Laga versus PSG bisa menentukan nasib Milan di ”grup neraka” Liga Champions Eropa. Milan butuh kemenangan, tetapi sebelum itu harus bisa mencetak gol lebih dulu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Peluang AC Milan lolos dari ”grup neraka” Liga Champions Eropa musim ini tampak semakin memudar. Tim semifinalis musim lalu itu dalam masalah besar setelah separuh perjalanan grup. Jangankan menang, mereka bahkan belum mampu mencetak gol sekali pun. Sengatan serangan Milan dipertanyakan.
Milan (2 poin) terpuruk di posisi juru kunci Grup F. Mereka mencatat dua hasil imbang tanpa gol, yaitu versus Borussia Dortmund (4 poin) dan Newcastle United (4 poin), serta kalah 0-3 dari Paris Saint-Germain (6 poin). Jika ingin menjaga peluang lolos, Milan wajib mengalahkan PSG di Stadion San Siro, Milan, Italia, Rabu (8/11/2023) dini hari WIB.
Masalahnya, Milan seolah lupa cara mencetak gol. Tim asuhan Pelatih Stefano Pioli itu sama sekali belum menciptakan gol dalam tiga laga babak grup. Lini serang mereka, yang dipimpin penyerang veteran Olivier Giroud (37), melempem. Padahal, mereka tercatat sebagai tim dengan rerata jumlah tembakan terbanyak di grup, yaitu 16,7 kali.
Kegundahan Pioli semakin terasa saat Milan takluk di kandang sendiri dari Udinese, 0-1, dalam lanjutan Liga Italia, akhir pekan lalu. Sang pelatih bereksperimen menggunakan dua striker dalam formasi 4-4-2, dari biasanya 4-3-3. Penyerang asal Serbia, Luka Jovic, diplot untuk memimpin lini depan bersama Giroud.
Namun, eksperimen tersebut gagal total. Pioli hanya menggunakan formasi 4-4-2 selama paruh pertama, sebelum kembali ke formasi biasa seusai turun minum. Media Italia, La Gazzetta dello Sport, turut mengkritik perubahan itu. ”Pioli menggandakan jumlah penyerang, tetapi justru mengurangi separuh efisiensi mereka,” bunyi ulasan media itu.
Pioli mengakui, penampilan mereka kacau dan tidak terarah. Namun, tidak ada pilihan selain kecuali segera bangkit. ”Kami tahu hanya ada satu hasil yang harus kami raih (lawan PSG). Kami butuh penampilan hebat di setiap area, dari teknik, taktis, hingga fisik. Kekecewaan ini semestinya bisa menjadi motivasi lebih kami,” ujarnya.
Persoalan terbesar ”Rossoneri” adalah penyelesaian akhir. Dengan gaya bermain sangat langsung, mereka cukup banyak menghasilkan peluang. Menurut FBref, kualitas peluang atau expected goals (xG) Milan mencapai 4,1. Angka tersebut merupakan tertinggi kedua di grup, hanya kalah dari PSG (4,6 xG).
Pelatih PSG Luis Enrique mengatakan, Mbappe memang spesial. Namun, mereka punya lebih banyak ’senjata’ untuk melumpuhkan Milan, termasuk dari cadangan.
Di atas kertas, Milan dengan besaran xG itu idealnya menghasilkan empat gol jika efisien. Lihat saja Newcastle yang bisa mencetak empat gol hanya dari 2,3 xG. Sorotan pun tertuju pada Giroud yang sudah mencatat 1,4 xG seorang diri. Giroud (6 gol) merupakan pencetak gol terbanyak Milan di Liga Italia.
Tren Milan juga sangat mengkhawatirkan. Mereka hanya sekali seri dalam empat laga terakhir di seluruh kompetisi. Sisanya kalah. Tiga kali di antara itu, mereka juga gagal mencetak gol. Menurut bek sayap Alessandro Florenzi, tren buruk itu tidak bisa mencerminkan performa timnya secara keseluruhan.
”Saya pikir performa kami di tiga laga sebelum melawan Udinese cukup baik, mulai dari lawan Juventus sebelum dan setelah bermain dengan 10 orang karena kartu merah hingga unggul 2-0 lebih dulu versus Napoli. Kami memang membuat kesalahan lawan PSG. Kami harus belajar dari semua hasil ini,” kata Florenzi.
Selain Giroud, di tengah situasi krisis saat ini, penyerang sayap Rafael Leao juga akan menjadi kunci kebangkitan Milan. Dia diharapkan untuk menciptakan kekacauan dari sisi kiri. Leao, menurut The Analyst, tercatat sebagai pemain kedua dengan gocekan terbanyak (16 kali) di Liga Champions musim ini.
Reuni
Upaya Rossoneri untuk bangkit akan dijegal oleh kiper PSG Gianluigi Donnarumma yang pernah membela Milan pada 2015-2021. Adapun setelah kepindahan, hubungan sang kiper dengan para pendukung Milan jadi memburuk. Dia dijuluki ”dollarruma” karena menggadaikan loyalitas demi tawaran uang segudang dari PSG.
Saat fokus memperbaiki serangan, Milan menghadapi ancaman nyata di pertahanan. Duo penyerang tim nasional Perancis di PSG siap memberikan mimpi buruk untuk tuan rumah. Mereka adalah Kylian Mbappe, Randal Kolo Muani, dan Ousmane Dembele, yang menyumbang masing-masing satu gol ke gawang Milan di pertemuan terakhir.
Mbappe adalah yang paling istimewa dan patut ditakuti Milan. Menurut Opta, kandidat tiga besar peraih Ballon d’Or 2023 itu sudah terlibat dalam 46 gol PSG (26 gol, 20 asis) sejak beraksi pada 2017-2018. Tidak ada satu pun pemain di dunia yang bisa melebihi kontribusinya dalam rentang waktu tersebut.
Pelatih PSG Luis Enrique mengatakan, Mbappe memang spesial. Namun, mereka punya lebih banyak ”senjata” untuk melumpuhkan Milan, termasuk dari cadangan. Senjata itu salah satunya ada pada diri penyerang Korea Selatan, Lee Kang-in, yang selalu berkontribusi gol saat dimainkan dalam tiga pertandingan terakhir (2 gol, 1 asis).
”Dia pemain bertubuh kecil, tetapi bisa bermain di berbagai posisi, bertahan atau menyerang. Dia pemain lengkap yang bisa menyumbang gol dan asis. Itu alasan kami mendatangkannya. Dia berpotensi dan masih akan terus berkembang. Hal terpenting adalah dia punya rasa lapar untuk lebih baik,” ucap Enrique. (AP/REUTERS)