Manchester United, Selamat Datang di Teater Mimpi Buruk!
Manchester United dan Copenhagen menyajikan drama tujuh gol yang menghibur. Namun, MU tak sadar, pentas drama itu ”Teater Mimpi Buruk”.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Datang ke sebuah teater, Manchester United mementaskan drama Liga Champions yang menghibur penonton. Namun, drama yang menghibur tidak berarti menyenangkan bagi pemeran utama seperti Manchester United. Klub berjulukan “Setan Merah” ini tak memperhatikan, teater yang mereka datangi ialah Teater Mimpi Buruk—mimpi buruk bagi mereka sendiri.
Spanduk dalam bahasa Inggris bertuliskan ”Teater Mimpi Burukmu” dibentangkan suporter Copenhagen di tribune Stadion Parken, Rabu (8/11/2023). Di bawah tulisan itu, ada gambar ikon ”Setan Merah” yang tengah tertidur dan memimpikan kekalahan 0-1 Manchester United dari Copenhagen.
Aksi suporter Copenhagen seolah menjadi predestinasi bahwa takdir Manchester United dalam laga keempat Grup A Liga Champions 2023-2024 telah digariskan sebagai sebuah mimpi buruk. Mimpi buruk itu memang bukan berupa hasil 0-1, tetapi datang dalam bentuk drama tujuh gol yang juga berujung kekalahan.
”Kami sangat kecewa karena kami bermain sangat bagus. Kami memulai pertandingan dengan sangat baik, menit-menit terbaik musim ini. Kami memenangkan pertandingan dan kartu merah mengubah segalanya,” kata Pelatih MU Erik ten Hag.
Mimpi buruk MU itu memang berawal dari kartu merah Marcus Rashford. Sejatinya, MU bermain impresif sejak menit awal dan bahkan membukukan dua gol lewat penyerang muda Rasmus Hojlund. Dalam kondisi ini, Copenhagen yang mengalami mimpi buruk karena dibobol dua kali oleh mantan pemainnya sendiri. Dengan usia 20 tahun 277 hari, Holjund menjadi pemain termuda yang mencetak gol tandang di Liga Champions untuk MU.
Gol-gol itu juga terjadi berkat penampilan atraktif keseluruhan tim. Skuad asuhan Ten Hag tak hanya sukses membangun serangan, tetapi juga menciptakan serangan cepat yang efektif. Lesakan kedua Holjund berawal dari skema serangan balik cepat yang diawali Bruno Fernandes dan Alejandro Garnacho.
Namun, keunggulan MU perlahan menguap saat pertandingan berubah seusai Marcus Rashford diusir selepas pengecekan via VAR. Wasit menganggap Rashford melakukan pelanggaran berbahaya dengan menginjak ankle Elias Jelert ketika berduel memperebutkan bola.
Copenhagen langsung memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan bermain menekan. Hanya dalam waktu sembilan menit, tuan rumah membukukan dua gol untuk menyamakan skor menjadi 2-2. Salah satunya berasal dari titik putih setelah Harry Maguire dinilai melakukan handball.
Kami sangat kecewa karena kami bermain sangat bagus. Kami memenangkan pertandingan dan kartu merah mengubah segalanya.
Drama semakin menghibur setelah turun minum. Kendati bermain dalam kondisi pincang, MU tetap tampil spartan. Tak hanya impresif dalam bertahan dengan sapuan hingga 11 kali, intersep 5 kali, hingga kesuksesan tekel 83,3 persen, MU juga berani menyerang. Setidaknya dari 4 tembakan yang tercipta, 3 di antara sampai tepat sasaran.
Berdasarkan data Opta Analyst, statistik penguasaan bola juga seperti tidak menunjukkan MU tampil dengan 10 orang. Penguasaan bola sepanjang laga nyaris seimbang dengan Copenhagen hanya unggul dengan 54 persen. Dari segi kualitas peluang atau expected goals (xG), MU malah lebih superior dengan 3,02 berbanding 2,14.
Pada babak kedua, Dewi Fortuna kembali hinggap ke kubu MU setelah wasit memberikan hadiah penalti karena handball Lukas Larager yang juga dicek via VAR. Bruno Fernandes, yang maju sebagai eksekutor, menuntaskan tugas dengan mengirim bola ke pojok kiri atas gawang Copenhagen. Asa kebangkitan MU mulai menyala setelah unggul 3-2.
Namun, Copenhagen tak mau mengalami mimpi buruk di hadapan publik sendiri. Tuan rumah terus menekan dan mengurung tamunya. Upaya pasukan pelatih Jacob Neestrup berbuah hasil pada 10 menit menjelang laga berakhir dalam waktu normal. Gol Lukas Lerager (menit ke-83) yang dilengkapi lesakan pemain 17 tahun, Roony Barghji (87'), menjadi penentu kemenangan sekaligus menegaskan takdir mimpi buruk adalah milik MU.
Mimpi buruk MU semakin lengkap karena kekalahan dari Copenhagen membuat mereka menjadi tim terlemah di Grup A. Bruno Fernandes dan kawan-kawan terpuruk di dasar klasemen dengan raihan cuma tiga poin dari empat pertandingan. Copenhagen dan Galatasaray masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga dengan torehan empat poin. Bayern Muenchen memimpin dengan 12 poin.
”Bahkan sebelum pertandingan, kami punya keyakinan untuk memenangi tiga laga terakhir di grup. Sekarang, kami hanya punya dua laga tersisa (melawan Galatasaray dan Bayern Muenchen) dan harus memenanginya jika ingin tetap berada di Liga Champions,” ucap Bruno Fernandes.
Adapun kemenangan atas MU menambah kepercayaan diri Copenhagen untuk menembus fase gugur. Neestrup mengatakan, kemenangan dalam laga yang paling liar itu merupakan kombinasi dari kerja keras dan keberuntungan.
Seperti kata Neestrup, drama tujuh gol menjadikan malam di Stadion Parken sebagai malam yang liar. Namun, bagi MU, apalah arti malam yang liar dengan drama menghibur itu jika itu membuat mereka menjalani mimpi buruk.