Haaland Kecewa Dahulu, Dominan Kemudian
Setelah berakhirnya era Lionel Messi, terbitlah masa Erling Haaland untuk mengejar dominasi trofi Ballon d’Or. Mentalitas menjadi modal Haaland untuk menuju gelar pemain terbaik sejagat.
Jelang 10 hari malam seremoni Ballon d’Or 2023, Jumat (20/10/2023) lalu, Manajer Manchester City Pep Guardiola telah memberikan prediksi akurat terhadap hasil penghargaan individu paling prestise di sepak bola itu. Guardiola ingin menyaksikan Erling Haaland membawa bola emas ke Manchester, tetapi ia sadar Lionel Messi tak terhindarkan meraih trofi kedelapan berkat prestasi juara Piala Dunia 2022 bersama Argentina.
”Haaland harus memenanginya karena kami memenangi treble berkat 52 golnya, tetapi Messi menjadi pemain terbaik (di Piala Dunia) pada musim terburuknya,” ujar Guardiola, dilansir Sky Sports.
Pernyataan Guardiola terbukti. Di Teater Chatelet, Paris, Perancis, Selasa (31/10/2023) dini hari WIB, Haaland menyaksikan langsung Messi menerima gelar Ballon d’Or kedelapan. Meski di lubuk hatinya kecewa, Haaland membawa pulang trofi hiburan, yaitu Trofi Gerd Mueller.
Penghargaan khusus untuk penyerang terbaik itu diperkenalkan France Football, selaku penyelenggara Ballon d’Or, sejak edisi 2021. Trofi Gerd Mueller tidak lain adalah gelar ”hiburan” untuk menghormati performa apik Robert Lewandowski yang membantu Bayern Muenchen meraih treble winner selama musim 2019-2020.
Lewandowski membawa pulang trofi itu pada 2021 dan 2022. Haaland menjadi pemain kedua yang dinobatkan Trofi Gerd Mueller. Koleksi 56 gol dari 57 pertandingan selama kalender musim 2022-2023 menjadi dasar Haaland tidak boleh pulang dengan tangan kosong dari Paris. Dalam ranking Ballon d’Or, Haaland mendapatkan suara terbanyak kedua.
”Ini adalah kehormatan yang besar untuk menerima Trofi Gerd Mueller,” ucap Haaland yang menerima trofi dari eks penyerang Chelsea dan Pantai Gading, Didier Drogba, dilansir laman klub.
Ia melanjutkan, ”Saya tidak bisa mencetak banyak gol di musim lalu tanpa bantuan rekan setim. Penghargaan ini adalah pengingat lainnya dari tahun mengagumkan yang kami nikmati bersama.”
Di musim perdananya berseragam City, Haaland tidak hanya meraih gelar kolektif, yaitu Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala FA, tetapi juga menancapkan dominasi penghargaan individu di Liga Inggris. Ia mengukuhkan diri sebagai pemain termuda yang mengawinkan trofi Pemain Terbaik Liga Inggris dan Pemain Muda Terbaik Liga Inggris dalam satu musim.
Selain penghargaan individu, Haaland telah menghadirkan standar baru di Liga Inggris, terutama ia mereinkarnasi kebutuhan tim terhadap penyerang tengah klasik. Sebelum kehadiran pemain Norwegia itu, tim-tim Inggris memilih bermain dengan peran striker bayangan atau false nine.
Baca juga: Messi Kembali ke Paris demi Ballon d'Or Terakhir
Haaland harus memenanginya karena kami memenangi treble berkat 52 golnya, tetapi Messi menjadi pemain terbaik (di Piala Dunia) pada musim terburuknya.
