Borneo FC pegang kendali menuju final Liga 1 musim ini dan membuka peluang tim Kalimantan pertama juara Liga Indonesia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Setelah BRI Liga 1 Indonesia musim 2023-2024 merampungkan 17 pekan laga, Borneo FC memastikan diri sebagai penguasa paruh musim. Mereka mengumpulkan 35 poin sehingga mengungguli Persib Bandung dan Madura United sebanyak empat poin. Jika bisa mempertahankan posisi puncak di akhir kompetisi reguler, peluang ”Pesut Etam” menjadi juara untuk pertama kalinya sangat terbuka.
Liga 1 musim ini berbeda dibandingkan dengan lima edisi terdahulu. Penentuan juara tidak lagi didasari akumulasi poin setelah menjalani 34 pekan laga. Demi tujuan peningkatan daya saing dan kualitas kompetisi, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru menerapkan seri juara yang diikuti empat klub teratas kompetisi reguler guna memperebutkan gelar juara.
Merujuk hasil putaran pertama, maka Borneo akan menghadapi Madura United, lalu Persib kontra RANS Nusantara di babak empat besar dengan catatan posisi klasemen tidak berubah. Menjadi juara paruh musim adalah capaian terbaik yang belum pernah dicapai Borneo di era Liga 1 sebelumnya.
Posisi terbaik yang mereka capai hingga pekan ke-17 adalah menempati peringkat kelima dengan 32 poin pada musim lalu. Di akhir kompetisi edisi 2022-2023, Pesut Etam finis di posisi keempat.
Perolehan musim ini menunjukkan peningkatan yang telah dijalani Borneo secara konsisten pada putaran pertama. Mereka memulai era Liga 1 2017 dengan mengemas 24 poin, lalu mengumpulkan 25 poin pada musim 2018 dan 2019. Pada musim 2021-2022, sebanyak 26 poin dikemas Borneo pada paruh musim.
Walakin, performa Borneo cenderung stagnan di paruh kedua kompetisi. Mereka tidak pernah melampaui raihan 26 poin pada pekan ke-18 hingga ke-34 di empat edisi terakhir Liga 1.
Pada 2017, Borneo mencatatkan 28 poin. Itu masih menjadi perolehan poin terbesar Pesut Etam di paruh kedua Liga 1. Pada empat musim selanjutnya, mereka masing-masing mendapatkan 23 poin, 26 poin, 26 poin, dan 25 poin. Artinya, rata-rata koleksi poin Borneo di putaran kedua Liga 1 adalah 26 poin.
Apabila merujuk sejarah Liga 1 sejak 2017, maka tim-tim yang mengakhiri musim di posisi empat besar rata-rata adalah penghuni enam besar pada paruh musim.
Dengan kondisi itu, maka penurunan performa di putaran kedua musim ini tetap akan membantu Borneo lolos ke seri final. Jika bisa menjaga raihan rerata 26 poin di paruh kedua kompetisi, maka di pekan ke-34 nanti Stefano Lilipaly dan kawan-kawan akan mengumpulkan 61 poin. Jumlah poin itu telah melebihi dari rata-rata tim peringkat keempat di lima edisi Liga 1, yaitu 58 poin.
Koleksi 26 poin di putaran kedua bisa dicapai dengan menyapu bersih delapan laga kandang dan meraup dua hasil imbang dari sembilan pertandingan tandang.
Pelatih Borneo Pieter Huistra mengapresiasi kerja keras skuadnya selama putaran pertama. Sejak tumbang dari Persebaya, 3 September lalu, Borneo meraih enam kemenangan dan sekali seri. Lawan-lawan tangguh, seperti juara bertahan PSM Makassar, Madura United, hingga Dewa United, mereka taklukkan.
”Tim ini masih terus berkembang untuk menjadi lebih baik di pertandingan selanjutnya,” ucap Huistra menjelang persiapan laga pertama putaran kedua kontra Persik Kediri, Kamis (2/11/2023), di Stadion Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur.
