Penyelenggara berencana mengembangkan lomba pada tahun depan sekaligus memperluas eksistensi ajang lari ”trail” itu di kalangan pelari internasional.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS — Perhelatan tahun keempat lomba lari trail Siksorogo Lawu Ultra berjalan lancar hingga ditutup, Minggu (3/12/2023). Penyelenggara berencana mengembangkan lomba pada tahun depan sekaligus memperluas eksistensinya di kalangan pelari internasional.
Penyelenggaraan hari kedua Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2023, Minggu, melombakan kategori 7 K (kilometer), 15 K, dan 30 K. Sehari sebelumnya, ajang tersebut mempertandingkan kategori 80 K, 50 K, dan final Asia Trail Master. Kali ini, total ada 2.968 peserta yang ikut serta.
”Seluruh rangkaian lomba berjalan lancar sesuai rencana. Ada beberapa problem, tapi bisa diselesaikan dengan baik,” kata Race Director SLU 2023 Furqoni Sya’bana di lokasi pusat lomba di Bumi Perkemahan Sekipan, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu.
Salah satu problem itu, kata dia, adalah hujan yang turun pada Sabtu malam. Kondisi ini membuat beberapa peserta kategori 80 K dan 50 K yang masih menjalani lomba hingga malam harus mendapatkan penanganan kesehatan karena kelelahan. Namun, tidak ada peserta yang mengalami cedera parah.
Untuk tahun depan, Furqoni mengungkapkan, pihaknya berencana memperluas lomba dengan menggelar seri pendahuluan sebelum ajang puncak di SLU pada Desember. Seri pendahuluan itu mempertandingkan kategori jarak pendek.
”Apa saja kategorinya, waktunya kapan, dan lokasinya di mana, akan kami umumkan nanti,” ucapnya.
Dia menambahkan, perluasan ini dilakukan untuk membangun euforia SLU sejak awal tahun hingga mencapai puncaknya pada Desember. Kemungkinan seri pendahuluan ini akan digelar 1-2 kali dulu sebagai taraf uji coba. Seri ini bisa pula menjadi wahana seleksi para pelari untuk mengikuti SLU di tahun depan.
Ada banyak jalur yang bisa dipakai di sekitar lereng Gunung Lawu.
Untuk ajang SLU sendiri, Furqoni mengatakan, ada pula usulan menambah kategori tertinggi menjadi 100 K. Namun, hal itu masih akan dikaji lagi.
”Dari segi rute, masih memungkinkan untuk ditambah. Ada banyak jalur yang bisa dipakai di sekitar lereng Gunung Lawu,” katanya.
Selain memperluas lomba, SLU juga akan meningkatkan promosi ke kalangan pelari internasional. Apalagi, SLU sudah sukses menggelar final Asia Trail Master (ATM) tahun ini sehingga diharapkan makin mendongkrak eksistensi ajang itu di mata pelari mancanegara.
Tahun ini, di luar kategori ATM, peserta asing tercatat 65 orang dari sembilan negara. ”Kami berharap bisa menarik minat peserta asing lebih banyak tahun depan,” ujar Furqoni.
Di kalangan pelari trail dalam negeri, SLU menjadi salah satu ajang yang populer dan dikenal memiliki reputasi baik. Sejumlah peserta pun mengaku tertarik mencoba lagi lomba lari ekstrem ini di tahun depan.
Seperti yang diungkapkan Amrihakim (19), yang baru kali ini mengikuti lomba kategori 7 K. ”Rutenya menantang, tanjakannya juga lumayan berat setelah 3,5 kilometer,” ujarnya.
Dia pun tertarik mencoba lagi di tahun depan dengan mengikuti kategori 15 K. Tahun ini, dia mengaku kurang persiapan sehingga performanya tak maksimal.
”Seharusnya satu bulan sebelum lomba persiapan intensif,” ujar mahasiswa asal Solo, Jawa Tengah, ini.
Peserta lain, Rizqi Fitria (30), sudah dua kali ikut pada kategori 7 K. Dia pun masih ingin berpartisipasi lagi pada tahun depan. ”Tahun ini cuacanya enak, lebih adem sehingga nyaman untuk lari,” kata perempuan asal Semarang, Jateng, ini.
Bagi pelari pemula, menurut Fitria, rute 7 K di SLU sangat menyenangkan dan nyaman. Banyak marshal di sepanjang rute sehingga sangat membantu pelari agar tidak kesasar.
Chelsea Celo (19), peserta kategori 15 K, juga telah dua kali menikuti SLU. Menurut remaja putri asal Semarang ini, rute yang disajikan cocok buat orang yang menyukai alam dan lari trail.