Meksiko Spesialis Turnamen, Bukan Jerman
Meksiko datang ke Indonesia dengan bermodal tradisi baik di turnamen U-17, sementara Jerman datang bersama generasi emas berikutnya.
BANDUNG, SABTU — Tim Jerman boleh saja dijuluki spesialis turnamen di level senior. Namun, tidak halnya di Piala Dunia U-17. Turnamen kelompok usia itu adalah spesialisasi bagi tim Meksiko. Realitas itu akan dibuktikan sekali lagi oleh Meksiko di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Minggu (12/11/2023).
Laga besar langsung tersaji di hari pembuka Grup F. Berstatus finalis edisi sebelumnya, Meksiko ditantang Jerman yang datang dengan status juara Eropa. Meksiko, berbeda dari level senior, selalu menjadi unggulan dalam turnamen tersebut. Mereka sudah juara dua kali (2005 dan 2011) dan bertekad menambah gelar di Indonesia.
Keyakinan terhadap tim asuhan pelatih Raul Chabrand itu sangat berdasar. ”El Tri”, julukannya, dipimpin dua pemain yang masuk dalam daftar 60 talenta muda terbaik 2023 versi The Guardian. Mereka adalah gelandang serang Gael Alvarez (17) dan penyerang Fidel Barajas (17).
”Kami punya beberapa talenta hebat beberapa tahun belakangan ini. Fakta bahwa kami melakukan hal baik di turnamen ini tidak lepas dari kerja keras (pembinaan) semua klub di liga kami. Hanya saja, rekor baik tidak berarti apa pun. Kami harus bekerja keras dan tetap rendah hati untuk menciptakan sejarah sendiri,” kata Chabrand.
Alvarez dinilai sangat tinggi oleh The Guardian. Dijelaskan, dia lebih bermain melebar di klub lokal Pachuca U-18 yang melahirkan sayap andal seperti Hirving Lozano. Menariknya, dia semakin bersinar saat ditempatkan di posisi lebih sentral dalam Piala Concacaf U-17, Februari lalu. Alvarez meraih gelar pemain terbaik di akhir turnamen.
Kemampuan Alvarez amat lengkap. Pemain yang mengidolakan Lionel Messi itu piawai dalam menggocek lawan dan menendang dari jarak jauh. Wajar jika banyak klub Eropa sudah menunjukkan ketertarikan. Salah satunya klub Belanda, Feyenoord, yang mengundangnya bergabung latihan pada musim panas lalu.
Menurut Alvarez, laga versus Jerman wajib dimenangi. ”Kami selalu berbicara tentang betapa penting untuk memenangi laga pertama. Itu adalah hal terpenting. Persaingan grup kami berat. Tetapi, saya percaya, dengan bekerja sebagai kesatuan tim, kami akan lolos dari grup,” tuturnya seperti dikutip situs resmi FIFA.
Meksiko sudah empat kali menembus partai puncak sejak pertama kali pada 2005, di era Carlos Vela dan rekan-rekan. Di sisi lain, Jerman baru sekali lolos ke final, yaitu di edisi pertama pada 1985.
Pengalaman Barajas juga bisa menjadi nilai lebih untuk Meksiko. Dia sudah bermain di level profesional bersama klub divisi dua Liga Amerika Serikat (USL) sejak 2022. Di musim ini, pemain kelahiran AS itu bermain di nyaris semua pertandingan musim reguler (30 laga). Pengalaman itu terbilang banyak untuk remaja sepertinya.
Baca juga : Ketika Cuaca Panas Surabaya Menyiksa Pemain
Meksiko sudah empat kali menembus partai puncak sejak pertama kali pada 2005, di era Carlos Vela dan rekan-rekan. Di sisi lain, Jerman baru sekali lolos ke final, yaitu di edisi pertama pada 1985. Setelah itu, prestasi terbaik Jerman hanya menempati peringkat ketiga, termasuk saat era Toni Kroos pada 2007.
Pelatih kepala Jerman, Christian Wuck, tidak memungkiri, Meksiko akan jadi sandungan terbesar untuk lolos ke babak gugur. ”Semua tim akan memberikan perlawanan sengit, khususnya Meksiko. Mereka belum kalah di 2023. Mereka akan mengeluarkan sisi terbaik kami. Sangat penting memulai turnamen dengan baik,” katanya.
Peluang terbaik
Bagi Jerman, tidak ada peluang lebih baik untuk berjaya selain tahun ini. Tim asuhan Wuck itu sedang dalam era emas. Mereka bisa menjuarai Piala Eropa U-17 setelah penantian 14 tahun. Jerman terakhir juara Eropa bersama tim U-21 pada 2009, dipimpin pemain seperti Mesut Oezil, Mats Hummels, dan Manuel Neuer yang kelak jadi bintang dunia.
Skuad Jerman dipenuhi remaja berbakat. Salah satunya kapten sekaligus gelandang Noah Darvich yang bermain di Barcelona. Dia dibeli dari SC Freiburg II seharga 2,5 juta euro (Rp 42 miliar) pada musim panas lalu. Nilai transfer tersebut cukup besar untuk bocah yang ketika itu belum genap 17 tahun.
Baca juga : Dominasi Spanyol Menjebol ”Low Block” Kanada
Darvich langsung masuk tim cadangan Barca, alih-alih ke akademi La Masia. Dia dilatih oleh mantan gelandang Barca, Rafa Marquez. Dalam tim yang berlaga di divisi tiga Liga Spanyol itu, dia mewarisi nomor punggung 8 yang sempat dikenakan Pedri. Adapun Darvich menyumbang 2 gol dan 4 asis saat juara bersama Jerman di Piala Eropa U-17.
Selain gelandang setinggi 1,84 meter itu, Jerman juga punya penyerang berbakat asal tim Borussia Dortmund U-19, yaitu Paris Brunner (17). Dia merupakan peraih gelar pemain terbaik sekaligus pencetak gol terbanyak di Piala Eropa U-17. Dengan kecepatan, insting, dan keunggulan fisik, Brunner adalah seorang predator ulung di kotak penalti.
Kesatuan tim bisa menjadi senjata terkuat Jerman. Seperti kata Darvich, tim dengan mayoritas pemain kelahiran 2006 itu sudah bermain bersama sejak tiga tahun lalu. Koneksi antara para pemain tidak perlu diragukan lagi. Kesatuan tersebut yang ditunjukkan saat Jerman menang adu penalti dengan Perancis di final dan jadi juara Eropa.
Laga lain Grup F antara Venezuela dan Selandia Baru akan lebih dulu tersaji di Stadion Si Jalak Harupat. Duel antara tim kuda hitam ini tidak kalah menarik. Selandia Baru akan dipimpin bek Marley Leuluai yang baru mendapat kontrak profesional dari klub Liga Inggris, Burnley, saat tepat berusia 17 tahun pada Rabu lalu.
Sementara itu, skuad Venezuela datang dengan ambisi mencuri poin perdana di turnamen. Mereka pulang dengan tangan kosong, tanpa satu poin pun, saat menjalani debut di 2013. Tim asuhan pelatih Ricardo Valino itu kembali untuk tampil kedua kali pada tahun ini. Mereka lolos berstatus semifinalis Piala Amerika Selatan U-17.