Antusiasme Carlos Alcaraz untuk bersaing dalam turnamen tenis Final ATP muncul sejak awal tahun. Dia akan memanfaatkan peluang ini setelah absen pada Final ATP 2022 karena cedera.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
TURIN, MINGGU —Setelah melewatkan kesempatan tampil pada turnamen Final ATP 2022 karena cedera, semua faktor kemampuan Carlos Alcaraz yang membuatnya menjadi petenis muda terbaik saat ini akan diuji di Turin, Italia. Alcaraz akan memulai penampilan di Final ATP 2023 pada 12-19 November melawan Alexander Zverev yang memiliki rekam jejak baik pada turnamen pengujung musim tersebut.
Pertemuan Alcaraz dan Zverev di Pala Alpitour pada Senin (13/11/2023) sore waktu setempat atau Senin malam waktu Indonesia menjadi laga pembuka Grup Merah. Pertandingan kedua, Selasa dini hari WIB, akan terjadi antara dua petenis Rusia, Daniil Medvedev dan Andrey Rublev.
Empat petenis lain yang bersaing di Grup Hijau tampil pada hari pertama turnamen, Minggu. Petenis tuan rumah, Jannik Sinner, menang atas juara Final ATP 2019, Stefanos Tsitsipas, adapun Novak Djokovic mengalahkan debutan lain, Holger Rune, 7-6 (4), 6-7 (1), 6-3.
Turnamen dengan hadiah total Rp 235,6 miliar ini diikuti delapan wakil tunggal dan ganda putra yang berpenampilan terbaik sepanjang 2023. Poin rangking dihitung dari hasil terbaik pada turnamen ATP Tour. Babak penyisihan berlangsung dalam format round robin untuk mendapatkan dua petenis peringkat terbaik dari setiap grup yang lolos ke semifinal.
Dari delapan petenis yang lolos ke Turin tahun ini, empat di antaranya pernah juara Final ATP. Mereka adalah Djokovic dengan enam gelar, Zverev yang menjuarai Final ATP 2018 dan 2021, Tsitsipas (juara 2019), dan Medvedev (2020).
Tahun lalu, petenis Spanyol ini meraih gelar Grand Slam untuk pertama kalinya di Amerika Serikat Terbuka.
Alacaraz sebenarnya berkesempatan melengkapi perjalanan gemilangnya pada 2022 dengan trofi juara Final ATP yang juga diselenggarakan di Turin. Tahun lalu, petenis Spanyol ini meraih gelar Grand Slam untuk pertama kalinya di Amerika Serikat Terbuka. Dia pun menjuarai turnamen ATP Masters 1000 di Miami dan Madrid.
Namun, ketika tiba saatnya bersaing dengan para petenis terbaik, seperti Djokovic, Rafael Nadal, Medvedev, dan Tsitsipas, Alcaraz memiliki kendala. Otot perutnya robek hingga dia pun batal tampil di Final ATP.
Meski demikian, akumulasi poin rangking selama 52 pekan terakhir telah cukup membawanya menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir 2022. Alcaraz menjadi nama pertama di luar ”Big Four” (Roger Federer, Nadal, Djokovic, dan Andy Murray) yang meraih status tersebut sejak Andy Roddick pada 2023. Selain itu, dengan usia 19 tahun, Alcaraz juga menjadi petenis nomor satu akhir tahun termuda sejak sistem rangking terkomputerisasi dipakai pada 1973.
Tahun ini, Alcaraz mendapat kesempatan yang dilewatkannya pada 2022, meski gelar petenis nomor satu dunia akhir tahun terlepas dari tangannya. Djokovic dipastikan menempati posisi itu setelah mengalahkan Rune.
”Saya menantikan momen bisa tampil di sini sejak awal tahun. Hasil pada beberapa turnamen terakhir memang tidak terlalu bagus, tetapi itu mengingatkan saya untuk bekerja makin keras,” kata Alcaraz yang sempat berlatih tanding melawan Djokovic sebelum turnamen dimulai.
