Di tengah dominasi Inggris dan Brasil, Iran muncul sebagai penantang serius di Grup C. Kebangkitan mengejutkan atas Brasil membuat persaingan di grup "neraka" memanas.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persaingan memperebutkan dua tiket fase gugur Piala Dunia U-17 2023 di Grup C mulai menghangat di putaran pertama. Kebangkitan Iran di babak kedua setelah tertinggal 0-2 dari Brasil hingga akhirnya Iran menundukkan Brasil 3-2, memanaskan persaingan di grup ”neraka”. Selain Kaledonia Baru yang secara kualitas jauh tertinggal setelah kalah 0-10 dari Inggris, persaingan antara Inggris, Brasil, dan Iran bakal meramaikan Grup C hingga pertandingan pamungkas.
Brasil yang diprediksi bakal menggenggam poin penuh setelah unggul 2-0 dan mendominasi babak pertama ternyata gagal mempertahankan keunggulan. Tim ”Samba” justru harus menerima kenyataan pahit setelah kalah akibat kebobolan tiga gol di babak kedua dalam laga yang berlangsung di Stadion Internasional Jakarta, Sabtu (11/11/2023) malam WIB.
Sebagai juara bertahan, para pemain Brasil tampil sangat percaya diri di babak pertama. Mereka mendominasi permainan lewat skema membangun serangan dari belakang yang terstruktur. Brasil pun mampu unggul lebih dulu melalui gol Rayan dan gol bunuh diri pemain Iran, Abolfazl Zamani.
Saat laga sepertinya akan jadi milik Brasil, Iran ternyata mampu bangkit di babak kedua berkat gol Yaghoob Barajeh, Kasra Taheri, dan Esmaeil Gholizadeh. Iran cenderung memanfaatkan kelengahan Brasil yang memperagakan permainan dengan garis pertahanan tinggi. Pemain Iran dengan sabar menunggu pressing yang dilancarkan pemain Brasil.
Bangkit lalu berbalik unggul atas juara bertahan bukanlah hal yang mudah. Para pemain muda Iran menunjukkan keteguhan hati dan pikiran untuk terus melawan.
Setelah bola berhasil direbut, mereka membuang bola ke area di antara pemain belakang dan kiper Brasil. Kecepatan yang dimiliki pemain-pemain Iran merepotkan pemain bertahan Brasil dalam menutup ruang menganga.
”Di babak pertama, kami bisa unggul 2-0, tetapi kembali ke babak kedua di awalnya Iran bisa cetak gol satu. Itu membuat mental anak-anak goyang sehingga Iran bisa tampil lebih semangat, apalagi ada dukungan dari penonton. Dan kita tahu bahwa Piala Dunia ini tidak boleh ada celah untuk melakukan seperti itu. Namun, kami akan coba bangkit di pertandingan kedua,” kata Pelatih Brasil Phelipe Leal.
Bangkit lalu berbalik unggul atas juara bertahan bukanlah hal yang mudah. Para pemain muda Iran menunjukkan keteguhan hati dan pikiran untuk terus melawan. Kebangkitan mengejutkan Iran di babak kedua tersebut kian menghangatkan persaingan dengan Brasil dan Inggris yang merupakan kekuatan sepak bola dunia.
”Saat ketinggalan dua gol, kami tetap bermain sebagai tim. Kemudian, setelah kami mencetak dua gol, kami hanya berusaha menikmati pertandingan dan bekerja keras. Dalam situasi seperti ini kami harus saling membantu dan menatap masa depan,” kata Pelatih Iran Hossein Abdi.
Ketimpangan kualitas
Di pertandingan pertama yang dimulai pukul 16.00 WIB, Inggris masih terlalu tangguh untuk Kaledonia Baru. Tim ”Singa Muda” memetik poin penuh pertama di Piala Dunia dengan menghancurkan Kaledonia Baru, 10-0.
Hasil di laga pertama itu sudah cukup untuk menunjukkan timpangnya kualitas performa Inggris dengan pesaingnya. Inggris, selain Brasil, diprediksi kuat akan melaju sebagai wakil Grup C di babak gugur.
”Kami sangat senang dengan hasil ini. Mencetak 10 gol adalah kemenangan besar. Kami menargetkan bisa memuncaki grup, dan melihat penampilan hari ini tampaknya hal itu tidak mustahil diwujudkan. Jika tampil lebih kolektif, saya rasa kami bisa mencetak lebih banyak gol tadi,” kata penyerang Inggris U-17, Justin Oboavwoduo, setelah pertandingan.
Kaledonia Baru, tim yang baru dua kali berpartisipasi di Piala Dunia U-17, tidak bisa berbuat banyak menghadapi gempuran pemain-pemain Inggris yang tampil agresif. Lini serang Inggris tetap bisa tampil atraktif meski tidak memainkan bintang muda Arsenal, Ethan Nwaneri, sejak menit awal.
Kualitas pemain Inggris hampir merata, baik yang berada di bangku cadangan maupun di atas lapangan. Tanpa Nwaneri, Inggris mampu unggul empat gol di babak pertama melalui eksekusi penalti Reiss Denny serta gol dari Oboavwoduo, Tyler Dibling, dan Joshua Acheampong.
Keseimbangan Kaledonia Baru runtuh setelah pemain andalan mereka, Nolhann Alebate, diusir wasit karena menerima kartu merah. Inggris pun mampu mencetak gol tambahan yang disumbangkan Sam Amo-Ameyaw, Oboavwoduo, Ethan, Harrison Murray-Campbell, dan Finley McAllister. Satu gol Inggris lainnya lahir dari bunuh diri pemain Kaledonia Baru, Wadria Hanye.
Keunggulan sepuluh gol tanpa balas membuat pasukan Ryan Garry untuk sementara memuncaki klasemen Grup C. Perjuangan Inggris yang sebenarnya baru akan dimulai kala menghadapi Iran di laga kedua. Inggris pantang lengah selama 90 menit apabila tidak ingin mengalami nasib serupa Brasil.