Perbesar peluang
Meskipun memiliki probabilitas paling tinggi untuk menyegel salah satu tempat di seri final, Borneo belum berpuas diri. Pendekatan taktik dan kepribadian yang dilakukan Huistra membantu Borneo tampil cemerlang serta menghadirkan suasana kondusif di ruang ganti.
Setelah mengunci predikat juara paruh musim, Huistra berharap skuadnya mampu menjaga posisi puncak. Borneo telah menguasai klasemen sejak pekan ke-14 setelah mengalahkan Madura pada laga perebutan pucuk klasemen, 1 Oktober lalu.
Meskipun gelar juara bakal ditentukan melalui dua laga seri final, dalam sejarah Liga Indonesia, tim yang duduk di peringkat pertama pada musim reguler memiliki kans juara sebesar 50 persen.
Sejak unifikasi Galatama dan Perserikatan menjadi Liga Indonesia 1994-1995, sebanyak lima tim mampu menjaga dominasi mereka setelah menembus babak delapan besar dengan predikat juara wilayah di kompetisi reguler.
Prestasi itu dicatatkan oleh Mastrans Bandung Raya (1995-1997), PSM Makassar (1999-2000), Petrokimia Gresik (2002), Persipura Jayapura (2005), dan Sriwijaya FC (2007). Jika ditambah format seri final 12 besar pada musim 1996-1997, Persebaya Surabaya juga bisa masuk ke dalam daftar itu. Mereka menjadi juara setelah memuncaki Wilayah Barat.
Ambisi skuad Pesut Etam untuk mempertahankan puncak klasemen di musim reguler terlihat dengan merekrut playmaker Wiljan Pluim. Pemain yang mempersembahkan gelar Liga 1 musim lalu untuk PSM itu memperkuat Borneo di putaran kedua.
Nabil Husein, pemilik Borneo FC, mengungkapkan, karakter dan mentalitas Pluim adalah alasan utama timnya merekrut Pluim setelah menyepakati berakhirnya kerja sama dengan PSM, September lalu. ”Pluim punya visi bermain, mentalitas, dan tentunya aura yang diperlukan untuk membantu kami meraih juara,” kata Nabil.
Hal serupa juga disampaikan Huistra. ”Pluim memiliki ambisi besar untuk terus menjadi yang terbaik. Itu serupa dengan kami,” ucap juru taktik asal Belanda itu.
Selain Pluim, Borneo juga memiliki mesin gol pada diri Stefano Lilipaly. Meskipun ditinggal sumber gol utama, Matheus Pato, ke tim China, Shandong Taishan, di awal musim ini, Huistra bisa mengubah Stefano sebagai pemain tajam.
Gelandang tim nasional Indonesia itu telah mengemas sembilan gol dan enam asis. Sumbangan gol Stefano setara 58 persen dari total gol Pesut Etam di putaran pertama.
Enam besar
Apabila merujuk sejarah Liga 1 sejak 2017, maka tim-tim yang mengakhiri musim di posisi empat besar rata-rata adalah penghuni enam besar pada paruh musim. Dengan kondisi itu, maka PSIS Semarang dan Bali United memiliki peluang besar mengganggu hegemoni tim yang saat ini berada di posisi empat besar.
Catatan sejarah itu membuat tiga tim legendaris, yaitu Persebaya Surabaya, PSM, dan Persija Jakarta, sulit menembus babak seri final. Hingga pekan ke-17, ketiga tim itu menghuni berturut-turut peringkat ke-11 hingga ke-13.
Satu-satunya tim di luar posisi 10 besar pada putaran pertama yang bisa finis di peringkat keempat selama era Liga 1 adalah Bhayangkara FC di musim 2019. Kala itu, ”The Guardian” menutup putaran pertama di peringkat ke-13 dengan 18 poin, lalu mereka mengemas 35 poin untuk mengakhiri kompetisi di posisi keempat.
Memasuki 17 pertandingan terakhir Liga 1 2023-2024, segalanya masih bisa terjadi. Semua tim akan berlomba-lomba membenahi skuad demi bisa menembus seri final.
Meskipun begitu, Borneo berada di garis terdepan untuk menjadi tim asal Kalimantan pertama yang meraih gelar juara Liga Indonesia.