Alcaraz tiba di Turin dengan enam gelar juara, termasuk ketika mengalahkan Djokovic dalam final Grand Slam Wimbledon. Namun, sejak saat itu pula, penampilannya tak konsisten, salah satunya karena kendala cedera kaki.
Meski masih bisa menembus final ATP Masters 1000 Cincinnati, Alcaraz tak mendapat gelar juara pada enam turnamen setelah Wimbledon. Di Paris Masters, turnamen terakhir sebelum Final ATP, dia tersingkir pada babak kedua.
”Saya berusaha melihat sisi positif dari kekalahan awal di Paris, yaitu memiliki waktu lebih panjang untuk persiapan tampil di Final ATP. Saya meningkatkan level fisik dan teknis,” katanya dalam laman resmi ATP.
Alcaraz memang harus meningkatkan semua faktor kemampuannya meski telah dinilai sebagai petenis muda terbaik saat ini. Di Final ATP, tak ada waktu untuk melakukan ”pemanasan” karena hanya petenis terbaik yang bisa tampil di sini.
Zverev, yang akan menjadi lawan pertamanya, tak punya hasil sebaik Alcaraz. Namun, petenis Jerman keturunan Rusia itu memiliki rekam jejak baik di turnamen akhir tahun. Dengan dua gelar, Zverev menjadi petenis selain Djokovic yang menjuarai Final ATP lebih dari satu kali.
Statistik pertemuan Alcaraz-Zverev juga bisa menjadi indikator bahwa persaingan akan ketat. Mereka berbagi tiga kemenangan dari enam pertemuan. Alcaraz memenangi dua pertemuan terakhir, tetapi Zverev unggul 2-1 di lapangan keras, jenis lapangan seperti di Pala Alpitour.
”Saya harus berada pada level terbaik untuk mengalahkan Carlos. Pada pertandingan saat saya menang dari dia, saya bermain sangat baik. Jika saya bermain dengan level rendah, tidak bergerak dengan cepat, dan tidak memukul bola dengan baik, saya tak akan punya kesempatan untuk menang,” tutur Zverev, yang juga absen pada Final ATP 2022 karena cedera engkel kanan.
Penantian Medvedev
Medvedev selalu lolos ke Final ATP sejak 2019, menjadi juara pada 2020, dan mencapai final pada 2021. Namun, petenis peringkat ketiga dunia ini memiliki momen buruk saat tampil di Final ATP 2022.
Bersaing dengan Tsitsipas, Rublev, dan Djokovic pada penyisihan grup, Medvedev selalu kalah. Hal lain yang lebih menyesakkan, dia selalu kalah dalam tiebreak dalam tiga set. Medvedev pun menjadi salah satu petenis yang tersingkir pada babak penyisihan selain Tsitsipas di grup yang sama.
Berdasarkan pengalaman itu, Medvedev menilai, Final ATP adalah turnamen dengan persaingan yang sangat berat sejak awal hingga akhir turnamen dan dia ingin mengubah jalannya pada tahun ini. ”Sejak awal, kami harus melawan petenis sepuluh besar dunia yang tak pernah terjadi pada turnamen lain. Kami harus bermain pada level tertinggi sejak awal jika ingin mendapat kesempatan menang,” kata Medvedev.
Usaha Medvedev untuk memperbaiki hasil akan dilakukan saat melawan Rublev, salah satu petenis yang mengalahkannya di Final ATP 2022. Itu menjadi satu dari hanya dua kemenangan Rublev dari delapan pertemuan dengan sahabatnya tersebut.
Meski demikian, Medvedev menilai, Rublev mengalami perkembangan yang sangat baik pada tahun ini. ”Dia juara ATP Masters Monte Carlo dan bisa memberi perlawanan sangat baik pada Novak di Wimbledon. Setiap pertemuan melawan Andrey selalu semakin sulit, saya pun harus berusaha lebih keras,” kata Medvedev. (AP)