Kegagalan keempat
Haaland adalah bintang keempat yang gagal meraih Ballon d’Or meskipun tampil brilian untuk menjadi faktor penentu timnya meraih tiga gelar mayor di Eropa. Pada 2010, Weisley Sneijder tak diragukan pemain paling menonjol yang membantu Inter Milan menjadi tim Italia perdana—dan satu-satunya hingga kini—mendapatkan treble winner. Lalu, ia juga membawa Belanda menembus final Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Walakin, Sneijder tidak masuk dalam tiga nominasi peraih FIFA Ballon d’Or 2010. Kala itu, Ballon d’Or diselenggarakan berkat kerja sama France Football dan FIFA. Pasalnya, Sneijder hanya mendapat 14,48 persen suara. Ia tertinggal dari Lionel Messi yang mendapatkan 22,65 persen suara serta dua rekan Messi di Barcelona, Andres Iniesta (17,36 persen) dan Xavi Hernandez (16,48 persen).
Kemudian, Franck Ribery juga mengalami hal serupa setelah membantu Bayern Muenchen memenangi treble winner di musim 2012-2013. Ribery masih lebih beruntung dibandingkan Sneijder karena masuk dalam tiga besar FIFA Ballon d’Or 2013. Ia kalah suara dari Cristiano Ronaldo (27,99 persen) dan Messi (24,72 persen).
Pada Ballon d’Or 2021 giliran Lewandowski yang tak bisa mengusik dominasi Messi walaupun juga telah meraih tiga gelar bergengsi untuk Bayern. Alasan pandemi Covid-19 membuat France Football membatalkan Ballon d’Or 2020. Ketika digelar pada 2021, Lewandowski tidak berdaya melawan hegemoni Messi yang meraih gelar Copa America 2021 bersama Argentina.
Baca juga: Nominasi Ballon d’Or 2023, Saatnya Regenerasi?
Haaland perlu memetik pelajaran dari pengalaman tiga pemain itu. Demi menjadi dominan seperti Messi atau Cristiano Ronaldo, peraih lima Ballon d’Or, tidak bisa hanya satu atau dua musim cemerlang. Ia butuh minimal satu dekade dominasi.
Selama musim 2023-2024, Haaland telah menunjukkan bahwa ia bukan pemain ”one season wonder”. Sebanyak 13 gol dari 15 pertandingan telah ia bukukan untuk City di awal musim ini. Itu menjadi bekal guna membantu ”The Citizens” mempertahankan tiga gelar mayor.
Mentalitas ialah bekal Haaland untuk menjadi wajah dominasi baru di sepak bola dunia. Gaya hidup disiplin hingga dukungan besar dari City dan keluarganya menjadi pendorong Haaland bisa terus meningkatkan diri dan tak memiliki rasa puas.
”Saya bangga dengan apa yang telah dicapai tim musim lalu, tetapi fokus kami sekarang adalah mencoba melakukannya laga di musim ini,” kata Haaland yang berusia 23 tahun.
Baca juga: Haaland Tak Cukup bagi Norwegia
Haaland berpeluang menjadi pemain Norwegia pertama serta pesepak bola asal Skandinavia kedua meraih Ballon d’Or setelah Allan Simonsen (Denmark) pada 1977. Namun, Haaland akan menghadapi persaingan ketat dari dua pesepak bola muda lainnya, yaitu Kylian Mbappe (24) dan Jude Bellingham (20).
Setelah memberikan gelar Ballon d’Or terakhir untuk Messi pada tahun ini, France Football tentu ingin menyaksikan pemain Perancis kembali meraih gelar bergengsi itu.
Majalah sepak bola itu memperkenalkan Trofi Kopa, khusus untuk pemain terbaik di bawah usia 21 tahun, pada 2018 demi mengapresiasi performa Mbappe. Di tahun ini, Trofi Kopa diberikan kepada Bellingham.
Mbappe dan Bellingham lebih diuntungkan dengan kualitas tim dan tim nasional yang merata. Keduanya telah membawa Perancis dan Inggris tampil di Piala Eropa 2024. Adapun Haaland membela timnas Norwegia yang gagal menembus Jerman 2024 melalui jalur kualifikasi sehingga masih berharap mendapat tiket playoff.
Alhasil, harapan terbesar Haaland untuk mencapai gelar pemain terbaik sejagat ialah bersinar di City. Bersama The Citizens, peluang Haaland mencetak banyak gol dan trofi lebih terjamin di bawah kendali Guardiola.