Keajaiban Ronaldinho Terlahir dan Mendunia di Mesir
Segudang kisah keberhasilan Ronaldinho bermula dari turnamen remaja di Mesir. Turnamen itu membuka jalan kariernya untuk menjadi penghibur sejati di lapangan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Di kaki Ronaldinho, teori usang tentang sepak bola menjadi tidak relevan. Dia mampu menggabungkan keindahan olah bola dan permainan efektif, serta gerakan gemulai bagai seorang penari dan sisi maskulin pesepak bola. Seperti julukan dia, ”Gaucho” yang berarti ’bahagia’, seperti itu pula perasaan penonton yang menyaksikannya.
Dua gelar pemain terbaik FIFA, satu gelar Ballon d’Or, serta sekali juara Piala Dunia dan Liga Champions. Itu adalah beberapa dari banyak prestasi mentereng miliknya. Semua diraih dengan gaya permainan elegan yang mengombinasikan kelincahan dan kekuatan kaki, serta teknik dan keterampilan yang mungkin hanya dimiliki pemain Brasil.
”Ada periode di mana Ronaldinho tidak tertandingi di lapangan, seperti bermain tanpa usaha dan sangat santai. Selalu dengan senyum di wajahnya. Dia adalah seorang jenius ketika bersama bola. Dari Brasil, dia salah satu yang terbaik sepanjang masa,” kata David Beckham, yang pernah jadi rival saat di Real Madrid dan rekan setim di AC Milan.
Keajaibannya baru dilihat dan diakui dunia di Mesir dalam Piala Dunia U-17 1997.
Sensasi gelandang serang legendaris Brasil itu sudah bermula sejak berusia 13 tahun. Ketika itu, timnya menang 23-0 dalam pertandingan futsal. Ronaldinho yang mencetak semua gol tersebut. Namun, perjalanan sang maestro masih panjang. Keajaibannya baru dilihat dan diakui dunia di Mesir dalam Piala Dunia U-17 1997.
Di partai puncak, Ronaldinho dan rekan-rekan berhadapan dengan juara bertahan Ghana. Sebagai konteks, Brasil sudah berkali-kali juara dunia di level U-20 dan senior, tetapi belum pernah di U-17. Saat bersamaan, tim-tim Afrika, seperti Ghana, selalu bisa berbicara banyak dengan keunggulan atribut fisik mereka.
Brasil sempat tertinggal lebih dulu. Sampai akhirnya Ronaldinho beraksi dengan gocekan khasnya dan menendang dengan kaki kiri. Kiper lawan tidak mampu menangkap sempurna bola. Penyerang Brasil, Matuzalem, memanfaatkan situasi kemelut untuk menyeimbangkan kedudukan 1-1.
Situasi semakin tidak berpihak untuk Brasil karena harus bermain dengan 10 pemain di 15 menit terakhir setelah kartu merah Fabio Pinto. Dalam keadaan terdesak, Ronaldinho kembali mengeluarkan magisnya. Dia mencungkil bola ke kotak penalti dan berujung gol dari Andrey pada menit ke-87. Brasil pun keluar sebagai juara untuk pertama kali.
Ronaldinho kembali menari seusai laga, kali ini bersama rekan-rekannya dengan mengalungi medali emas. ”Hal paling indah saat itu tidak diragukan lagi saat kami mengamankan juara dunia. Saya bisa merasakan trofi itu dengan tangan saya. Itu adalah yang pertama untuk Brasil, jadi untuk berada di sana rasanya luar biasa,” ujarnya.
Ronaldinho memang tidak meraih penghargaan individu di turnamen itu, pencetak gol terbanyak ataupun pemain terbaik. Namun, magis dari kakinya mulai dilihat seluruh dunia, termasuk para pencari bakat dari klub-klub besar Eropa. Tidak lama sepulang dari Mesir, dia dipromosikan dari akademi ke tim senior Gremio.
”Piala Dunia U-17 adalah turnamen yang sangat spesial untuk saya. Itu membuka pintu untuk karier profesional saya. Saya merasa cukup beruntung karena tidak hanya terlibat, tetapi juga menang. Saya berkata jujur, kesempatan itu benar-benar membuka karier saya,” kata Ronaldinho seperti dikutip situs resmi FIFA.
Wajar jika Piala Dunia remaja di Mesir terasa begitu istimewa. Ronaldinho ternyata berada di satu kompetisi dengan para remaja yang kelak jadi pemain besar di Eropa. Mereka, antara lain, Iker Casillas (Spanyol), Xavi Hernandez (Spanyol), Gabriel Milito (Argentina), dan Seydou Keita (Mali).
Di Brasil, nama Ronaldinho yang mengenakan nomor punggung 10 sepanjang Piala Dunia juga semakin membesar. Dia menjadi wajah utama di berbagai surat kabar lokal. Dia disebut sebagai prospek terbesar di tanah yang merupakan ”pabrik” dari para pesepak bola hebat tersebut.
Celso Roth, Pelatih Gremio ketika itu, turut mengakui bakat emas Ronaldinho sejak masih remaja. ”Saya sudah bekerja sama dengan banyak pemain hebat sepanjang karier. Dari usia mereka 19-20 tahun. Tetapi, tanpa mengurangi rasa hormat pada yang lain, Ronaldinho ada di titik teratas dan memisahkan diri dari yang lain,” ujarnya.
Ronaldinho bermain selama tiga musim di Gremio sebelum akhirnya dibeli klub Perancis, Paris Saint-Germain. Sejak itu, sisanya adalah sejarah. Dia malang-melintang di liga-liga terbaik Eropa dan menjadi fenomena pada masa itu. Hingga kini belum ada yang bisa menandinginya sebagai seniman terindah di lapangan sepak bola. (AP/REUTERS)