Walau tertekan oleh permainan agresif Korea Selatan U-17, Perancis tetap keluar sebagai pemenang sekaligus menjaga kesempurnaan tanpa kebobolan dalam dua pertandingan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perancis lolos ke babak 16 besar Piala Dunia U-17 setelah membekap Korea Selatan 1-0 di Stadion Internasional Jakarta, Rabu (15/11/2023) malam WIB. Selain menang, Perancis juga menjaga kesempurnaan dengan belum pernah kebobolan dalam dua pertandingan. Amerika Serikat juga melaju ke babak 16 besar setelah memetik kemenangan atas Burkina Faso.
Gol kemenangan Perancis dicetak gelandang Mathis Amougou saat pertandingan baru berjalan dua menit. Pemain klub Divisi Kelima Liga Perancis, Saint Etienne B, itu memanfaatkan kelengahan pemain belakang Korea Selatan dalam mengantisipasi eksekusi sepak pojok. Menerima umpan terukur dari Ismail Bouneb, Amougou melepaskan tembakan keras ke pojok gawang yang tidak bisa dijangkau kiper Korea Selatan, Hong Seong-min.
“Saya rasa kami mengawali laga dengan baik, kami mencetak gol lewat sepak pojok. Di babak pertama kami sempat mendominasi, tidak ada peluang berbahaya dari Korea. Saya tahu akan sulit memulai babak kedua karena Korea ingin menang. Kami tidak terlalu bagus saat itu. Banyak peluang mencetak gol dan ketika kamu tidak mencetak gol, kami punya masalah karena Korea menyerang sangat intens. Ini (situasi) sulit buat tim kami karena para pemain kelelahan,” kata pelatih Perancis Jean-Luc Vannuchi.
Korea Selatan berani bermain dengan menerapkan pressing dalam formasi 4-2-4 meski tertinggal. Mereka ingin memenangi bola sesegera mungkin ketika para pemain belakang Perancis sedang melakukan build up serangan. Para pemain Korea Selatan hendak mengeksploitasi bentuk pertahanan Perancis yang belum sempurna dengan intensitas pressing tinggi.
Pelatih Korea Selatan Byun Sung-hwan mengambil risiko meski pilihan itu berpotensi membuat Perancis bisa dengan segera menusuk ke jantung pertahanan timnya. Ini terbukti saat gelandang Perancis, Saimon Bouabre, mendapatkan peluang emas manakala pemain Korea Selatan terlambat bertransisi dari menyerang ke bertahan. Sayang, tembakan Bouabre masih bisa dimentahkan kiper Hong.
Sepanjang babak pertama, Perancis mendominasi laga dengan terus meneror gawang korsel. Namun, situasi berbalik jelang turun minum. Pemain Korea Selatan berbalik menekan dengan meningkatkan intensitas serangan. Dengan empat penyerang di lini depan, Korea Selatan mencoba memaksimalkan lebar lapangan untuk menemukan celah di lini pertahanan Perancis.
Sepanjang babak pertama, Perancis mendominasi laga dengan terus meneror gawang korsel. Namun, situasi berbalik jelang turun minum.
Serangan Korea Selatan makin intens di babak kedua. Mereka mengurung Perancis. Para pemain Korea Selatan mencoba merangsek ke jantung pertahanan Perancis melalui sisi mana pun. Akan tetapi, kesigapan lini belakang Perancis dalam menangkal serangan membuat peluang Korea Selatan berakhir sia-sia.
Memastikan tempat
Mengikuti jejak Perancis, tim Amerika Serikat U-17 juga memastikan tempat di babak 16 besar. Tim besutan Pelatih Gonzalo Segares itu mengoleksi enam poin setelah mengalahkan Burkina Faso, 2-1. Meski memenangi pertandingan, Amerika kalah agresif dibanding Burkina Faso yang melepaskan 27 percobaan tembakan, sedangkan Amerika hanya mampu mencatatkan tujuh upaya.
Di pertengahan babak pertama, Amerika tidak bisa mengembangkan permainan akibat serangan intens yang dilancarkan para pemain Burkina Faso. Praktis, lini serang Amerika yang dimotori Nimfasha Berchimas dan Keyrol Figueroa terisolasi di depan. Berchimas bahkan harus turun jauh ke belakang untuk membantu pertahanan timnya.
Walau terus menyerang, para pemain Burkina Faso tetap gagal mencetak gol pembuka. Mereka kerap keliru dalam mengambil keputusan ketika sudah memasuki area sepertiga akhir pertahanan Amerika. Penyerang andalan Burkina Faso, Souleymane Alio, beberapa kali menunjukkan gestur tidak puas atas kesalahan-kesalahan operan dan pengambilan keputusan dari rekan-rekannya.
Memasuki pengujung babak pertama, para pemain Amerika memanfaatkan penurunan fokus dan konsentrasi Burkina Faso. Hasilnya, Figueroa mencetak gol pembuka yang disusul gol Berchimas beberapa detik kemudian.
Dari sekian banyak peluang yang dihasilkan Burkina Faso, gol yang mereka tunggu-tunggu baru tercipta di menit ke-89 melalui penetrasi dari Jack Diarra. Gol tersebut menyulut semangat pemain Burkina Faso untuk menyamakan kedudukan. Namun, keunggulan Amerika tetap bertahan hingga laga usai.
”Pertandingan yang sulit. Kami menemukan cara untuk keluar dari situasi itu. Namun, bukan dalam cara yang bagus memang. Saya rasa kami mempersulit diri sendiri karena tidak (banyak) mengoper bola. Burkina Faso bisa mencuri kesempatan dari kesalahan-kesalahan kami,” kata Segares.
Walau menang, Segares mengakui timnya bermain buruk. Amerika memang lebih dominan dengan 56 persen penguasaan bola dibanding 29 persen milik Burkina Faso. Namun, para pemain Amerika lebih banyak mengalirkan bola di area sendiri.
Ke depan, Segares menginginkan para pemainnya lebih berani memainkan bola di area lawan. Kesempatan bagus untuk mencoba keberanian itu tersaji di laga berikutnya saat Amerika menjajal kekuatan Perancis yang merupakan salah satu favorit juara.