Wakil Eropa mempertahankan dominasinya dan lolos ke fase gugur dengan status juara grup. Mereka bakal membuktikan bahwa dominasinya tidak hanya terpancar di fase grup, tetapi juga fase gugur.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Eropa di Piala Dunia U-17 yang lolos ke babak 16 besar meraih hasil memuaskan dengan menjuarai grup masing-masing. Dominasi mereka di fase grup boleh jadi terancam di fase gugur. Bagaimanapun setiap tim bisa tampil berbeda di fase gugur yang mereka anggap layaknya final. Perancis dan Inggris tidak terkecuali akan mendapat tantangan yang jauh lebih sulit. Inilah momentum tepat bagi mereka membuktikan bahwa dominasinya juga bisa berlanjut di fase gugur.
Stadion Internasional Jakarta mendapat kehormatan ditunjuk menghelat laga pembuktian itu pada Rabu (22/11/2023). Perancis ditantang wakil Afrika, Senegal, sementara Inggris akan menghadapi wakil Asia, Uzbekistan. Di Piala Dunia U-17, masih sulit menggeser dominasi Eropa. Empat wakil Eropa, yaitu Perancis, Inggris, Spanyol, dan Jerman, sukses melaju ke babak 16 besar.
Spanyol, Jerman, dan Perancis belum pernah terkalahkan di fase grup. Perancis lebih istimewa karena menyapu bersih semua laga dengan kemenangan tanpa kebobolan satu gol pun. Spanyol dan Jerman bahkan telah mengunci tempat di perempat final setelah masing-masing mengalahkan Jepang, 2-1, dan Amerika Serikat, 3-2, di babak 16 besar.
Kesempurnaan itu yang masih hendak dijaga oleh Pelatih Perancis Jean-Luc Vannuchi di fase gugur. Ambisi itu seperti mudah diraih Perancis. Para pemain Senegal sempat hancur ketika dikalahkan Jepang, 1-2, pada pertandingan pamungkas babak penyisihan grup. Sedangkan Perancis menatap babak 16 besar dengan optimisme tinggi berkat penampilan impresif melibas Burkina Faso, Amerika Serikat, dan Korea Selatan di tiga laga sebelumnya.
”Kami satu-satunya tim yang belum kebobolan gol. Itulah tujuan kami saat memulai Piala Dunia, menjaga lini belakang tetap kuat dan finis di posisi teratas grup,” kata Vannuchi, dikutip dari laman FIFA.
Kunci kesuksesan Perancis dalam membangun lini belakang yang solid salah satunya ada pada diri kapten tim Joachim Kayi Sanda dan Bastien Meupiyou. Kedua pemain belakang berpostur tinggi dan kekar ini tidak mudah dilewati pemain-pemain lawan. Keduanya cerdik dalam mengawal lini belakang dan tahu kapan harus naik menyerang. Meupiyou bahkan sudah menyumbang satu gol saat melawan Amerika Serikat meski memulai laga dari bangku cadangan.
Selain punya pertahanan yang kuat, Perancis juga tajam ketika menyerang. Kualitas pemain pengganti dan inti mereka nyaris setara.
Menurut Sanda, para pemain Perancis sudah lama bersama sehingga punya persatuan tim yang kuat. Setiap pemain sudah hafal terhadap pergerakan dan kebiasaan rekannya. Maka dari itu, sangat sulit mencari celah dari permainan Perancis. Mereka juga sangat memperhatikan detail-detail kecil, seperti kecepatan dalam transisi dan menghindari pelanggaran di dekat kotak penalti.
Selain punya pertahanan yang kuat, Perancis juga tajam ketika menyerang. Kualitas pemain pengganti dan inti mereka nyaris setara. Selain memiliki penyerang oportunis semacam Mathis Lambourde, Vannuchi juga punya senjata rahasia di lini depan, yaitu Yannis Tincres. Dialah yang menjadi aktor utama kemenangan telak 3-0 Perancis atas Amerika Serikat di laga pamungkas penyisihan grup. Di laga itu, Tincres menyumbang dua gol.
”Keduanya penting (menyerang dan bertahan dengan baik). Kami tahu jika kami tidak kebobolan, kami pasti akan mencetak gol,” ujar Sanda.
Senegal dalam masalah besar melihat tajamnya barisan penyerang Perancis. Itu karena tim ”Singa Teranga Muda” baru saja kehilangan kiper utamanya, Serigne Fallou Diouf, akibat cedera saat menghadapi Jepang di pertandingan sebelumnya. Setelah Diouf ditarik keluar, Senegal kebobolan dua gol yang dicetak Rento Takaoka. Kiper pengganti, Macoura Mboup, belum berada di level yang setingkat dengan Diouf.
Seperti final
Di laga lainnya, Uzbekistan akan berupaya sekuat tenaga untuk menghentikan Inggris. Pelatih Uzbekistan Jamoliddin Rakhmatullaev merasa tertantang meredam eksplosivitas tim ”Singa Muda” yang berniat mewujudkan misi memulangkan gelar juara Piala Dunia ke tanah kelahiran sepak bola atau yang biasa dinarasikan sebagai ”Football is Coming Home”. Rakhmatullaev mengobarkan semangat para pemainnya dengan megibaratkan laga nanti layaknya final.
”Ya, setiap pertandingan terasa seperti final buat kami, hingga sampai babak final yang sesungguhnya. Hal itu sangat penting buat kami. Saya percaya kami akan menang dan menyingkirkan Inggris,” kata Rakhmatullaev penuh percaya diri.
Rakhmatullaev mengaku telah menyiapkan rencana khusus untuk meredam permainan agresif Inggris. Di laga terakhir fase grup, Inggris bermain luar biasa dengan mengurung juara bertahan Brasil. Meski kalah, Inggris dinilai mampu tampil menghibur dan atraktif dengan operan-operan pendek dari lini belakang.
Sementara itu, Pelatih Inggris Ryan Garry mengatakan, penampilan timnya saat menghadapi Brasil sudah cukup bagus. Namun, Garry menilai para pemainnya kurang klinis di depan gawang. Inggris mencatatkan lima tembakan tepat sasaran ke gawang Brasil, tapi hanya satu yang mampu menjadi gol.
”Performa Brasil memang sangat bagus dan hasilnya kurang memuaskan untuk kami. Soal skuad, secara penguasaan bola dan zona, kami sangat senang. Namun, jelas ini soal memenangi pertandingan dalam setiap laga di kompetisi ini sehingga jelas kami harus mengonversi hal tersebut menjadi sebuah peluang. Kami akan melakukan hal yang sama di laga besok,” kata Garry.