Jannik Sinner mengantarkan Italia menjuarai kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis setelah mengalahkan Australia di final. Ini menjadi gelar pertama setelah Italia juara pada 1976.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Petenis Italia, Jannik Sinner, menjalani musim terbaiknya di arena tenis profesional pada 2023. Rangkaian hasil baik ditutup ketika mengantarkan negaranya menjuarai Piala Davis.
Kemenangan Sinner atas Alex de Minaur dengan skor 6-3, 6-0 di Malaga, Spanyol, Minggu (26/11/2023) waktu setempat, memastikan kemenangan 2-0 Italia atas Australia dalam laga final. Kemenangan pertama Italia didapat Matteo Arnaldi atas Alexei Popyrin 7-5, 2-6, 6-4. Italia pun berhak atas trofi kejuaraan tenis beregu putra itu setelah terakhir kali menjuarainya pada 1976.
”Kemarin, tinggal satu poin lagi kami kalah. Sekarang, kami bisa bisa bersama-sama merayakan kemenangan ini. Rasanya luar biasa,” komentar Sinner.
Petenis berusia 22 tahun itu menjadi kunci keberhasilan Italia menjadi tim tenis putra terbaik tahun ini. Pada persaingan delapan tim dalam fase gugur di Malaga, pada 21-26 November, Sinner selalu menang dalam lima pertandingan, yaitu ketika Italia mengalahkan Belanda pada perempat final, melawan Serbia (semifinal), dan Australia (final).
Sinner bahkan menghentikan perjalanan Serbia yang tinggal selangkah lagi bisa tampil di final. Dalam posisi Italia tertinggal 0-1 dari Serbia, Sinner mengalahkan Djokovic 6-2, 2-6, 7-5 dengan menggagalkan tiga match point Djokovic. Sinner merebut tiga gim beruntun sejak posisi tertinggal 4-5 (0-40). Bergabung bersama Lorenzo Musetti dalam nomor ganda, Sinner menang lagi atas Djokovic yang berpasangan dengan Miomir Kecmanovic.
Kemenangan atas Djokovic itu didapat setelah Sinner juga mengalahkannya pada penyisihan grup turnamen Final ATP di Turin, Italia, sepekan sebelumnya. Itu menjadi kemenangan pertama Sinner atas petenis nomor satu dunia tersebut meski Djokovic membalasnya pada laga final.
Menjadi finalis ajang Final ATP, yang hanya diikuti delapan petenis terbaik, juara Piala Davis, dan mengalahkan Djokovic menjadi bagian dari prestasi Sinner pada 2023. Sejak bersaing di arena profesional pada 2018, untuk pertama kalinya pula Sinner menjuarai turnamen ATP Masters 1000, yaitu di Kanada. Di ajang Grand Slam, dia mencapai tahap terbaik ketika menembus semifinal Wimbledon.
Rangkaian hasil baik itu menempatkan Sinner pada peringkat keempat dunia sejak Oktober, posisi terbaik yang pernah ditempatinya. Dia mengawali tahun ini dari ranking ke-15.
Saya datang untuk memberikan semua yang saya punya. Kami dalam tim juga saling mendukung. Itu menjadi kunci kemenangan kami.
”Saya datang ke sini setelah kalah di final di Turin. Saya datang untuk memberikan semua yang saya punya. Kami dalam tim juga saling mendukung. Itu menjadi kunci kemenangan kami,” tutur Sinner yang penampilannya dipuji tim lawan.
Kapten tim Australia, Lleyton Hewitt, menyebut, Sinner pantas menjadi bagian dari pemain top dunia. ”Dia tampil sangat baik dalam beberapa pekan, bahkan dalam beberapa bulan terakhir. Dia bermain sangat baik saat melawan Novak dan menjadi tumpuan timnya,” kata mantan petenis nomor satu dunia itu.
De Minaur juga mengakui keunggulan Sinner yang meraih empat gelar juara pada tahun ini. ”Level permainannya sangat impresif seperti yang Novak katakan pada pekan lalu. Jannik bermain dengan penuh percaya diri,” ujar petenis peringkat ke-12 tersebut.
Petenis muda
Bagi Italia, gelar juara pada tahun ini menjadi tanda lahirnya generasi baru tenis putra. Tiga pemain utama di Piala Davis kali ini lahir pada era 2000-an. Mereka adalah Sinner (22 tahun), Musetti (21), dan Arnaldi (22). Dua pemain senior dimasukkan dalam tim ini oleh kapten Filippo Volandri, yaitu Lorenzo Sonego dan Simone Bolleli.
Matteo Berrettini, yang mengantarkan Italia ke semifinal Piala Davis 2022, duduk bersama rekan-rekannya meski tak menjadi bagian dari tim karena cedera. Petenis 27 tahun yang merupakan finalis Wimbledon 2021 ini memuji penampilan ”adik-adiknya”.
Sonego, yang sudah 15 tahun membela Italia di Piala Davis, mengatakan, momen juara ini menjadi momen paling emosional baginya. Seperti dikatakan Sinner, Sonego dan Berrettini memberi banyak masukan bagi dia, Musetti, dan Arnaldi.
Atas gelar juara tersebut, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni memberi ucapan selamat melalui media sosial X. ”Hasil bersejarah. Selamat untuk para pemain atas talenta dan komitmen yang telah ditunjukkan, juga, untuk semua staf,” katanya.
Sejak Piala Davis digelar pada 1900, Italia pertama kali lolos ke final pada 1960, lalu pada tahun berikutnya ketika kalah dari Australia. Setelah menjadi juara pada 1976, Italia ke final lagi pada 1977, 1979, 1980, dan 1998 tetapi selalu kalah. Final terakhir, pada 1998, terjadi sebelum Sinner, Musetti, dan Arnaldi lahir. (AP/REUTERS)