Pesan Mama di Jalan Juara Rheza Danica
Rheza Danica Ahrens selalu memohon doa ayah dan ibunya sebelum balapan, termasuk balapan penentu juara kelas Asia Production 250 dalam seri terakhir ARRC 2023 di Thailand. Rheza memegang pesan mamanya supaya tenang.
BURIRAM, KOMPAS —Dua jam menjelang balapan terakhir Asia Road Racing Championship di Buriram, Thailand, Rheza Danica Ahrens membuka keran air di belakang paddock tim Astra Honda Racing. Dia kemudian mengambil wudu untuk menuaikan dzuhur. Setelah itu, dia kembali ke ruangan pebalap, menelepon papa dan mamanya untuk memohon doa menjalani balapan penentuan juara kelas Asia Production 250. Dia memegang pesan mamanya supaya tetap tenang selama balapan.
”Yang saya ingat pesan dari mama, ’Yang penting tenang saja’,” ujar Rheza seusai mengunci gelar juara kelas Asia Production 250 ARRC 2023, Minggu (3/12/2023).
Rheza juara dengan finis di posisi kedelapan, dan mengumpulkan 206 poin. Dia unggul delapan poin atas satu-satunya pesaing, yang juga sesama pebalap binaan Astra Honda Motor, Herjun Atna Firdaus, yang finis di podium kedua. Tim AHRT juga menjadi juara tim kelas AP250 untuk kelima kali setelah musim 2017, 2018, 2019, dan 2022. Gelar juara ini diraih karena tiga pebalap AHRT finis di posisi satu, dua, dan tiga dalam klasemen akhir. Rheza mengumpulkan 206 poin, dan Herjun 198 poin, sehingga total poin 404.
Seusai balapan, Rheza menelepon mama dan papanya. Mereka memberi selamat atas pencapaian brilian Rheza mengulang gelar juara AP250 musim 2018.
”Sudah kontak orang rumah, papa sama mama, kasih kabar, dan mereka kasih selamat,” ujar Rheza yang berasal dari Sleman, DI Yogyakarta.
”Yang paling berpengaruh (dalam karier balap saya) tentu mama sama papa yang dari awal banget, dari nol, mulai dari privateer sampai sekarang terus mendukung. Dan, saya masih memerlukan masukan dari mereka meskipun saya sudah bergabung beberapa tahun di Astra Honda Racing Team. Orangtua yang sejauh ini sangat penting," ungkap Rheza.
”Terima kasih juga tentunya untuk Astra Honda Racing Team, semua mekanik yang bekerja keras bersama, ada menang, ada juga kalah, tetapi tetap semangat. Itu membantu motivasi saya untuk kembali tampil terbaik lagi, dan di akhir seri meraih juara umum,” ujar Rheza.
Pebalap berusia 25 tahun itu melakukan start dengan mulus dari posisi kedua di belakang rekan setimnya Veda Ega Pratama yang meraih pole position.
Rheza menjalankan petuah mamanya pada balapan kedua ARRC, Minggu siang. Pebalap berusia 25 tahun itu melakukan start dengan mulus dari posisi kedua di belakang rekan setimnya Veda Ega Pratama yang meraih pole position. Namun, para pebalap tuan rumah sangat agresif, terutama Jakkreephat Phuettisan serta pebalap putri Muklada Sarapuech. Mereka menyerang sejak memasuki tikungan pertama hingga kemudian Sarapuech bersenggolan dengan Veda hingga pebalap berusia 15 tahun itu terjatuh dan keluar dari balapan.
Baca juga: Rheza Danica Juara ARRC 2023
Rheza kemudian melanjutkan pertarungan podium yang diperebutkan 10 pebalap terdepan, termasuk pebalap AHRT Herjun Atna Firdaus. Herjun juga memperebutkan gelar juara bersaing degan Rheza. Herjun di posisi kedua tertinggal 20 poin dari Rheza. Kondisi ini memaksa Herjun bertarung habis-habisan untuk meraih kemenangan atau minimal posisi kedua. Itu pun belum pasti dia juara, karena Rheza akan tetap juara jika perolehan poinnya tidak tertinggal 20 poin atau lebih dari Herjun.
Kondisi itulah yang membuat Rheza lebih tenang, dan taktik dalam menghadapi persaingan melawan sembilan pebalap di rombongan depan. Di lap-lap awal, juara AP250 musim 2018 itu sempat ikut bertarung meraih podium. Namun, kemudian agresivitas para pebalap Thailand membuat dirinya bermain aman karena poin kejuaraan lebih penting dari podium.
Baca juga: Arbi Petik Pengalaman Penting di ARRC
”Di awal balapan saya ingin meraih podium karena start cukup bagus dan berada di rombongan depan, serta mendapat ritme di rombongan itu. Hingga pertengahan balapan saya lihat di sign board ada grup sekitar sembilan, sepuluh pebalap, saya pikir itu grup yang besar, dan sampai putaran terakhir saya melihat masih sama,” ujar Rheza.
”Semua pebalap pasti ingin podium, saya coba ke depan, tetapi saya pikir gelar juara lebih penting, jadi tadi finis di posisi delapan dalam balapan kedua,” kata Rheza.
”Saya bersyukur dengan hasil tahun ini. Alhamdulillah merasakan juara lagi. Sejak awal seri tahun ini saya optimistis bisa juara lagi, tetapi memang tidak mudah, karena sampai putaran terakhir hari ini,” ujar Rheza.
”Sebenarnya yang membuat lebih berat adalah di seri kedua sudah langsung kena pemotongan RPM 500, kemudian di seri Sugo kena lagi 500. Jadi, mulai Sugo sampai balapan terakhir tadi kena pemangkasan seribu,”ujar Rheza.
Pemangkasan RPM diberlakukan kepada AHRT di kelas AP250 untuk menciptakan persaingan yang lebih seimbang. Kondisi ini menyebabkan motor CBR250RR yang dipacu Rheza, Herjun, dan Veda, putaran mesin maksimal diturunkan 1.000 RPM mulai seri Sugo, Jepang.
”Sebenarnya dari tahun lalu juga merasakan, tetapi hanya 500 RPM. Tetapi, tahun ini di putaran ketiga langsung kena pangkas 1000 RPM. Awalnya agak kesusahan karena feeling berubah, harus maksa saat di atas motor untuk menutupi pemangkasan RPM. Tetapi dari tim tetap ngasih setingan dan instruksi supaya tetap bisa bersaing di grup atas,” kata Rheza.
”Ya bisa dibilang gitu (selalu berkendara di limit), harus lebih berusaha ekstra untuk bisa gabung di grup terdepan,” lanjut Rheza.
Dia pun berharap musim depan bisa lebih solid, dan bisa kembali meraih juara.
”Targetnya tetap bisa berprestasi di ajang balap tahun depan. Persiapan untuk tahun depan ya menjaga motivasi dan konsentrasi,” pungkas Rheza.