Suporter Indonesia dari Terminal ke ”Kurva” Selatan
Pendukung tim sepak bola Indonesia U-17 ibarat pemain ke-12 dan seolah energi tiada henti dari deretan kursi stadion demi capaian prestasi yang meninggi.
Pemuda itu berkaus putih dengan kerah dan lengan merah, bercelana panjang krem, memakai sneaker, dan kacamata hitam tercantol di leher baju. Di kaus bagian dada kanan tersablon bendera merah putih mini.
Kami berkenalan saat hendak naik bus antar jemput (shuttle) dari Terminal Intermoda Joyoboyo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/11/2023) selepas pukul 14.00 WIB. Bus berkapasitas 59 kursi penumpang itu beroperasi di bawah bendera PO Harapan Jaya yang disewa Pemerintah Kota Surabaya untuk mengangkut penonton Piala Dunia U-17 ke Stadion Gelora Bung Tomo.
Setelah berkenalan, kami membeli pita merah sebagai ikat kepala dengan sablon putih tanda hati, tulisan Indonesia, dan lambang burung garuda. Si pemuda bilang bernama Adi Nugraha, warga Kota Bekasi, Jawa Barat. Ia datang untuk melihat laga penyisihan Grup A antara Maroko dan Ekuador pukul 16.00 WIB dilanjutkan dengan Indonesia versus Panama pukul 19.00 WIB.
Baca juga: Asa Indonesia Menuliskan Tinta Emas
Adi mengatakan, telah memiliki tiket di balkon selatan. Ia terkejut karena kami berada di tribune yang sama, yakni bagian bawah. Bahkan, kursinya berada di baris yang sama juga meski terpisah lima-enam orang. ”Ini pertama kali saya ke Surabaya, Bang, mohon nanti ditemani,” katanya dalam perbincangan selama perjalanan dari Joyoboyo ke stadion yang ditempuh selama 35 menit.
Kami adalah ’pemain ke-12’ yang memberikan dukungan bagi tim Indonesia U-17 agar melangkah jauh di turnamen sepak bola terakbar remaja ini.
Sebagian penonton yang berada di bus ternyata berada di podium melingkar bagian selatan, antara lain Mahyudi dari Sidoarjo beserta keluarga, yakni istri dan dua anak lelaki; Edi Sugito dari Pasuruan dengan kelima teman main sekampung; dan Juwita Sari, mahasiswi dari Madiun, bersama kekasih. Kami adalah ”pemain ke-12” yang memberikan dukungan bagi tim Indonesia U-17 agar melangkah jauh di turnamen sepak bola terakbar remaja ini.
”Malam ini, saya menginap di rumah teman di Sambikerep. Besok (Selasa) saya ke Bandung, lalu ke Jakarta untuk lihat laga-laga lainnya,” kata Adi yang mengaku Jakmania, pendukung setia Persija Jakarta. Adi senang menonton laga-laga sepak bola apalagi Piala Dunia U-17 sedang berlangsung kurun 10 November-2 Desember 2023 di empat kota, yakni Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya.
Baca juga: Hasil Keberanian Taktik Pelatih Bima Sakti
Menurut Adi, rasanya bahagia bisa bertemu pendukung tim Indonesia dan bersama-sama bergembira di stadion untuk Merah Putih. Setiap kota penyelenggara punya stadion dengan nuansa dan suasana berbeda. Selain itu, narasi atau cerita tentang klub sepak bola legendaris serta kekayaan wisata alam, sejarah, dan kuliner. ”Saya pernah ke Semarang, lumpia dan bandeng enak. Di Surabaya, rawon dan bebek juara, Bang,” ujarnya sambil tertawa.
Setiba di kompleks stadion, kami tak terburu-buru masuk. Suhu 36 derajat celsius sempat menciutkan hati karena terasa menyengat. Setelah melewati jalur pemeriksaan, kami memilih bersantai dengan jajan di deretan tenda kafetaria, suvenir, dan tenant resmi yang menjadi mitra penyelenggara Piala Dunia U-17 di Gelora Bung Tomo. Mendekati sepak mula pukul 16.00 WIB, kami masuk melalui gerbang 18 dan 19 untuk melihat laga Maroko (0-2) Ekuador.
Di tribune, kami memuaskan diri dengan berfoto dan bervideo untuk modal pamer di akun media sosial. Kami membuat sedikit ”repot” relawan dan pengawas untuk memotret kelakuan di podium itu. Membentangkan syal atau bendera dan bergaya sesukanya demi hasil foto dan video yang bagus.
