Quim Juyent menunjukkan sinarnya di antara pemain akademi ”La Masia” lainnya. Kemampuannya membaca ruang membantunya jadi gelandang produktif dalam Piala Dunia U-17 2023.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Quim Junyent menunjukkan sinarnya di tengah bayang-bayang rekan setimnya, Marc Guiu, dalam Piala Dunia U-17 2023. Kemampuannya membaca ruang berhasil membantunya memetik dua gol sepanjang turnamen. Kelincahan dan kecepatanya merupakan senjata untuk mengacaukan pertahanan lawan.
Wajar apabila Guiu paling disoroti publik. Ia mengikuti Piala Dunia U-17 2023 setelah melakukan debutnya bersama Barcelona di La Liga, Oktober lalu. Debut itu terasa lebih istimewa karena striker berbadan tinggi itu mencetak gol kemenangan sehingga membawa ”Blaugrana” memenangi laga 1-0 atas Athletic Bilbao.
Meski demikian, Spanyol adalah tim yang mengandalkan kolektivitas. Boleh jadi satu atau dua pemain lain mencuri perhatian dari bintang dalam tim tersebut. Itulah yang coba dilakukan Junyent dalam turnamen ini.
Apalagi, sang juru taktik, Jose Maria Lana mengandalkan penguasaan bola dominan pada setiap pertandingan. Dengan pakem itu, keberadaan trio gelandang sebagai pengatur jalannya laga dirasakan sangat penting.
Junyent ditugaskan untuk bergerak lebih fleksibel melalui peran sebagai gelandang box to box.
Pada formasi 4-3-3, Junyent diposisikan sebagai gelandang mendampingi dua gelandang lainnya, yakni Pau Prim dan Juan Hernandez. Prim adalah ”jembatan” dari lini belakang dan depan, sedangkan Hernandez mengambil peran sebagai playmaker. Junyent ditugaskan untuk bergerak lebih fleksibel melalui peran sebagai gelandang box to box.
Peran Junyent membuatnya cukup rajin bergerak. Ketika tim menyerang, ia bisa berada di sepertiga akhir pertahanan lawan. Sewaktu serangan balik, ia tak ragu berduel untuk mematahkan serangan lawan. Bahkan, ia juga sesekali ikut membantu barisan pertahanan jika timnya sedang ditekan.
Dari segi ofensif, Junyent memiliki keunggulan lainnya berupa kemampuan membaca ruang yang apik. Gelandang berbadan mungil itu seakan selalu mampu berdiri di posisi yang tepat untuk mencetak gol. Aspek itu didukung kelincahan dan kecepatannya sewaktu memegang bola.
Atribut tersebut dipamerkan Junyent sewaktu melawan Jepang pada babak 16 besar dalam Piala Dunia U-17 2023, di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/11/2023) malam. Ia berperan pada dua gol yang dihasilkan Spanyol dalam kemenangan 2-1 di laga tersebut.
Gol pertama Spanyol lahir dari kaki Junyent pada menit ke-8. Dalam gol itu, barisan pemain belakang Jepang terlalu terpaku menjaga Guiu. Oleh karena itu, ia berhasil merangsek dari lini kedua untuk mendapatkan bola umpan Juan Hernandez yang gagal dikuasai Guiu. Sekali menggocek bek, ia melesakkan bola dengan tenang ke gawang yang dikawal Wataru Goto.
Tidak hanya mencetak gol, Junyent juga menciptakan asis pada laga tersebut. Asis itu diberikannya kepada sang ujung tombak, Guiu. Kejeliannya melihat posisi Guiu menghasilkan gol kedua penentu kemenangan bagi Spanyol.
Junyent mengirimkan umpan terobosan yang membelah barisan pertahanan Jepang. Sedikitnya tiga pemain dilewati umpan terobosan yang geraknya agak melengkung itu. Dengan kecepatannya, Guiu berhasil mendapatkan bola dan menjebol gawang Jepang.
Dengan satu gol dan satu asis melawan Jepang, Junyent diberi penghargaan sebagai man of the match pada laga tersebut. Adapun sepanjang kompetisi ia berhasil mencatatkan dua gol. Satu gol lainnya diciptakannya saat melawan Kanada.
Junyent mengaku senang bisa mencetak dua gol sepanjang turnamen ini. Namun, ia lebih mementingkan penampilan kolektif tim. Ia ingin bisa bertahan dan menyerang sama baiknya bersama segenap skuad setiap pertandingan.
”Jika saya mencetak lebih banyak gol, itu baik untuk saya. Namun, yang jauh lebih penting adalah tim,” kata Junyent, seusai laga melawan Jepang.
Junyent adalah satu dari delapan pemain yang berasal dari ”La Masia” yang dibawa Lana ke gelaran Piala Dunia tahun ini. Dominasi akademi itu cukup terasa dalam skuad tersebut. Bahkan, dua rekan Junyent pada pos gelandang, yakni Prim dan Hernandez, berasal dari akademi yang sama.
Lana juga hampir selalu mengisi 11 pemain pertamanya dengan pemain dari akademi tersebut. Dalam laga kontra Mali, Kanada, dan Jepang, ada tujuh pemain akademi tersebut yang dimainkan sejak babak pertama. Pada laga melawan Uzbekistan, pemain akademi tersebut paling sedikit diturunkan, yakni lima pemain. Sebanyak tiga pemain diturunkan sejak babak pertama, sedangkan dua pemain lainnya menjadi pemain pengganti. Junyent adalah pemain yang selalu diturunkan Lana dalam 11 pertama dari empat laga itu.
”Hanya kebetulan saja pemain terbaik yang tersedia berasal dari La Masia. Saya berterima kasih kepada semua klub Spanyol yang melakukan usaha maksimal untuk membentuk akademi sepak bola terbaik sehingga kami bisa memiliki pemain-pemain berkualitas,” kata Lana.
Penampilan apik Junyent seakan meneguhkan La Masia sebagai salah satu akademi terbaik di dunia. Ada sejumlah pemain lain yang menanti bersinar dalam gelaran ini. Di sisi lain, Juyent menjaga tradisi trio gelandang pengatur permainan penguasaan bola dominan ala Spanyol.