Persaingan Messi dan Ronaldo kembali memanas di Indonesia. Para bintang remaja dunia bergantian menyebut nama kedua ”GOAT” itu di Piala Dunia U-17 2023.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dua nama itu selalu disebutkan oleh para pemain di Piala Dunia U-17 Indonesia 2023 ketika menjawab pertanyaan tentang sosok idola mereka. Uniknya, sangat berimbang persaingan sosok yang digadang-gadang pesepak bola terhebat sepanjang masa atau GOAT tersebut.
Setelah salah satu pemain menjawab Ronaldo, yang berikutnya memilih Messi. Padahal, itu adalah pertanyaan terbuka. Mereka berhak memilih siapa saja. Begitu banyak bintang yang bisa dijadikan panutan di generasi saat ini, seperti penyerang Manchester City, Erling Haaland, atau penyerang Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe.
Striker tim U-17 Senegal, Idrissa Gueye (17), misalnya. Tepat setelah mencetak hattrick ke gawang Polandia, dia berkata, inspirasi terbesarnya adalah Ronaldo. Kecintaan pemain 17 tahun tersebut melewati batas negara. Adapun Senegal juga memiliki pesepak bola bintang yang dianggap seperti pahlawan negara, yaitu Sadio Mane.
”Saya sudah mengikuti Ronaldo sejak masih kecil dengan penampilannya. Setiap hari saya bermimpi untuk bisa mencapai level performa yang sama dengannya. Dia adalah panutan saya walaupun ada juga bintang kami (Mane) yang memberikan motivasi untuk banyak anak muda Senegal,” kata Gueye yang berasal dari akademi Generation Foot, sama seperti Mane.
Beda lagi dengan gelandang serang andalan skuad U-17 Polandia, Karol Borys (17). Dia sangat mengidolakan Messi meskipun arah kariernya tampak sejalan dengan Ronaldo. Sang remaja berkaki kidal itu menjalani uji coba latihan bersama klub Inggris, Manchester United, pada pertengahan 2022.
MU memiliki hubungan sangat erat dengan Ronaldo. Pemain yang sering dipanggil ”CR7” itu meraih status kebintangan di awal kariernya saat bersama MU (2003-2009). Terlepas dari itu, Borys mengaku, lebih tertarik bergabung dengan Barcelona yang sudah seperti ”rumah” bagi Messi.
”Saya berlatih tujuh hari di MU, bersama tim U-16, U-18, dan U-23. Saya sangat senang bisa berada di sana, bisa membantu perkembangan. Lalu, saya kembali ke Polandia lagi. Sekarang mimpi terbesar saya masih bermain untuk Barca. Mengikuti jejak Messi,” kata Borys yang masuk 60 talenta muda terbaik 2023 versi The Guardian.
Sangat wajar pemain kelahiran 2006 ke atas yang saat ini berlaga di Indonesia mengidolakan dua GOAT tersebut. Ketika mereka baru lahir, Messi dan Ronaldo telah mengawali karier. Ketika mereka tumbuh besar, kedua sosok legendaris itu sedang menguasai dunia, tepatnya mulai 2008 atau semusim sebelum Ronaldo pindah dari MU ke Real Madrid.
Rivalitas Messi dan Ronaldo digadang-gadang sebagai yang terhebat sepanjang sejarah umat manusia dari seluruh cabang olahraga. Salah satu buktinya adalah persaingan dalam perebutan trofi Ballon d’Or, penghargaan individu untuk pemain terbaik dunia. Hanya dua nama itu yang bergantian merebut trofi selama sepuluh musim beruntun, 2008-2017.
Panutan ideal
Kedua ikon tersebut pun dijadikan panutan ideal para pemain remaja saat ini, terutama dari gaya main. Penyerang tim U-17 Jerman, Max Moerstedt (17), contohnya. Dia bercita-cita mengisi kekosongan peran penyerang ”nomor 9” Jerman yang terakhir dilakoni oleh Miroslav Klose. Namun, dia justru tidak mengikuti gaya bermain Klose.
Saya selalu berkata, Messi adalah idola saya. Namun, saya tidak ada apa-apa dibandingkannya.
Moerstedt mengatakan, ia banyak belajar dari cara Ronaldo mencetak gol, terutama dalam pergerakan tanpa bola, penempatan posisi, dan cara menembak. Ronaldo, di era keemasannya, memang bukan berposisi penyerang tengah. Namun, ketajaman CR7 tidak perlu diragukan. Dia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa.
Beda lagi dengan gelandang serang tim muda Argentina, Claudio Echeverri (17). Pemain River Plate itu sudah dilabeli sebagai penerus ”Si Kutu”, julukan Messi. Seperti Messi, dia juga pemain flamboyan yang bisa menciptakan momen-momen magis dengan aksi dribel, umpan terukur, dan tembakan mematikan. Bedanya, Echeverri tidak kidal seperti Messi.
Menurut Echeverri, permainannya memang mirip dengan Messi. Dia belajar dari sang idola. Namun, kapten tim U-17 itu takut dengan label penerus Messi. Entah sudah berapa banyak pemain yang gagal memenuhi ekspektasi setelah mendapat label tersebut. ”Saya selalu berkata, Messi adalah idola saya. Namun, saya tidak ada apa-apa dibandingkannya,” katanya sambil tertawa.
Di turnamen remaja tersebut, terlihat jelas betapa dahsyat pengaruh dari generasi lama ke generasi baru. Messi dan Ronaldo juga pernah merasakan hal serupa, terinspirasi dengan para legenda dan menjadi versi lebih baik dari sang idola. Efek domino itu layak dinanti dari pemain remaja dunia saat ini. Mereka akan meneruskan kisah epik dan rivalitas kedua GOAT tersebut.