Arkhan Kaka, Pemutus Penantian ”Poacher” Tajam Indonesia
Arkhan Kaka memberikan harapan bagi sepak bola Indonesia yang telah lama mengalami kekosongan stok penyerang tengah yang tajam.
Catatan dua gol dari tiga laga menutup kiprah Arkhan Kaka di Piala Dunia U-17 2023. Ia membuktikan penyerang asli dan dibina di Indonesia bisa mencetak gol di turnamen resmi FIFA.
Capaian Arkhan itu sudah jauh lebih baik dibandingkan anggota skuad Indonesia di Piala Dunia U-20 1979. Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan pulang tanpa poin dan gagal mencetak satu gol pun.
Meskipun gagal melanjutkan ketajamannya melawan Maroko pada duel pamungkas Grup A, Kamis (16/11/2023), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Arkhan tetap menjadi salah satu pemain menonjol bagi skuad Indonesia. Pergerakannya di lini depan memaksa kuartet bek Maroko tampil disiplin.
Baca juga : ”Garuda Muda” Menanti Keajaiban dari Bandung
Walakin, Arkhan tidak mendapat suplai bola yang memanjakan karena performa lini tengah ”Singa Atlas”, julukan Maroko, tampil baik melakukan pressing ketat kepada gelandang Indonesia. Arkhan hanya mencatatkan satu peluang terbaik yang tercipta pada menit keenam. Ketika itu, bola sepakannya di kotak penalti Maroko bisa ditepis kiper lawan dengan kaki.
Secara umum, di Piala Dunia U-17 2023, pemain milik Persis Solo itu berperan dominan sebagai goal poacher yang bertugas mengakhiri kreasi peluang di depan gawang lawan. Arkhan punya bekal bagus untuk menjadi sumber gol bagi tim. Ia pintar membaca ruang di kotak penalti dan berpostur tinggi.
Dua gol yang diciptakan Arkhan di Piala Dunia U-17 kian membuktikan potensi besarnya menjadi andalan lini serangan timnas Indonesia di masa depan. Ia menggunakan kaki kanannya untuk menggetarkan jala gawang Ekuador, lalu menyamakan kedudukan di duel kontra Panama melalui sundulan.
Ia (Arkhan Kaka) memiliki pergerakan dan kemampuan bola udara yang bagus.
Selain mencetak dua gol, pemain berusia 16 tahun itu juga satu-satunya pemain ”Garuda Muda” yang bisa menghasilkan tembakan mengarah ke gawang di tiga duel Piala Dunia U-17 2023.
”Piala Dunia (U-17) ini adalah bagian awal dari proses dia. Saya meminta dia untuk tidak cepat puas dan terus mengasah diri karena perjalanan kariernya masih panjang,” ucap Purwanto, ayah Arkhan, di Surabaya, Kamis (16/11/2023).
Arkhan juga adalah tipe striker yang rajin bergerak. Daya jelajah Arkhan, yang juga tak segan membantu bertahan rekan setimnya, ditunjukkan dengan rerata 11 kilometer jarak lari per laga yang dicapainya pada tiga laga Grup A.
Paling tinggi
Meski berstatus pemain termuda di skuad U-17 Indonesia, Arkhan adalah pemain tertinggi di dalam tim. Dengan tinggi 1,87 meter, Arkhan tercatat sebagai penyerang paling jangkung yang dimiliki Indonesia. Tak hanya tim yunior, tetapi juga untuk tim senior. Tinggi badan Arkhan pun masih bisa bertambah.
Keunggulan fisik itu menjadi berkah bagi timnya. Pelatih Tim U-17 Indonesia Bima Sakti, misalnya, menugaskan Arkhan juga untuk berada di kotak penalti tim dalam situasi sepakan bebas tak langsung dan sepak pojok lawan.
Baca juga : Indonesia Jangan Terperangkap Euforia Tuan Rumah Piala Dunia U-17
Pelatih Maroko Said Chiba pun mengakui Arkhan sebagai salah satu pemain Indonesia yang menyita perhatiannya. Demi meredam Arkhan, Chiba menugaskan bek tengah Smail Bakhty untuk menutup pergerakan Arkhan di sepertiga akhir zona pertahanan Maroko.
”Ia memiliki pergerakan dan kemampuan bola udara yang bagus,” ucap Chiba tentang alasannya memberikan perhatian kepada Arkhan pada laga melawan Indonesia.
Namun, demi bisa bersaing di level senior atau minimal tampil reguler bersama Persis Solo di BRI Liga 1 2023-2024, Arkhan harus menguatkan fisiknya untuk menambah otot di bagian atas tubuhnya. Hal itu amat penting untuk berduel fisik dengan bek-bek yang telah berusia lebih tua darinya dan memiliki kondisi fisik lebih baik.
Jika mampu mencapai potensi terbaiknya, Arkhan berpeluang melampaui capaian dua legenda Indonesia itu. Bahkan, ia bisa menahbiskan diri sebagai striker terbaik tim Garuda pada abad ke-21.
Meningkatkan kondisi fisik hanya bisa dilakukan apabila Arkhan disiplin untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya sebagai pesepak bola. Dari sisi teknis, kemampuan sentuhan pertama dan keputusan untuk melepaskan operan, dribel, dan tembakan juga perlu ditingkatkan Arkhan.
”Saya senang membantu tim dengan mencetak gol di Piala Dunia ini. Tetapi, saya paham masih banyak hal yang perlu saya benahi dan tingkatkan,” tutur Arkhan.
Dengan pengalaman di level dunia, pemain didikan SSB Mitra Tunas Muda Blitar itu setidaknya sudah memiliki modal untuk meningkatkan kemampuan individunya. Arkhan berpeluang mengalami akselerasi dari tim U-17 Indonesia untuk langsung bergabung dengan tim U-23, bahkan tim senior ”Garuda”. Hal serupa telah dialaminya bersama ”Laskar Sambernyawa”, julukan Persis Solo.
Arkhan setidaknya sudah berada di trek yang tepat untuk memutus kekosongan penyerang tengah tajam di timnas Indonesia. Setelah era Bambang Pamungkas dan Ilham Jaya Kesuma, regenerasi penyerang tengah Indonesia terhenti.
Padahal, pada era 1990-an, Indonesia memiliki ”bank” pemain bertipe goalpoacher yang berlimpah, misalnya Widodo C Putro, Rochy Putiray, Peri Sandria, dan Kurniawan D Yulianto. Memasuki era 2000-an, hanya Bambang dan Ilham yang pernah menyabet gelar pencetak gol terbanyak serta pemain terbaik Liga Indonesia.
Baca juga : Mimpi ”Garuda Muda” yang Tertunda
Kedua mantan pemain itu juga pernah menyabet trofi Sepatu Emas di ajang Piala AFF. Bambang dan Ilham adalah pemain Indonesia terakhir yang bisa mencetak lebih dari enam gol di turnamen terbaik Asia Tenggara itu.
Jika mampu mencapai potensi terbaiknya, Arkhan berpeluang melampaui capaian dua legenda Indonesia itu. Bahkan, ia bisa menahbiskan diri sebagai striker terbaik tim Garuda pada abad ke-21.