Surabaya Perbaiki Layanan Bus Stadion Gelora Bung Tomo
Kekacauan layanan bus antar jemput atau ”shuttle” di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, diperbaiki dengan pemberlakuan antrean penonton dan penambahan bus.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengakui kekacauan layanan bus antar jemput penonton Piala Dunia U-17 seusai laga Indonesia versus Ekuador di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/11/2023) malam. Layanan akan diperbaiki dengan pemberlakuan antrean dan penambahan bus sehingga penonton tidak berebutan yang dapat membahayakan keselamatan.
Demikian diutarakan Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Tundjung Iswandaru seusai rapat evaluasi layanan bus antar jemput bersama Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya dan panitia lokal (LOC) perwakilan FIFA, Sabtu (11/11/2023). ”Memang tidak sebanding jumlah orang dengan bus di mana ketika pulang mereka minta segera dan bersamaan, padahal memerlukan proses waktu pengangkutan,” ujarnya.
Jumat lalu, di arena berkapasitas 45.000 kursi itu digelar laga perdana penyisihan Grup A, yakni Panama melawan Maroko pukul 16.00, dilanjutkan dengan Indonesia kontra Ekuador pukul 19.00. Menjelang sepak mula Indonesia-Ekuador, diadakan upacara pembukaan singkat. Menurut laporan pertandingan, penonton yang hadir di stadion mencapai 31.000 orang.
Mayoritas penonton datang ke stadion dengan bus antar jemput (shuttle). Mereka berangkat dari enam lokasi, yakni Balai Kota Surabaya, Terminal Intermoda Joyoboyo, Ciputra World, Terminal Benowo, Terminal Tambak Oso Wilangon, dan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes. Bus yang dikerahkan untuk pengantaran sebanyak 110 unit. Jumlah bertambah menjadi 160 bus untuk penjemputan dari stadion di tengah hamparan tambak di Surabaya Barat tersebut.
Saat pemberangkatan, tidak terjadi masalah karena penonton dapat memilih waktu keberangkatan dan lokasinya. Namun, jumlah penonton yang mencapai 31.000 orang sejatinya tidak terantisipasi dengan bus penjemput. Kapasitas maksimal bus ialah 60 orang sehingga pengangkutan dengan 160 bus maksimal 9.600 orang. Dengan demikian, untuk menjemput seluruh 31.000 orang diperlukan tiga-empat kali perjalanan pergi pulang bus-bus itu.
Saat pemberangkatan, tidak terjadi masalah karena penonton dapat memilih waktu keberangkatan dan lokasinya.
Stadion yang beroperasi sejak 6 Agustus 2010 itu masih akan menyelenggarakan tiga laga penyisihan Grup A, satu laga penyisihan Grup B, dan dua laga 16 besar. Laga-laga dimaksud ialah Maroko-Ekuador dan Indonesia-Panama pada Senin (13 November), Kanada-Mali dan Indonesia-Maroko pada Kamis (16 November), dan 16 besar pada Selasa (21 November).
Antusiasme, terutama untuk laga Senin lusa, masih tinggi sebab tiket kategori reguler dan paket keluarga sampai dengan Sabtu pukul 17.00 sudah habis dijual. Artinya, potensi jumlah penonton yang mencapai 31.000 orang seperti hari pembukaan Piala Dunia U-17 berulang. Antusiasme penonton inilah yang harus diantisipasi oleh penyelenggara, terutama pemerintah selaku penyedia jasa bus antar jemput meski gratis atau cuma-cuma.
Menurut Tundjung, untuk mengantisipasi penonton berebutan bus, akan diberlakukan sistem antrean dalam perimeter atau sejak di dalam stadion hingga ke area penjemputan bus. Petugas pemerintah dan Polri perlu ditambah untuk memastikan antrean penonton berlangsung tertib sehingga meski laga telah usai, jangan sampai seluruh penonton bergegas meninggalkan kursi dan berjubel di area penjemputan yang menciptakan kekacauan seperti pada Jumat malam lalu.
”Nanti, seusai laga, petugas di stadion akan diminta mengatur keluarnya penonton sesuai kedatangan bus,” kata Tundjung. Petugas dan marshal atau pengawas diharapkan dapat mengatur mobilitas penonton dari dalam stadion berjalan lancar dan tertib.
Secara terpisah, Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Arif Fazlurrahman mengatakan, perlu perubahan pengaturan penjemputan penonton untuk mengantisipasi kekurangan seperti sebelumnya. ”Petugas akan ditambah menjelang laga berakhir sehingga dapat membantu kelancaran penjemputan penonton,” katanya.
Setiyono, penonton dari Jombang, saat ditemui di Joyoboyo pada Jumat malam mengatakan, perlu ketegasan petugas dalam mengatur penjemputan penonton seusai laga. ”Berangkatnya memang rapi, tetapi pulangnya kacau sehingga harus diantisipasi untuk laga berikutnya,” ujarnya.
Menurut Setiyono, penonton membeludak di area penjemputan karena bersamaan keluar dari stadion. Mereka terlalu lama menunggu bus-bus kembali menjemput sehingga tidak sabar dan memicu berebutan. ”Pengaturan jangan sampai membuat penonton berjubel atau berdesakan karena jadi terbayang Tragedi Kanjuruhan,” katanya.
Tragedi Kanjuruhan adalah salah satu insiden berdarah terkelam dalam sepak bola dunia pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Saat itu, seusai laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya terjadi kericuhan yang memicu penembakan gas air mata di dalam arena. Penembakan mengakibatkan kepanikan dan memaksa penonton menyelamatkan diri tetapi berdesakan dan terinjak-injak sehingga 135 jiwa tewas dan 647 terluka. Sebagian penyintas mengalami cacat permanen dan trauma yang belum teratasi.