Penjualan jersei dan pernak-pernik Piala Dunia U-17 Indonesia marak di Surabaya, Jawa Timur. Aktivitas ini diharapkan menggerakkan ekonomi produsen, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Dengan bergegas, tiga pemuda memajang jersei kandang (merah) dan jersei ketiga (hitam) tim sepak bola Indonesia di tepi Jalan Raya Babat Jerawat, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/11/2023) pukul 15.00 WIB. Masih satu jam dari jadwal sepak mula Piala Dunia U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo antara Panama dan Maroko. Setelah itu, dilanjutkan laga tuan rumah Indonesia melawan Ekuador.
Gelora Bung Tomo yang berjarak 6-7 kilometer dari lokasi penjualan jersei itu merupakan satu dari empat venue Piala Dunia U-17 Indonesia yang berlangsung pada 10 November- 2 Desember 2023. Surabaya, ibu kota Jatim, mendapat kehormatan menggelar laga penyisihan Grup A yang dihuni Indonesia, Ekuador, Panama, dan Maroko pada Jumat (10 November), Senin (13 November), dan Kamis (16 November).
Stadion berkapasitas 45.000 kursi di tengah hamparan tambak itu juga menjadi tempat satu laga 16 besar pada Selasa (21 November). Karena yang bermain adalah tim tuan rumah, Surabaya mendapat ”serbuan” penonton dari seluruh penjuru negeri, termasuk mancanegara. Bisa dipahami kemudian penjualan pernak-pernik terutama jersei Indonesia membanjiri Surabaya.
Namun, turnamen terakbar remaja putra ini berbeda daripada kompetisi antarklub domestik hingga kualifikasi. Saat itu, penjualan pernak-pernik sepak bola dapat dilakukan di dalam kompleks stadion atau setidaknya di Jalan Jawar yang terhubung dengan gerbang akses arena. Di pesta bola U-17, FIFA dan panitia memastikan kompleks gelanggang dan prasarana terdekat bebas dari penjualan cendera mata, bahkan area parkir kendaraan, demi kelancaran mobilitas tim, ofisial, dan penonton.
”Aduh berat kalau lokasi jualan jauh begini, semoga saja bisa banyak laku,” ujar Deden Firmansah, penjual jersei Indonesia dari Bandung, Jumat petang. Jersei tiruan itu dijual dengan harga kisaran Rp 100.000-Rp 200.000. Harga kaus tim ini setara dengan harga tiket reguler menonton laga di Gelora Bung Tomo, yakni tribune utara-selatan (Rp 100.000 per kursi) dan barat-timur (Rp 250.000 per kursi) pada Senin dan Kamis mendatang.
Senada diutarakan oleh Heriansyah dari Yogyakarta yang juga membuka lapak di tepi Jalan Raya Pakal, Surabaya. Ia dibantu dua temannya membawa lebih dari 500 jersei Indonesia, kaus, syal, dan pita kepala dengan minibus dari ”Kota Gudeg”, julukan Yogyakarta.
Di pesta bola U-17, FIFA dan panitia memastikan kompleks gelanggang dan prasarana terdekat bebas dari penjualan cendera mata, bahkan area parkir kendaraan, demi kelancaran mobilitas tim, ofisial, dan penonton.
”Awalnya saya kira bisa berjualan di dalam atau setidaknya dekat dengan stadion, ternyata FIFA ketat sekali,” kata Heriansyah.
Konsumen potensialnya ialah masyarakat dari dan ke arah Gelora Bung Tomo melalui Jalan Raya Babat Jerawat dan Jalan Raya Pakal yang merupakan prasarana utama dari sisi barat pusat kota ke bagian Surabaya lebih ke barat lagi.
Dalam penjualan pernak-pernik, mereka bersaing dengan barisan kios cendera mata resmi yang diperkenankan oleh FIFA di dalam kompleks stadion. Di sinilah dijual suvenir resmi buatan perusahaan busana atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang telah mendapat persetujuan dari FIFA dan panitia. Suvenir resmi dihargai lebih tinggi daripada yang dijual di luar stadion.
Namun, bagi Wahyudi, penggila sepak bola dari Mojokerto, suvenir resmi atau tidak resmi bukanlah masalah. ”Dukungan itu diberikan dengan hadir ke stadion untuk tim Indonesia,” katanya sebelum berangkat dengan shuttle bus dari Terminal Intermoda Joyoboyo.
Wahyudi mengatakan saat memiliki uang yang cukup akan membeli produk resmi. Jika duit sedang tipis, pernak-pernik berharga terjangkau meski sekadar ikat kepala atau syal sudah cukup. ”Intinya, membeli suvenir itu membantu penjualnya,” ujarnya yang mengklaim sebagai Bonek, pendukung fanatik Persebaya Surabaya wilayah Mojokerto.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, untuk penjualan pernak-pernik Piala Dunia U-17, ada keterlibatan UMKM metropolitan berpopulasi 3 juta jiwa itu. ”Dengan membeli suvenir berarti menggerakkan ekonomi masyarakat yang terlibat, terutama yang menghasilkan produk resmi,” katanya.
Eri melanjutkan, produk UMKM yang dijual antara lain di pusat belanja terkemuka, yakni Galaxy Mall, Royal Plaza, Tunjungan Plaza, Ciputra World, Pakuwon Mall, Surabaya Kriya Gallery MERR, dan SIOLA. Selain itu, di pemberangkatan bus antarjemput, yakni Joyoboyo, Tambak Osowilangun, dan Benowo. Suvenir yang dijual mulai dari gantungan kunci, hiasan magner, bolpoin, topi, bantal, boneka, tas, kaus, dan syal. Harga mulai dari Rp 10.000 dan bisa tembus Rp 200.000 atau lebih.