calon anggota tim Indonesia.
Menariknya lagi, mereka merupakan dua dari empat perenang yang masuk dalam program untuk Olimpiade Paris 2024. Keduanya sama-sama mengincar tiket dari 100 meter gaya punggung. Dengan semua kondisi tersebut, wajar jika Alex dan Farrel mencurahkan kemampuan terbaiknya.
Lomba, seperti perkiraan, berlangsung ketat dan saling susul sejak titik start. Farrel lebih cepat 0,08 detik di 50 meter pertama. Namun, setelah pembalikan, Alex mampu menyusul dan mengamankan medali emas dengan catatan 55,64 detik. Farrel harus puas di peringkat kedua dengan finis 55,70 detik.
Karena aku juga penasaran dia latihan di luar. Aku pribadi kayak penasaran hasil di luar seperti apa, aku yang di Indonesia ’gimana’.
”Jujur seru, sih,” kata Farrel tentang persaingan dengan Alex. ”Karena aku juga penasaran dia latihan di luar. Aku pribadi kayak penasaran hasil di luar seperti apa, aku yang di Indonesia gimana. Mungkin bisa ngambil positifnya. Pastinya jadi semakin tertantang, tetapi dari sisi positif,” ucapnya.
Walaupun kalah, waktu Farrel cukup impresif. Lebih baik dibandingkan saat dia meraih perak SEA Games Kamboja 2023, yaitu 55,80 detik. Motivasi berlipat Farrel juga tampak saat memenangi nomor 200 meter punggung, Selasa lalu. Dia finis dalam 2 menit 1,54 detik, lebih cepat 1,55 detik ketimbang di SEA Games.
”Yang 200 meter justru di luar ekspektasi. Saya juga masih tidak nyangka bisa mencapai waktu segitu. Memang masih belum personal best, tetapi sudah bagus karena saya waktunya jelek di nomor itu pas SEA Games. Di Asian Games juga tidak bagus-bagus amat,” kata Farrel.
Di sisi lain, Alex belum mencapai potensi terbaiknya. Di ajang Kejuaraan Amerika Serikat Terbuka 2023, dua pekan lalu, dia mampu mencatatkan waktu lebih cepat dengan 55,48 detik. Adapun catatan terbaiknya dalam nomor tersebut adalah 55,23 detik yang diciptakan di Berlin pada pertengahan 2022.
Meskipun begitu, Alex cukup senang dengan hasil tersebut. Dia yang besar di Jerman dan tinggal di AS selama dua tahun terakhir masih kesulitan beradaptasi dengan iklim Indonesia. ”Saya baru tiba di Indonesia pekan lalu. Kurang untuk adaptasi. Tetapi, saya senang persaingan tadi. (Farrel) memberikan saya lomba yang sulit,” ujarnya.
Perenang diaspora
Sejak 2022 sudah ada dua kisah sukses dari kehadiran sosok perenang diaspora yang merupakan keturunan campuran. Mereka adalah Masniari Wolf dan Felix Victor Iberle. Keduanya turut menyumbang emas di SEA Games terakhir. Kisah serupa yang ingin diulang Pengurus Besar Akuatik Indonesia (PB AI).
Menurut Wakil Ketua Bidang Tim Nasional PB AI Wisnu Wardhana, informasi tentang keberadaan Alex disampaikan langsung oleh Masniari. Kedua perenang itu pernah berlatih bersama di Jerman. Dengan pertimbangan prestasi renang dan akademis yang baik, Alex pun direkrut. Adapun dia berstatus atlet pelajar di Queens University of Charlotte.
”Karena alasan itu, kenapa enggak kita coba bantu. Apalagi, dia kan juga keturunan Indonesia. Lahir di Bali, ibunya orang sini. Bukan naturalisasi. Tentu dengan atlet-atlet diaspora ini kami berharap perenang lokal bisa terpacu. Kompetisi ketat akan membuat hasil lebih bagus. Kalau tidak ada (persaingan), kan, malah bisa tumpul nanti,” kata Wisnu.
Adapun Alex dan Farrel akan ditargetkan untuk menembus limit B Olimpiade dari 100 meter punggung, 54,85 detik. Demi mencapai itu, mereka akan menjalani berbagai persiapan sampai pertengahan tahun depan. Alex di AS dan Farrel di Indonesia. Menurut rencana, tim Indonesia juga akan menjalani uji coba ke AS.
Nomor jarak pendek gaya punggung sudah menjadi andalan tim Indonesia sejak dulu kala. Prestasi diwariskan turun-temurun dari era 1980-an lewat perenang legendaris Lukman Niode sampai terakhir Siman. Kini, harapan besar keberlanjutan prestasi tersebut ada di pundak Alex dan Farrel.