Gairah semarak Piala Eropa 2024 sudah terasa sejak dini setelah tiga tim raksasa tergabung dalam satu grup. Fokus segera tertuju pada persaingan Spanyol dan Italia yang pernah diwarnai darah.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
HAMBURG, MINGGU — Kroasia, Italia, dan Spanyol dipaksa menerima keadaan setelah hasil pengundian fase penyisihan grup Piala Eropa 2024 di Jerman mempertemukan mereka ke dalam satu grup. Ketiga negara raksasa sepak bola tersebut tidak bisa lengah sedari awal turnamen jika ingin lolos ke fase gugur. Persaingan mereka juga merupakan simbol rivalitas berdarah yang kini bangkit secara lebih dini.
Hasil pengundian grup Piala Eropa 2024 di Hamburg, Jerman, Minggu (3/12/2023) dini hari WIB, relatif tidak banyak memunculkan kejutan, kecuali dengan apa yang terjadi di Grup B. Grup tersebut mendapat label sebagai grup ”neraka” karena terdapat Spanyol, Italia, Kroasia, dan Albania, yang akan saling jegal demi mengamankan dua tiket lolos ke fase gugur.
Grup B bukan sembarang grup neraka. Italia adalah juara bertahan, sedangkan Spanyol merupakan satu-satunya negara yang pernah menjadi juara beruntun pada edisi 2008 dan 2012. Italia dan Spanyol juga termasuk tiga negara teratas dengan gelar Piala Eropa terbanyak. Semenjak dipertandingkan pada 1960, ada 10 negara yang pernah menjuarai Piala Eropa. Jerman dan Spanyol adalah dua negara tersukses dengan masing-masing tiga gelar Piala Eropa. Sementara Italia pernah dua kali menjadi juara.
”Jujur semua lawan di grup ini berat. Kami pernah melawan Italia dan Kroasia di Nations League (Liga Nasional Eropa), dan Albania lolos lewat penampilan yang mengesankan di kualifikasi. Jadi, kami akan berusaha tampil semaksimal mungkin yang kami bisa,” kata Pelatih Spanyol Luis de la Fuente dikutip dari laman UEFA.
Spanyol punya modal besar dalam menyongsong Piala Eropa yang akan berlangsung pada 14 Juni hingga 14 Juli 2024. Fuente baru saja sukses membawa timnya menjuarai Liga Nasional Eropa 2023. Lawan yang mereka kalahkan di final adalah Kroasia yang masih menyisakan pancaran gemerlap generasi emasnya dengan dipimpin Luka Modric.
Italia, meski berstatus juara bertahan, pada akhirnya masuk grup neraka lantaran tampil kurang meyakinkan di babak kualifikasi. Italia finis di peringkat kedua Grup C babak kualifikasi, di bawah Inggris. Penampilan kurang meyakinkan itu membawa Italia berada di ranking ke-18 sehingga harus menempati Pot 4 dalam pengundian grup.
Dalam sudut pandang Spanyol, sepak bola Italia adalah yang paling tidak sportif di muka bumi.
Walau begitu, Pelatih Italia Luciano Spaletti mencoba membuat timnya optimistis dengan tidak menganggap hasil undian sebagai bencana. Ia menegaskan mereka tetaplah tim hebat dengan pengalaman pernah menjadi juara dunia sebanyak empat kali. Dengan cara itu, Spalletti hendak mengatrol semangat dan moral para pemainnya.
”Melihat hasil undian grup, ini bisa saja berjalan lebih baik, tetapi kemudian kami berada di Pot 4. Jangan pernah lupa bahwa kami adalah Italia,” ujar Spalletti.
Rivalitas klasik
Italia akan bertemu Albania di pertandingan pertama pada 15 Juni 2024. Setelah itu, semua mata akan tertuju pada mereka saat menghadapi Spanyol di pertandingan kedua. Selama ini, Italia dan Spanyol selalu terlibat dalam rivalitas klasik. Bahkan, laga kedua negara itu pernah diwarnai darah. Itu terjadi pada perempat final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Laga Italia dan Spanyol saat itu berlangsung sangat panas dalam tensi yang tinggi. Pada satu momen, bek Italia, Mauro Tassotti, menyikut hidung penyerang Spanyol, Luis Enrique, hingga mengeluarkan darah. Perdarahan Enrique tidak berhenti sehingga handuk putih yang digunakan staf medis untuk menyeka lukanya berlumuran banyak darah segar.
Tim Spanyol sontak bereaksi terhadap aksi Tassotti tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang disengaja. Namun, wasit tidak melihat kejadian itu sehingga Tassotti lolos dari hukuman. Namun, beberapa waktu kemudian, video kejadian itu dianalisis ulang dan Tassotti akhirnya dinyatakan bersalah hingga dihukum larangan bermain dalam delapan pertandingan. Italia keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1 dan lolos ke semifinal.
Tidak sportif
Kejadian itu mengubah persepsi orang Spanyol terhadap Italia. Dalam sudut pandang Spanyol, sepak bola Italia adalah yang paling tidak sportif di muka bumi. Orang-orang di tim Italia dinilai sebagai kesatuan yang defensif, kotor, sinis, dan tampil membosankan.
Ironisnya, dengan cara-cara seperti itu Italia menuai kesuksesan. Dua trofi Piala Eropa dan empat gelar Piala Dunia adalah buktinya, sementara Spanyol baru bisa mengoleksi satu gelar Piala Dunia.
Setelah insiden itu, laga antara Italia dan Spanyol selalu berlangsung sengit. Pertemuan terbaru dan terbesar kedua negara terjadi pada semifinal Piala Eropa 2020. Saat itu, Spanyol lagi-lagi takluk dari Italia dengan skor 1-2. Italia melenggang ke final dan akhirnya menjadi juara. Spanyol memperbaiki catatan pertemuan itu dengan mengalahkan Italia dua kali pada Liga Nasional Eropa 2021 dan 2023.
”Siapa pun yang menyukai olahraga ini harus menikmati tantangannya. Jika tidak, Anda akan kehilangan semua kesenangannya,” kata Spalletti terkait pertemuan timnya dengan Spanyol.
Spalletti yakin Italia akan mampu berbicara banyak kendati tampil kurang meyakinkan di kualifikasi. Mereka pernah punya kisah manis di Jerman saat menjuarai Piala Dunia 2006. Itulah gelar Piala Dunia terakhir yang diraih Italia hingga saat ini.
Selain rivalitas berdarah di Grup B, Piala Eropa 2024 juga menyuguhkan sejumlah pertandingan menarik. Salah satunya adalah pertemuan antara Perancis dan Belanda yang tergabung di Grup D. Adapun Inggris tergabung di Grup C yang relatif lebih ringan bersama Denmark, Slovenia, dan Serbia.
Saat ini, ada 12 negara yang masih memperebutkan tiga tiket tersisa untuk tampil di Piala Eropa melalui jalur playoff.