Baca juga : Maju Tak Gentar, ”Garuda Muda” di Piala Dunia U-17
Selain itu, bertukar nomor telepon jika berkesempatan menonton laga semifinal dan atau final Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, 1-2 Desember 2023. Apabila ada kesempatan menonton partai puncak, kami bersepakat memesan tiket di tribune yang sama, yakni selatan.
Kenapa tidak podium utara? Entahlah. Kami lebih senang dengan sisi selatan. Ada kemungkinan salah satunya sebagai masyarakat Pulau Jawa yang berada di belahan bumi selatan atau ”daksina”. ”Selatan terasa lebih megah, mungkin juga karena kita orang Jawa hidup dengan kepercayaan penguasa laut selatan, eh ngawur ya ha-ha-ha,” ujar Edi.
Menonton laga Maroko versus Ekuador menjadi lebih nikmat dengan jajan. Panitia memang membolehkan staf berjualan penganan dan air minum serta soda di tribune. Dagangan dijual dalam kotak yang terikat pada pinggang. Kotak itu diberi bendera segitiga kecil bertuliskan ”Food Here”. Yang dijual tahu goreng, bala-bala atau ote-ote dalam bahasa suroboyoan/jawatimuran, risoles, roti, berondong jagung, nasi ayam geprek, burger, air minum, dan minuman bersoda.
Baca juga : Dua Sukses di Piala Dunia U-17
Harga makanan minuman 2-3 kali lipat dari yang dijual di tepi jalan, warung, atau kedai sederhana. Di jalanan, satu ote-ote atau sebungkus plastik isi enam tahu goreng mini dijual Rp 2.000-Rp 3.000. Namun, selama turnamen, harganya Rp 20.000 untuk tiga rupa (ote-ote dan atau tahu goreng). Minuman dijual Rp 10.000 per botol dari harga biasanya Rp 3.000-Rp 3.500. Nasi ayam geprek, bakso, dan burger dijual Rp 50.000 per porsi.
”Jumat (10/11/2023) kemarin, sebelum laga pembukaan, tahu harga makanan minuman mahal di sini, saya sempat balik ke Terminal Benowo untuk jajan nasi rawon, Rp 50.000 kenyang di sana daripada hanya jadi burger di sini dan enggak kenyang,” kata Nurohman sambil tertawa, penonton di tribune selatan yang juga warga Benowo, Surabaya. Terminal Benowo berjarak 3 kilometer dari stadion dan di sekitarnya banyak warung kuliner jawatimuran dengan harga terjangkau dan lezat.
Nah, ketika tiba saatnya Indonesia melawan Panama, kami yang menjadi bagian dari hampir 17.300 penonton di stadion menyanyikan dengan lantang ”Indonesia Raya”, lagu-lagu dukungan, menggemuruhkan sorak-sorai dan tepuk tangan. Kami juga membuat ”gelombang”, menari, dan memanjatkan doa-doa pengetuk langit demi kemenangan bagi Garuda Muda, julukan tim Indonesia U-17 asuhan Bima Sakti, mantan kapten tim nasional Indonesia.
Baca juga: Beragam Cara Menjaga Momentum ”Garuda Muda”
Meski telah memberikan semangat agar Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan bisa menang tetapi kami harus menerima kenyataan laga berakhir imbang 1-1. Sebelumnya, Indonesia juga bermain 1-1 melawan Ekuador. Peluang Indonesia lolos ke fase gugur 16 besar masih terbuka meski amat berat karena lawan berikutnya pada Kamis (16/11/2023) adalah Maroko. Di klasemen sementara Grup A, Ekuador memimpin dengan 4 poin, lalu Maroko dengan 3 poin, lalu Indonesia dengan 2 poin, dan Panama dengan 1 poin.
Bagi pendukung, hasil di lapangan ya harus diterima. Namun, kami akan kembali pada Kamis, mencoba memberi lagi semangat dari tribune selatan, barat, utara, atau timur agar Indonesia mampu mengatasi Maroko. Bagi kami, setiap laga ada kegembiraan karena bertemu teman atau sahabat baru dengan tujuan yang sama, yakni memberi ”energi” bagi tim sendiri.
Garuda Muda kalian tidak akan berjuang sendiri! Ada kami, pemain ke-12 yang berani demi kalian berprestasi bagi negeri.