Tampil Cemerlang, Gregoria Juarai Kumamoto Masters
Gregoria Mariska Tunjung memberi satu-satunya gelar juara bagi Indonesia pada turnamen Kumamoto Masters. Dia tak kehilangan satu gim pun dalam perjalanan menuju podium juara.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KUMAMOTO, MINGGU — Penampilan konsisten Gregoria Mariska Tunjung selama sepekan dalam turnamen Kumamoto Masters di Jepang diakhiri dengan gelar juara. Gelar dari level tertinggi baginya ini diraih berkat penampilan cemerlang melawan pemain ranking ketiga dunia, Chen Yu Fei, di final.
Gregoria menjuarai ajang berlevel BWF World Tour Super 500 ini setelah menang dengan skor 21-12, 21-12 dari Chen pada Minggu (19/11/2023). Laga ini menjadi kemenangan pertama Gregoria atas peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Tokyo 2020 tersebut setelah selalu kalah pada tiga pertemuan tahun ini.
Skor tersebut menjadi skor terbaik dari tiga kemenangan Gregoria atas Chen, bahkan jika dibandingkan tujuh kemenangan Chen atas Gregoria. ”Saya bisa menang karena penampilan saya hari ini di lapangan cukup tenang. Motivasi saya juga besar. Jadi, saya sangat paham bahwa saya harus bekerja keras untuk menghadapi Chen,” ujar Gregoria.
Hasil di Kumamoto Masters menaikkan level gelar juara Gregoria dari turnamen BWF World Tour. Satu gelar lain, yang juga didapat pada 2023, diraih dari Spanyol Masters Super 300. Meski berlevel lebih rendah, pemain berusia 24 tahun itu menaklukkan dua peraih medali Olimpiade dalam perjalanan menuju juara, yaitu Carolina Marin dan Pusarla V Sindhu.
Setelah itu, pada tahap yang lebih tinggi, performanya naik perlahan dengan menembus final Malaysia Masters Super 500 dan semifinal Jepang Terbuka Super 750.
Upaya untuk terus berkembang membuahkan hasil gelar juara Kumamoto Masters dengan selalu menang straight games dalam lima babak. Perkembangan faktor teknis yang terlihat saat melawan Chen adalah ketika Gregoria bisa membaca permainan lawan dengan cepat. Berulang kali, dia mendapat poin dari pola yang disusun rapi.
Saat mengungguli Chen 14-12, dia mendapat poin melalui rangkaian pukulan lob, drive silang, smes, yang diakhiri dengan pukulan pelan ke area lapangan kosong. Pertahanannya juga baik. Setelah dua kali menahan smes Chen, dia menyerang balik dengan hanya satu kali smes.
”Gregoria punya keinginan besar untuk menang. Itu yang menjadi kunci penampilan konsisten selama di Kumamoto. Padahal, saat final, kapalan di telapak kaki kanannya sobek setelah hal yang sama terjadi pada kaki kiri di semifinal,” ungkap Herli Djaenuddin, asisten pelatih tunggal putri yang mendampingi Gregoria di Kumamoto.
Bagi pemain top yang hampir seusia dengannya, seperti Chen (25), dan An Se-young yang tiga tahun lebih muda dari Chen, gelar dari turnamen Super 500 mungkin menjadi hal yang biasa. Namun, bagi Gregoria, prestasi ini bermakna besar.
Pemain asal PB Mutiara Bandung ini adalah juara dunia yunior 2017. Namun, perjalanannya saat memasuki level lebih tinggi tak mulus. Meski memiliki pukulan yang unik, dia sulit berkembang. Penghambatnya adalah faktor dari diri sendiri, yaitu kurang percaya diri.
Atasi kendala
Saat kendala itu bisa ditanganinya, Gregoria mulai bisa menikmati setiap pertandingan alih-alih merasa tertekan. Pada tahun ini, dia meraih hasil yang belum pernah dicapai, yaitu menjuarai turnamen BWF World Tour, mencapai perempat final All England, dan menembus ranking sepuluh besar dunia.
Saya harap dengan kemenangan saya hari ini, adik-adik saya makin termotivasi untuk mengejar dan bersaing secara sehat.
Seperti dikatakan pelatih tunggal putri pelatnas utama, Indra Widjaja, Gregoria bisa memanfaatkan potensinya dengan baik asalkan tak terkendala faktor mental seperti tekanan dari orang sekitar dan diri sendiri.
Perkembangan yang didapat Gregoria menjadi nilai positif bagi sektor tunggal putri Indonesia yang selama ini tertinggal dari negara-negara Asia lainnya, seperti China dan Jepang. Di Kumamoto, Gregoria menjadi satu-satunya wakil Indonesia sejak semifinal.
Gregoria juga menjadi salah satu dari hanya tiga wakil Indonesia yang bisa melaju ke perempat final Asian Games Hangzhou 2022, selain Anthony Sinisuka Ginting dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Namun, targetnya meraih medali, dengan minimal tampil di semifinal, akhirnya dihentikan Aya Ohori (Jepang).
”Pastinya, saya sangat berharap yang terbaik untuk sektor tunggal putri. Saya yakin, adik-adik saya, generasi di bawah saya, sudah sangat baik dan siap melaju ke tahap berikutnya. Saya harap dengan kemenangan saya hari ini, adik-adik saya makin termotivasi untuk mengejar dan bersaing secara sehat,” tutur Gregoria.
Gregoria menjadi salah satu dari hanya dua wakil di luar pemain China yang tampil di final Kumamoto Masters. Pemain lainnya adalah Viktor Axelsen (Denmark) yang berhadapan dengan Shi Yu Qi pada partai terakhir.
Setelah ini, konsistensi permainan Gregoria akan diuji pada turnamen China Masters Super 750, 21-26 November. Berdasarkan undian, Gregoria berpeluang bertemu An di perempat final.
Tim Indonesia akan tampil dengan kekuatan penuh, termasuk dengan pemain yang absen di Kumamoto, yaitu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Namun, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Ramadhanti masih absen karena cedera kaki kanan yang dialami Apriyani belum pulih.